Perempuan sering kali dihubungkan dengan kecantikan. Menjadi cantik, merupakan satu hal yang selalu didambakan setiap perempuan. Karena, sebagian orang berpikir menjadi cantik menguntungkan dan dapat memperoleh hak istimewa di masyarakat. Hak istimewa tersebut biasanya dikaitkan dengan penampilan fisik yang biasa disebut dengan beauty privilege.

Secara garis besar, beauty privilege adalah keuntungan yang dimiliki seseorang dan mendapatkan perlakuan khusus karena mempunyai fisik menarik sesuai dengan standar kecantikan yang telah ditentukan. Istilah “cantik itu relatif” nyatanya terdengar seperti omong kosong, pasalnya standarisasi kecantikan sudah diterapkan oleh masyarakat sendiri dengan sederet kriteria.

Beauty privilege di Indonesia pada umumnya memiliki bentuk tubuh ramping, berkulit putih, wajah bersih dan mulus. Perempuan juga dapat dianggap cantik apabila terlihat feminim. Di lingkungan masyarakat paras dan penampilan seseorang lebih diutamakan, karena menjadi tolak ukur apakah diterima ataupun ditolak. Sedihnya, hal tersebut nyata dan ditemukan di kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh beberapa waktu lalu terdapat kasus perempuan cantik di Amerika bernama Isabella Guzman yang membunuh Ibunya, kemudian kasus dari Laeli Atik Suprihatin yang bersekongkol dengan pacarnya untuk membunuh seorang pria. Kedua kasus tersebut sama-sama keji, tapi banyak netizen cenderung membela Isabella Guzman karena dianggap sebagai wanita sadis tercantik.

Selain itu, dalam dunia kerja banyak lowongan pekerjaan yang menetapkan good looking atau yang berpenampilan menarik sebagai kriteria tak masuk akal bagi calon pelamar kerja seperti kriteria tinggi badan, berat badan maksimal dan lainnya. Bagi mereka yang mempunyai wajah rupawan tentunya akan lebih mudah untuk diterima.

Adanya pandangan tersebut membuat masyarakat terutama para perempuan akhirnya percaya bahwa penampilan fisik sempurna akan memberi lebih banyak kesempatan dan perlakuan baik di masyarakat. 

Akhirnya, daya tarik fisik pun dianggap dapat menentukan kualitas hidup bagi seseorang terlepas dari bagaimana kepribadian dan bakat yang dimilikinya. Hal ini membuat banyak perempuan yang berlomba untuk menjadi cantik demi mendapatkan kemudahan di hidupnya.

Pada akhirnya seseorang atau perempuan yang tidak memiliki privilege tersebut akan merasa dirugikan. Tetapi, setiap hal pasti punya sisi positif dan negatif. Orang menanggap bahwa jika mempunyai privilege tersebut segala hal lebih mudah. 

Sisi negatif bagi seseorang yang mempunyai beauty privilege adalah mendapatkan ekspektasi lebih tinggi di lingkungannya, jadi apabila dia tidak sesuai dengan ekspektasi tersebut maka akan membuatnya mendapatkan tekanan lebih besar pula di lingkungan sosialnya.

Perempuan cantik sering kali dianggap kurang kompetensi dan tidak serius dalam pekerjaannya, karena fisik menjadi poin utama dalam hidup dan salah satu hal terpenting bagi dirinya. 

Hal ini membuat seseorang dengan beauty privilege sulit untuk membuktikan kemampuan dirinya, karena stigma masyarakat yang menganggap bahwa dia mendapatkan pekerjaan ataupun kemudahan lainnya karena cantik bukan karena potensi dirinya sendiri.

Banyak dari masyarakat yang terbiasa understimate kepada perempuan berparas cantik meskipun mempunyai kemampuan yang mumpuni. Sebenarnya mempunyai paras menarik memang penting, namun paras rupawan bukanlah segalanya di mana hanya mengandalkan kecantikan saja. Perlunya sikap, kepribadian, dan kemampuan mumpuni adalah hal utama untuk menjalankan kehidupan dan bersosialisasi.

Karena jika hanya mengandalkan penampilan saja tanpa mengedepankan kepribadian dan keterampilan yang dimiliki, akan menjadi sia-sia. Ketika mempunyai hal tersebut pastinya orang-orang akan melihat dirimu secara keseluruhan, bukan sekadar modal paras cantik saja.

Terlahir dengan paras rupawan memang tidak dimiliki perempuan yang memang sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Seseorang yang tidak mempunyai beauty privilege, sebaiknya fokus pada diri sendiri tidak membandingkan dirinya dengan orang lain. Apabila merasa kurang dengan diri sendiri, cukup perbaiki diri agar menjadi lebih baik.

Jangan merasa rendah diri apabila tidak mempunyai standar kecantikan tersebut. Tidak semua kesuksesan dan kemudahan dalam kehidupan bertitik pada paras yang rupawan. Mempunyai beauty privilege memang menguntungkan, tapi bukan setiap hal harus bertumpu pada hal tersebut. 

Setiap kesuksesan dalam kehidupan tentunya harus diperjuangkan dengan usaha yang keras dari diri sendiri, tidak hanya memanfaatkan privilege saja.

Beauty standart di Indonesia juga seharusnya dapat dihilangkan, karena semua perempuan tentunya cantik dan menarik dengan caranya masing-masing. Cantik bukan hanya dari warna kulit yang putih, kita di Indonesia tentunya mempunyai jenis warna kulit dan bentuk rambut maupun tubuh yang beragam. 

Standar kecantikan perempuan seharusnya di ukur dari bagaimana seseorang berperilaku dan bersikap di dalam kehidupan. Melihat kecantikan perempuan dari dalam tanpa melihat fisik yang tampak dari depan seperti kesopanan, karisma, kecerdasan, keanggunan yang dimilikinya. Kecantikan dari dalam lebih penting dibandingkan hanya dari kecantikan dari luar.

Ada yang mengatakan bahwa kecantikan sejati sebenarnya bukan berasal dari fisik, melainkan dari jiwa. Kecantikan akan memudar seiring bertambahnya waktu, tapi inner beauty atau kecantikan dari dalam tidak akan pernah hilang.