Semakin berkembangnya zaman dan di tengah persaingan global, kita generasi muda sebagai penerus bangsa harus ikut berkontribusi dalam pengembangan teknologi salah satunya pada bidang pertanian. Dengan mewujudkan pertanian modern yang menerapkan sistem pertanian terbaru. Salah satu caranya dengan menciptakan alat-alat yang dapat memudahkan dan meningkatkan kualitas hasil pertanian Indonesia serta diikuti dengan aksi nyata.
Apakah itu pertanian? Pertanian merupakan kegiatan produksi yang berlandaskan pada proses pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Oke, pada kali ini akan dibahas mengenai tumbuhan saja. Dapat dilihat di Indonesia ini terdapat banyak jenis tumbuhan yang beraneka ragam, mulai dari buah hingga sayuran.
Maka dari itu kita dapat menanam dengan berbagai metode salah satunya hidroponik. Hidroponik adalah suatu metode dalam budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah, menekankan pada pemenuhan kebutuhan hara nutrisi bagi tanaman. Hidroponik sudah lumayan banyak digunakan di Indonesia akhir-akhir ini, dasar dari hidroponik sebenarnya sudah diketahui sejak lama.
Adapun bahan yang sering kita jumpai pada hidroponik yang pertama yaitu rockwool. Rockwool merupakan media tanam yang umum digunakan disistem pertanian hidroponik untuk penyemainan bibit sebelum dipindah ke lahan sesungguhnya. Rockwoll terbuat dari beberapa serat yang disatukan hingga membentuk busa. Terbuat dari lelehan material batu gunung vulkanik contohnya batu basalt.
Yang kedua netpot, netpot merupakan sebuah gelas berukuran kecil yang terdapat lubang untuk tempat akar tanaman. Netpot sendiri biasanya digunakan untuk tanaman yang siap untuk dipindah ke lahan sesungguhnya hingga masa panen nanti. Yang ketiga yaitu nutrisi ab mix, dapat kita jumpai dalam bentuk cair. Bahan dari ab mix ini yaitu berupa nitrogen, pospor, kalium, magnesium, calsium, serta sulfur.
Sebelum lanjut ada beberapa sistem hidroponik yang akan dijelaskan pada artikel ini. Pertama hidroponik rakit apung, jenis hidroponik rakit apung ini merupakan sistem hidroponik yang paling sederhana dan mudah untuk diterapkan. Terutama untuk para pemula dan yang berada di perumahan dengan lahan terbatas. Sistem ini memerlukan sebuah wadah yang berisikan pupuk cair.
Setelah bibit sudah lumayan besar, dari tempat rockwool dapat dipindahkan dinetpot. Biasanya dinetpot sendiri ditambahkan kain flanel sebagai sumbu air ke akar tanaman. Setelah siap maka tanaman ditempatkan di atas wadah yang telah disiapkan tadi.
Dibilang cukup mudah karena saat tanaman sudah dipindah ke wadah yang berisikan pupuk cair tadi, langkah kita selanjutnya memantau nutrisi tanaman. Alat untuk mengukur nutrisi tersebut disebut dengan TDS meter. TDS meter merupakan sebuah alat untuk mengukur berat total semua padatan (mineral, garam atau logam) yang dilarutkan dalam sejumlah volume air, dinyatakan dalam miligram per liter (mg/L) atau part per million (PPM).
Lanjut ke sistem hidroponik kedua, yaitu Hidroponik sistem NFT adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen. Untuk sistem ini ada beberapa bahan yang diperlukan antara lain pipa paralon 3 inch, tutup paralon, penyambung paralon, lem paralon, selang air, dan pompa aquarium.
Berbeda dengan halnya sistem hidroponik rakit apung. Untuk NFT ini menggunakan sebuah pompa untuk peredaran nutrisinya. Pompa harus selalu menyala agar nutrisi tetap mengalir. Jika pompa mati dalam jangka waktu yang lama tanaman akan layu dan mati.
Lanjut yang ke tiga yaitu Hidroponik sistem DFT atau Deep Flow Technique merupakan jenis berkebun hidroponik tanaman ditanam pada air dangkal, dan larutan nutrisi terus mengalir di sekitar akar tanaman. Pada sistem DFT air yang tergenang dalam pipa sekitar 1/3 atau 1/4 bagian pipa. Untuk sistem ini apa bila pompa mati tidak perlu khawatir karena masih terdapat air dalam pipa dengan syarat harus terkontrol airnya.
Lanjut dengan system pertanian yang kedua yaitu Integrasi automasi pertanian ( Smart Farming ) Walaupun masih tergolong asing namun konsep ini sudah ada di Indonesia yaitu penanaman sensor tertentu seperti sensor kelembaban suhu, tanah, dan sensor pH di lahan pertanian. Kemudian dilengkapi dengan wireless transmitter jarak jauh yang memancarkan sinyal ke arah stasiun utama untuk terhubung ke mesin pompa air hal ini dapat menghemat banyak waktu .
System pertanian yang ketiga yaitu Hortikultura (horticulture) Hortikultura berasal dari bahasa Latin hortus, yang berarti tanaman kebun dan cultura/colere, berarti budidaya, sehingga dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Bidang kerja hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi tanaman, hama dan penyakit, panen, pengemasan dan distribusi.
Yang keempat adalah UAV Agriculture dalam teknologi pertanian modern UAV ( Unmaned Aerial Vehicle ) melakukan peranan inspeksi kesehatan tanaman. Inspeksi tanaman bisa dilakukan dengan menggunakan drone/UAV secara otomatis dengan tambahan kamera. NDVI ( normalized difference vegetation index ) yang bekerja dengan cara didasarkan pada premis bahwa tanaman hijau hidup menyerap energi matahari dan memancarkannya kembali sebagai energi near-infrared.
Dengan adanya NDVI analytic ini dapat membantu petani dalam mengalokasikan pupuk. Selanjutnya yaitu sprayer cairan pestisida, drone sprayer sangat diminati oleh pengusaha disektor pertanian modern untuk mengoptimalkan hasil pertanian dengan efektivitas cost tinggi, pasalnya drone sprayer mampu melakukan pemupukan yang berwujud zat cair bisa membawa beban hingga 15 liter dalam sekali penyemprotan.
Nahhh, dari sekian metode atau sistem pertanian, kita sebagai generasi penerus bangga harus ikut andil dalam pengembangan tersebut. Dengan menanam berbagai tanaman yang dapat memenuhi pangan maupun yang hanya sebagai hiasan saja. Kita dapat memulai dengan hal yang mudah saja seperti mencoba menanam di sekitar halaman rumah, dengan metode hidroponik contohnya. Dengan terus berinovasi dan mempraktikkannya kita pasti bisa bersaing dengan bangsa luar.