Etos kerja ilmiah dosen merupakan kepribadian dan semangat kerja ilmiah seorang dosen. Semangat kerja ilmiah penulis artikan sebagai semangat untuk menghasilkan publikasi ilmiah dalam jangka waktu tertentu. Misalnya, dalam satu semester atau satu tahun ajaran akademik.
Publikasi ilmiah adalah publikasi karya ilmiah yang dihasilkan oleh seorang dosen—baik berbentuk penelitian lapangan ataupun penelitian kepustakaan. Beberapa publikasi ilmiah yang biasa dihasilkan oleh masyarakat akademik—termasuk dosen di dalamnya, antara lain: artikel untuk jurnal ilmiah, book chapter atau bunga rampai, buku teks atau buku ajar, dan buku monograf.
Seorang dosen tidak akan mungkin menghasilkan publikasi ilmiah, bila tidak memiliki etos kerja yang tinggi. Apalagi, bila dikaitkan terhadap seabreg tugas yang dibebankan pada diri dosen—mulai dari tugas mengajar, jabatan struktural, dan tugas-tugas lainnya di luar kampus. Maka, kata kunci untuk produktif hasilkan publikasi ilmiah adalah memiliki etos kerja ilmiah.
Dengan demikian, etos kerja ilmiah seorang dosen dengan publikasi ilmiah memiliki relevansi yang sangat signifikan. dosen yang memiliki etos kerja ilmiah, bisa dipastikan akan banyak menghasilkan publikasi ilmiah.
Menumbuhkan Etos Kerja Ilmiah
Seorang dosen tidak akan mungkin bisa memiliki etos kerja ilmiah bila tidak ada ikhtiar untuk ditumbuhkan. Karena, etos kerja ilmiah merupakan sebuah kebiasaan yang ada pada diri seorang dosen untuk selalu bergumul dengan ilmu pengetahuan. Apapun kondisi dan keadaannya, dirinya akan tetap bersentuhan dengan kerja-kerja ilmiah.
Salah satu ikhtiar yang dapat dilakukan oleh seorang dosen sebagai insan akademik di Perguruan Tinggi ialah menyadari keberadaan dirinya, bahwa dirinya bukan hanya sebagai seorang pendidik. Akan tetapi, dirinya juga seorang ilmuwan yang harus terus bergumul dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut sebagai amanah konstitusi dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dosen, Pasal 1, Ayat 2, yaitu: “Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat”.
Artinya, salah satu cara untuk menumbuhkan etos kerja ilmiah bagi seorang dosen ialah adanya kesadaran bahwa eksistensi keberadaan seorang dosen ialah “Pendidik dan Ilmuwan”. Sebagai pendidik dan ilmuwan, maka kegiatan penelitian menjadi hal mutlak yang harus dilakukan oleh seorang dosen.
Dengan kata lain, bila seorang dosen tidak mendidik dan meneliti, maka keberadaan dirinya sebagai seorang dosen disanksikan. Oleh karena itu, agar keberadaan diri kita sebagai dosen tidak disanksikan, mari kita tumbuhkan kesadaran bahwa tugas seorang dosen adalah mendidik dan meneliti.
Meneliti, Sebuah Tirakat untuk Dosen
Meneliti merupakan salah satu tirakat yang harus dilakukan oleh dosen, sebagai bentuk menjaga agar dirinya tidak disanksikan keberadaannya sebagai dosen. Tentu saja, kegiatan penelitian tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena, meneliti membutuhkan kemauan dan upaya yang cukup tinggi bagi seorang dosen.
Mulai dari upaya kemampuan intelektual, mengeluarkan dana penelitian, meluangkan waktu untuk turun ke lapangan, menuliskan hasil penelitian, mengoreksi, dan bahkan harus menerima caci-makian bila apa yang diteliti menghasilkan penelitian yang kontradiktif. Mungkin, masih banyak lagi daya upaya yang harus dikerahkan oleh seorang dosen, yang tak dapat penulis sebutkan secara rinci.
Intinya, seorang dosen harus menekuni tirakat untuk terus melakukan penelitian, hingga akhir hayat. Apapun kesibukan yang dimiliki, dimanapun dirinya sedang ditugaskan, bahkan dalam kondisi apapun, dirinya harus terus menekuni tirakat untuk melakukan penelitian. Meneliti, harus menjadi ruh seorang dosen.
Dengan kata lain, seorang dosen yang tidak pernah melakukan penelitian, maka esensi keberadaan dirinya telah menjadi mayat yang berjalan, karena ruhnya telah menghilang dari jasadnya. Oleh karena itu, sebelum diri kita dikatakan sebagai dosen yang hanya menjadi mayat berjalan, mari perlahan-lahan kita belajar menekuni tirakat untuk meneliti.
Meneliti sebagai tirakat bagi dosen, tidak bisa berdiri sendiri sebagai sebuah pekerjaan. Dimana, kegiatan penelitian merupakan kegiatan yang memiliki irisan dengan beberapa kegiatan lain, yaitu membaca dan menulis.
Artinya, membaca dan menulis bagi seorang dosen merupakan sebuah keharusan. Dosen harus banyak membaca literatur berkaitan dengan rumpun keilmuan yang sedang ditekuninya. Karena, semakin banyak literatur yang dibaca oleh seorang dosen, akan semakin liar ide penelitian yang dihasilkan.
Sedangkan menulis merupakan bagian dari kegiatan mendokumentasikan hasil bacaan berbagai macam literatur. Kemudian, dipadukan terhadap temuan yang dihasilkan di lapangan. Sehingga, dalam setiap melakukan penelitian, akan menemukan hal baru. Hal baru itulah yang akan menjadi sumbangsih penelitian sang dosen.
Maka dari itu, kegiatan penelitian, membaca, dan menulis adalah sebuah paket tirakat yang tak boleh dipisah-pisahkan dan harus dilakukan oleh seorang dosen secara konsisten. Namanya tirakat, men-dawam-kan setiap hari menjadi hal mutlak bagi seorang dosen.
Memulai Tirakat Penelitian
Setelah berusaha menumbuhkan kesadaran bahwa meneliti merupakan bagian dari kegiatan yang harus ditunaikan oleh seorang dosen, langkah selanjutnya ialah seorang dosen harus mau memulai untuk melakukan penelitian. Lakukanlah penelitian sederhana yang bisa dijangkau di lingkungan kita sehari-hari. Hal tersebut, sebagai langkah awal untuk mengenalkan diri kita terhadap dunia penelitian.
Agar seorang dosen bersemangat untuk meneliti, sebaiknya proposal penelitian dicarikan pendonor. Sepengetahuan penulis, setiap Perguruan Tinggi biasanya memberikan donor penelitian kepada setiap dosennya. Maka, dosen yang bersangkutan dapat mengajukan proposal penelitian tersebut ke kampus tempat dirinya mengabdiakan diri.
Biasanya, pihak kampus akan memberikan kwota untuk para dosen yang masih pemula dalam melakukan penelitian. Maka dari itu, ajukanlah proposal penelitian yang sudah dibuat. Sehingga dosen yang bersangkutan bisa mendapatkan dana hibah penelitian. Dengan mendapatkan dana penelitian, setidaknya biaya untuk melakukan penelitian ada yang menanggung—mulai dari biaya membeli buku, membeli paket data untuk internet, dan transportasi hilir-mudik menuju tempat penelitian.
Kalaupun dana penelitian tersebut ada kelebihan, maka kelebihan tersebut bisa dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Dengan demikian, ibarat kata pepatah: “sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui”. Artinya: “sekali meneliti, seorang dosen bukan hanya akan menghasilkan temuan penelitian, akan tetapi juga akan menghasilkan honorarium dari kelebihan biaya penelitian”.
Maka dari itu, mari kita mulai tirakat untuk melakukan penelitian. Tak usah banyak mengeluarkan alasan. Karena, semakin banyak alasan yang dikeluarkan oleh seorang dosen, akan semakin sulit untuk memulai tirakat meneliti. Intinya, sebagai dosen harus memulai untuk melakukan penelitian saat ini juga.
Perlu diketahui, karena meneliti ini bagian dari tirakat, akan banyak hal yang harus dikorbankan demi men-dawam-kan tirakat ini. Mulai dari mengorbankan waktu istirahat, mengorbankan waktu bersama keluarga, dan lain sebagainya. Tetapi, seluruh pengorbanan akan berakhir dengan senyuman, tatkala penelitian berhasil diselesaikan dan sisa dana hibah penelitian ditransfer oleh bagian keuangan.