Sajak Kehidupan
Dalam ratapan cinta kasih
Engkau tunduk pada sebuah nelangsa
Tentang deretan memori yang merayap dalam amigdala
Memaksa mengingat tanpa di minta
Katamu trauma mengikatmu dalam penjara keterasingan
Sudah berkali-kali engkau bermuram durja
Tak ada harapan dalam asa mu
Berkali-kali pula engkau bangkit
Namun sendu merajai ragamu
Terlepas dari itu kau lupa
Bahwa di kerajaan jagat raya ini
Ada yang Maha Tinggi
Kau lupa akan kuasa-Nya
Dan hanya tersungkur dalam ruang asa
Sudah banyak waktu yang kau buang sia-sia
Dan bergeraklah untuk berhijrah pada ruang bahagia
Dan seketika kau akan mendapat hidayah
Untuk memperbaiki segala ketidakaturan hidupmu
Hidup memang seperti itu
Dipertemukan suka dukanya kehidupan
Namun yang mampu mengendalikannya adalah dirimu
Bangkitlah dari penjara itu
Untuk terbebas menyambut kembali harapan baru
Butir-Butir Cinta
Kini kau termenung dalam ruang kesendirian
Memapah kitab suci dan melantunkannya dalam kedamaian
Sesekali bulir air mata meniti tanpa di minta
Tersentuh haru di dalam sukma
Selepas itu, kau tengadahkan tangan memohon ampunan
Lagi, kristal bening itu berhasil keluar di pelupuk mata
Tumpah sejadi-jadinya
Kau ucapkan mesra dengan nama-nama indahnya
Ya Rahman...
Ya Khalik...
Ya Ghafur...
Berkali-kali ucapan lembut kau keluarkan
Doa-doa kau langitkan meminta ampunan
Sungguh cinta-Nya tiada yang bisa menandingi
Tenteram jiwa selalu berharap pada-Nya
Segenggam Tabah
Terik menusuk kulit
Tubuh mulai bermetabolisme
Keringat bercucuran perlahan
Sesekali tangan tergerak mengusap wajah
Lelah...
Dengan pakaian yang hampir basah dengan keringat
Bunyi keroncongan mulai melancarkan aksinya
Pada raga yang kian melemah meminta asupan
Sungguh hari yang berat untuk mengharapkan sebuah rupiah
Namun tiada kata putus harapan dalam mengais rezeki
Hingga anak istrimu dapat makan
Untuk hari ini
Sebuah Ambisi
Seorang pemuda menjajaki labirin kehidupan
Tak henti-hentinya terseok karena perihnya perjuangan
Remuk tulangnya
Terombang ambing masa depannya
Namun, ambisinya menaklukkan mimpi adalah keharusan
Di saat pemuda seusianya sedang meninggikan ilmu
Dia tetap sabar mencari nafkah
Menghitam di bawah panas teriknya matahari
Merasakan ngilu membekas sepanjang malam
Yah, beban ditanggungnya adalah hal biasa baginya
Siapa lagi yang akan menggantikannya dalam perjuangan ini
Tekadnya adalah melukiskan kebahagiaan untuk keluarganya
Walau lelah tak seimbang dengan upah
Terkadang merasa putus asa
Namun tak kuasa untuk memperlihatkan kepada orang tercinta
Terkadang bersandiwara
Bahwa yang terlihat tak demikian benarnya
Seakan lelah ingin berhenti
Namun tekadnya yang kuat merobohkan asa
Untuk menggapai tujuan sebenarnya
Pulang
Yang ternyaman ketika bepergian
Di nanti banyak orang
Di peluk dalam balutan kasih
Tersenyum sumringah melepas rindu
Kebersamaan menjadi obat pertemuan
Menghadirkan kelakar yang lama di telan waktu
Kini tercipta lagi
Sungguh, pulang menjadi kata ternyaman selepas perjalanan panjang mengarungi dunia
Replika Negriku
Ada pesan yang tak tersampaikan
Dalam sisi temaram yang perlu pencerahan
Di negeri tempat kita berpijak
Gedung terus di biarkan tinggi menjulang
Lahan di alihfungsikan menjadi bangunan
Sementara petani meraung meminta pembelaan
Namun tak ada yang mengindahkan
Di sana di kota besar sana
Yang katanya pemimpin malah makan uang rakyat
Rumah-rumah kardus di kolong jembatan bagaikan figura kemelaratan
Anak kecil berdiri dengan kaleng kosong
Menjajaki kendaran mewah yang penuh polusi
Negeriku masih bahagia dalam bayang-bayang
Yang katanya kaya namun di salahgunakan
Sumberdaya alam di biarkan dieksploitasi tanpa pertimbangan
Suara rakyat di abaikan
Negeriku masih bahagia dalam bayang-bayang
Karena manusia berulah tanpa sadar
Portal Kontemplasi
Katamu sudah sering merasakan banjir air mata
Dalam mengarungi kehidupan yang di penuhi drama
Katamu sudah sering merasakan sakit
Hati dan pikiran terkoyak habis berakhir dalam kebisuan
Tiada yang bisa menebak ketentuan Tuhan
Karena naskah skenario-Nya adalah miliknya
Kita adalah pemeran kehidupan
Yang perlu mengambil hikmah dalam setiap kejadian
Kehidupan dengan rasa yang acak selalu berdampingan
Tangis sedih ataupun bahagia
Akan di rasa oleh makhluk-Nya
Namun, jangan melupa akan kehadiran-Nya
Hingga tiada terasa hampa
Karena kita bersama-Nya
Dalam belenggu kasih-Nya
La Tahzan Innallaha Ma'ana
Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita
Satu kalimat sebagai bahan perenungan
Merindukan Halaqah
Kita pernah bersama menyusuri lorong waktu
Di sisi barat langit senja yang kian luruh
Kaki-kaki para remaja menguatkan langkahnya
Menuju tempat ladang pengetahuan agama
Dalam naungan cinta-Nya kita dipertemukan
Topik demi topik di gagas habis sang murabbi
Berakhir senyum merekah bersimpuh damai dalam kalbu
Sungguh saat itu, kita adalah seorang mutarabbi
Yang selalu mencari pencerahan dalam kehidupan
Yang berusaha memperbaiki akhlakul kharimah
Menjadi sebaik-baiknya insan
Di dunia dan di akhirat kelak
Dalam halaqah
Rindu menyeruak kini
Sungguh ingin berada dalam momentum itu lagi
Tarakan, 5 April 2020