Perkuliahan adalah dunia baru yang membutuhkan proses adaptasi. Adaptasi tersebut adalah proses yang akhirnya dapat membentuk pribadi seseorang. Proses tersebut berarti mendewasakan, atau malah berdampak buruk bagi kehidupan mahasiswa, seperti terjadinya penyimpangan perilaku sosial yang dapat berdampak pada sistem sosial mereka.

Ada banyak hal yang menjadi akar masalah penyimpangan perilaku sosial mahasiswa. Salah satunya yang paling mendasar adalah perilaku budaya konsumtif. Hal itu dapat didefinisikan sebagai sebuah aktivitas yang bersangkutan dengan pengeluaran finansial secara berlebihan demi kebutuhan atau tuntutan sosial mereka. 

Mereka akan cenderung ikut dalam sebuah lingkaran yang akhirnya mau tidak mau harus memenuhi kebutuhan sosial di lingkaran sosial tersebut. Perilaku tersebut sering dikenal sebagai istilah hedonisme, yaitu gaya hidup yang mewah dan berlebih.

Gaya hidup hedonisme itu sendiri memiliki ambiguitas tergantung dengan perilaku apa yang mendasari kebutuhan berlebihan tersebut. Namun kita dapat mengerucutkan lagi, tergantung perspektif kita melihat definisi hedonisme itu.

Stigma hedonisme di kalangan pelajar memang berkonotasi negatif, hal itu dikarenakan perilaku dan gaya hidup yang sering kita jumpai di kota-kota besar menunjukan kehidupan sosial yang tidak sehat, yang akhirnya mendasari gaya hidup tersebut.

Hal paling menonjol adalah kewajaran minuman beralkohol di kalangan pelajar. Hal itu saling berkaitan dengan budaya konsumtif yang akhirnya mengakari penyimpangan perilaku sosial yang terjadi. Keterlibatan minuman beralkohol dalam kehidupan mahasiswa bisa dianalogikan sebagai sebuah benalu yang bergantung pada inangnya. 

Ketergantungan tersebut yang akhirnya mau tidak mau mengharuskan mahasiswa untuk berkecenderungan mengonsumsi minuman beralkohol secara terus menerus.

Gaya hidup itu menekan mahasiswa untuk terus-menerus mengeluarkan modal bagi kebutuhan sosial mereka. Hal itu tidak menjadi masalah jika kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh mahasiswa. Namun itu dapat menjadi awal masalah baru lagi bagi kehidupan sosial mereka. Uang saku yang tidak sepenuhnya cukup untuk memenuhi kebutuhan mewah mereka, akhirnya memaksa mereka untuk mencari modal lebih banyak lagi untuk menuruti gaya hidup mereka. 

Keinginan untuk mencari uang ini adalah hal baik bagi mereka, namun akan menjadi sesuatu yang salah ketika kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang telah terjerumus pada perilaku menyimpang. Mereka akan cenderung menghalalkan segala cara untuk mendapatkan penghasilan.

Salah satu hal yang sering kita jumpai di dunia perkuliahan adalah tragedi menjual diri untuk mendapatkan uang dengan cepat. Hal-hal tersebut memang tidak terlihat secara transparan, namun dalam lapisan sosial tertentu penjualan diri bagi mahasiswa ini merupakan hal yang wajar dan terbuka.

Dari proses tersebut akhirnya terbentuklah budaya seks bebas yang jelas-jelas menyimpang dari budaya sosial masyarakat kita. Dilansir dari Sindonews, bahwa sebanyak 63% pernah melakukan hubungan seksual dengan kekasihnya ataupun orang sewaan untuk memuaskan hawa nafsu mereka. 

Dan hal itu nyatanya dapat terbukti pada saat Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan survei pada Oktober 2013. Dinyatakan bahwa Presentase yang cukup besar ini tentu sangatlah menjadi siklus yang memprihatinkan. Terlebih hal tersebut dilakukan oleh seseorang yang belum sah sesuai negara dan agama.

Seperti halnya sebuah bom waktu. Perilaku menyimpang yang dilakukan mahasiswa lama kelamaan dapat merembet pada sesuatu yang dapat menghancurkan moral dan etika bangsa Indonesia. 

Siklus lingkaran hitam yang terjadi di kalangan mahasiswa ini tentunya menjadi momok menakutkan yang harus segera diluruskan. Walaupun dalam kehidupan nyata, untuk keluar dari siklus tersebut sungguhlah tidak semudah yang kita bicarakan.

Ada beberapa hal yang dapat membuat kondisi mahasiswa lebih ideal untuk keluar dari siklus tersebut. Salah satunya adalah dengan memperbanyak kegiatan kampus diwaktu senggang. Hal ini terbukti efektif untuk mengalihkan fokus kepada hal-hal positif. Pengaruh lingkungan baru di dunia organisasi dan kegiatan juga nantinya dapat memberi dampak positif bagi mahasiswa.

Keuntungan positif lainnya adalah kita dapat berhemat secara finansial, atau setidaknya mengalih fungsikannya kepada hal-hal yang lebih sehat dan positif.

Bukan berarti mahasiswa tidak diperbolehkan berpesta, tentu pesta bukanlah sesuatu hal yang buruk jika hanya dilakukan sesekali dan yang paling penting tidak mengandung unsur negatif seperti minum minuman beralkohol, melakukan seks bebas, atau bahkan narkoba sebagai faktor kebahagiaan.

Sebagai pemegang tanduk bangsa Indonesia, apakah seharusnya perilaku mahasiswa yang menyimpang tersebut patut dibiarkan? Bagaimana peran mahasiswa dapat tercapai dengan baik jika mereka tidak mempunyai pegangan moral yang baik. Pada akhirnya perilaku menyimpang ini akan menjadi sebuah bencana yang menggerogoti moral mahasiswa secara perlahan.

Maka dari itu kita harus mengubah pola pikir dan ketergantungan terhadap sistem sosial yang rusak. Ketiadaan peran membuat mahasiswa menjadi lepas dari tanggung jawab, akibatnya ego dapat menguasai pola pikir dalam proses adaptasi mereka. 

Dengan berbagai tindakan yang didasari oleh kesadaran diri sebagai mahasiswa yang bertanggung jawab dengan peran mereka, kita seharusnya bisa lepas dari jerat pergaulan menyimpang yang merugikan.