Setiap manusia adalah pemimpin. Entah pemimpin untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang banyak.
Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan memengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasannya.
Setiap pemimpin mempunyai masanya masing-masing. Artinya, tidak selamanya seorang pemimpin akan terus menjadi pemimpin. Maka dari itu, regenerasi kepemimpinan sangat penting adanya.
Menjadi pemimpin adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh pemimpin. Karena kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya itu. Sekecil apa pun amanah yang ia pegang, maka wajib dipertanggungjawabkan.
Untuk menjadi seorang pemimpin, tidak harus menunggu tua atau mempunyai harta yang banyak. Karena hal yang yang terpenting dari sebuah kepemimpinan adalah keahlian dia dalam mengajak orang lain untuk sama-sama mewujudkan tujuan yang hendak diacapai.
Jika saat ini pemimpinnya sudah tua, maka tugas penting bagi kaum muda untuk mempersiapkan dirinya menjadi regenerasi kepemimpinan selanjutnya.
Pada saat ini, para pemuda berada pada masa generasi millenial, yang di mana hidup pada zaman yang canggih mencari ilmu ataupun informasi saja dengan mudah mereka dapatkan teknologi yang sangat canggih. Saat ini pun banyak calon-calon pemimpin dari kalangan muda yang mempunyai jiwa pemimpin.
Pemuda yang menjadi seorang pemimpin tidak menjadi masalah besar. Karena pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu merangkul semua golongan, dari kalangan atas maupun kalangan bawah.
Generasi milenial saat ini bisa menjadikan bangsa Indonesia yang berkembang ini menjadi maju jika terdapat kesadaran kekompakan dalam segala perbedaan.
Karena saat ini Indonesia masih saja sensitif dengan isu-isu receh yang menyebabkan terpecah belahnya negeri ini. Dengan adanya pemimpin-pemimpin muda, menjadi harapan masyarakat Indonesia agar negeri ini akan jauh lebih baik lagi.
Saat ini, hoax, ujaran kebencian, dan isu SARA menjalar luas ke permukaan masyarakat Indonesia. Walaupun tidak melakukannya secara langsung, mereka menggunakan media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dan lain-lain) untuk menyebarkan hoaks atau ujaran kebencian.
Dengan seperti itu, masyarakat mudah terbawa emosi dan mudah diadu-domba. Mulanya bersahabatan erat, tapi di momen politik ini, karena beda pilihan, bisa menjauhkan bahkan menimbukan perpecahan. Hal ini sangat disayangkan jika terus terjadi.
Namun, saat ini tidak sedikit pemuda juga mengambil sikap dengan adanya masalah tersebut. Banyak sekali pemuda atau organisasi-organisasi kemahasiswaan atau kepemudaan yang mendeklarasikan anti-hoaks dan ujaran kebencian.
Semangat dan jiwa pemuda saja tidak cukup untuk menjadikan Indonesia ini lebih berkembang atau bahkan maju. Pemuda atau generasi kepemimpinan harus dipupuk dari setiap aspek, yaitu keahlian, pendidikan, dan yang lebih penting lagi ilmu agama. Pemimpin harus cerdas dalam segala sesuatu walaupun dalam situasi yang genting.
Menjadi seorang pemimpin memang bukan perkara yang mudah. Namun jika pemimpin bisa mengajak, merangkul, dan mengarahkan anggota-anggotanya, semua kendala-kendala akan mudah terselasaikan.
Dalam beberapa hal, yang menjadi pertimbangan bahwa pemimpin sebagai penggerak yang mampu mengoordinasikan, baik pada wilayah kebijakan dan manajemen integrasi administrasi.
Begitu besar peran yang harus dimiliki seorang pemimpin. Ia harus menjadi poros penengah dari berbagai keinginan, perbedaan, dan lain-lain. Maka di sinilah sosok pemimpin dan strateginya dibutuhkan untuk mobilisasi dan perantara antara stakeholder satu dengan yang lainnya.
Karena selain penentu arah yang akan ditempuh juga sebagai wakil organisasi yang menjadi mediator andal, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama menangani situasi konflik.
Pemimpin harus memiliki integritas, efektivitas, rasionalitas, objektivitas, dan netral. Jauh dari semua itu, pemimpin jelasnya menjadi pelaksana/eksekutif perencana (planer), pembuat kebijakan (policy maker), dan pastinya menjadi realistis.
Sehingga dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai garis yang tepat menuju arah yang telah dicita-citakan. Ia harus mampu menuntun, memandu, membimbing, membangun motivasi kerja mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan, dan berkomunikasi dengan baik memberikan super visi yang efisien.
Kepemimpinan yang baik banyak dijelaskan oleh para ahli. Kottter, misalnya, menjelaskan kepemimpinan adalah proses menggerakan sekelompok orang ke arah yang sama melalui cara-cara nonkoersif (tanpa paksaan), kepemimpinan juga orang yang mengemban pemimpin.
Selain itu, Purwanto mengatakan yang dikutip oleh Veithzal Rivai dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi, mendefinisikan kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
Dari penjelasan kepemimpinan di atas, bisa disimpulkan bahwa kepemimpinan yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin bisa mengajak anggota-anggotanya dengan segenap cara-cara yang baik dengan tanpa paksaan, tetapi bagaimana anggotanya bisa dengan sukarela dan semangat melaksanakan tugasnya masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.
Dengan demikian, seorang pemimpin tersebut berhasil dalam menjalankan kepemimpinannya. Pada saat ini juga, banyak organisasi-organisasi yang melahirkan pemimpin-pemimin muda yang berkualitas dan mampu menjadikan Indonesia lebih baik lagi, entah itu dalam ranah politik, sosial, dan lain sebagainya.