Menjelang malam udara terasa dingin sementara matahari menutup senyum disebelah barat, gelap mulai merangkap bumi menjadi teman setia dalam sunyi yang panjang. Malam yang selalu dirindukan menjelma kawan yang tak pernah lelah mendengar segala cerita yang tak pernah selesai dan keluh kesah dari anak manusia.
Tanah selalu siap menerima hujan dan air mata dari luka anak manusia, tangisan segala soal dan dari mereka yang merindu cinta dan pelukan dari orang yang ia sayangi tak pernah didapatkan sejak kecil.
Tapi satu hal yang harus kita ketahui, tanah tak pernah menyesali air mata itu yang asalnya dari mana, entah dari sesal yang berkepanjangan ataukah dari rasa sakit yang selalu mencoba meruntuhkan kekuatan untuk tetap terlihat baik-baik saja.
Dia perempuan cantik, berambut kecoklatan dan berkulit kuning langsat, pun cukup tinggi. Ia terlihat anggun, langkahnya mengalihkan pandangan sebagian orang disekitarnya.
Namanya Putri, tahun ini umurnya beranjak 25 tahun. Dia disenangi oleh banyak orang karena selain baik, terbuka, berkawan dengan siapa saja, juga tak pernah menyembunyikan rasa benci terhadap kawan sekitarnya.
Dia kini menjadi perempuan dewasa yang punya mimpi, tentang doa-doa yang selalu dipanjatkan, tentang angan perihal masa depan yang lebih indah seperti halnya impian semua remaja pada umumnya misalnya kebahagian, cinta, maupun kecukupan. Yah hanya sesederhana itu inginnya, ia hanya punya harap masa kelam dimasa lalu tak pernah singgah suatu saat nanti. Walaupun cinta yang tak pernah ia dapatkan dari orang yang sedang meninggalkannya.
Semangat mengiringi langkahnya kemana saja ia pergi, bahwa ada dendam masa lalu yang harus dituntaskan. Ia cukup kuat melangkah sendiri melawan kecemasan yang berlebihan, membawa rasa sakit yang mendalam, dan luka yang belum usai tetapi mimpi menjadi kekuatan terakhir untuk mengalahkan segalanya.
Hidup harus dijalani! Soal masa lalu yang tak akan pernah luluh maupun tetek bengek tidak menghalangi langkahnya. Hiruk pikuk soal hidup telah Putri lalui, kehadirannya ditengah keluarga broken home mengajarkannya banyak hal.
“Hidup yang kita jalani hari ini adalah pilihan kita, dan kita bebas memilih jalan buat diri kita sendiri”
Keyakinan selalu menuntunnya, perihal masa depan adalah cara terbaik membunuh masa lalu kemudian mengantarkannya ke tempat penghidupan jiwa. Setiap hari ia akan selalu mencoba membunuh rasa perih itu, ia betul-betul harus terbebas dari jeratan masa lalunya, walaupun bekas luka tak pernah punya cara untuk pergi.
Masa lalu tidak selamanya menjadi kenangan yang damai, memikirkannya hanya meruntuhkan ketegarannya berdiri. “aku kadang menangis berjam-jam didalam kamar sendiri, tapi cukup kuat membendung air mata didepan orang-orang”.
***
Tepat saat gelap mulai menghampiri pekarangan rumah, tubuh tak kunjung baik-baik saja hari ini, batuk dan demam menggeluti setiap menit waktu, ia harus beranjak meninggalkan kamar untuk meredahkan sakit yang mengganggu.
Warung di sebelah rumahnya selain sebagai tempat nongkrong juga digunakan sebagai tempat study club oleh remaja-remaja sekitar, sesampainya di warung itu ia memesan segelas wedang jahe, sepiring kecil pisang goreng, dan sebotol susu. Ia duduk tepat di sudut meja panjang.
Putri mengawali ceritanya bahwa beberapa hari ini kondisi kesehatannya sedang terganggu yang mengharuskan ia beristirahat di kamar sepanjang hari, selain itu ia bercerita tentang perjalanan kisah dirinya dan keluarganya. Sesekali ia meneguk wedang jahe untuk menghangatkan tubuhnya.
Sejak bayi telah ditinggalkan oleh ibu dan ayahnya sedangkan ayahnya memilih untuk menikah kembali dengan perempuan lain. Setelah perpisahan orang tuanya, ia dirawat dan dibesarkan oleh neneknya menggantikan peran sebagai orang tua yang sebenarnya untuk memberinya cinta yang cukup.
Dalam dirinya terdapat dendam, memaafkan seorang Ibu yang meninggalkannya menjadi hal tersulit baginya. “Tetapi aku maafkan ibu karena bagaimanapun aku tetap butuh dia”. Ucapnya sambil menundukkan kepala.
Putri merindukan cinta dan kasih sayang. Cinta yang utuh dari orang tua sama sekali tak pernah ia rasakan yang hanya akan menjadi khayalan sepanjang hari bahkan sepanjang hidupnya. Waktu akan selalu mengejarnya, usia yang dewasa ini telah melewatkan masanya untuk bermain dan merasakan cinta dari orang tua yang seharusnya menjadi cinta pertamanya.
Hal tersulit yang ia lalui ketika sepasang mata tertuju pada seorang anak kecil yang sedang merayakan kebahagiaan bersama ibu dan ayahnya, rasa sakit akan mulai mengalir di setiap nadi menusuk jantung hingga sesak seketika dan tubuh tak lagi mampu menahan sakit yang akan berakhir sementara di penghujung malam.
Kehilangan memang tidak akan pernah menyenangkan. Sesekali air matanya jatuh, dengan sigap tangannya menghapus. Cara itu membuatnya ingin tetap terlihat kuat dan membuktikan bahwa perempuan dewasa ini bisa menahan sakit yang terpendam selama bertahun-tahun lamanya.
Apakah menangis itu pertanda kita lemah ? ataukah sebaliknya dengan tidak menangis kita adalah orang yang kuat menghadapi segala soal yang terjadi ? mungkin seperti itu yang telah diajarkan sejak kita kecil, bertahan di tengah riuh sakit yang berkecamuk agar tetap terlihat kuat dan baik-baik saja.
Rasa sakit menjadi kawan terburuk yang paling setia, kemana pun ia pergi sakit itu akan selalu hadir. Ia sangat terlatih untuk menerima segalanya dan akan lumpuh ketika merayakan sendiri di dalam kamar dan mengingatnya.
Waktu selalu menuntun latih, sakit mengajarkannya tentang sabar, dan luka mengajarkan cara berpura-pura tersenyum di tengah candaan kawan-kawannya.
“Bagaimanapun kita tidak boleh larut dalam satu masalah, ada impian dan cita-cita yang mesti kita kejar.” Impian yang ia sangat harap adalah kekuatan terbesarnya dalam melewati siang dan malam.
Ia bercita-cita bekerja di negeri sakura, selain niatnya untuk hidup juga untuk menghidupi, tentang caranya untuk membuang rasa benci yang tak pernah ia harap.
“Bahwa ada jasa seseorang yang mesti terbalaskan, ia yang merawatku, ia yang membesarkanku dan ia yang telah memberikan segala-galanya hidup termasuk cinta yaitu nenek.”
Putri sangat giat belajar bahasa Jepang, keinginan dan tekadnya yang kuat membuatnya tak pernah merasa lelah. Belajar, menyibukkan diri dan ikut kelas bahasa menjadi aktivitas sehari-hari adalah cara menjedakan ingatan.
“aku ingin sukses untuk masa depanku, hidup yang damai di dalam rumah sendiri, seorang anak yang akan kuberikan cinta sepenuhnya, dan seorang lelaki yang tak akan pernah aku kecewakan”. Dia banyak belajar dari masa yang dianggapnya kelam, karena menyia-nyiakan orang lain adalah kesalahan yang paling fatal yang pernah ia temui.
Waktu menunjukkan jam 22.00 WIB, cerita yang panjang di tengah waktu yang tak pernah berjeda. Wedang jahe menyisakan setengah gelas, tetapi batuk tak kunjung redah. Dia harus kembali ke kamar untuk mengaminkan doa-doa kesembuhan.
***
Setelah malam kehabisan waktu, bintang yang tak lagi punya cara untuk tetap tinggal dan matahari mulai menampakkan senyum di ujung timur. Putri dan malam adalah sepasang cinta yang tak pernah terpisah, memuat janji yang tak pernah diingkari.
Putri banyak belajar dari cara siang dan malam yang saling berdamai, seperti halnya belajar dari senyum matahari diujung timur pada pagi hari. Kala semangatnya yang terus terawat di tengah kondisi tubuhnya yang sedang tidak berdamai.
Bahwa sakit yang menggerogoti tubuhnya tak mengalahkan sakit batin yang tak berujung. Tumbuhlah ia yang mesti tumbuh, masalah mengajarkan kita tentang cara bersikap dan alam punya cara mengajarkan kita tentang DEWASA!