...10 hingga 20-an tahun pasca Paten, resep rahasia masakan mereka tak jatuh le tangan orang lain.
Justifikasi Berdasar Bias Makna
Pemahaman tentang Paten, memang bisa menuai bias makna.
Antara lain, orang yang mendaftarkan Paten atas karya yang dibuatnya atau menangkap peluang atas karya orang lain, misal olahan Tempe yang karya nenek moyang prang Indonesia oleh orang Jepang, bisa dianggap serakah, karena terpandang sebagai sosok yang hanya dialah si penuai keuntungan.
Padahal, Paten itu ada masa kadaluwarsanya, yang pada masa habis waktu Paten tersebut, maka karya-karya paten tersebut bisa menjadi milik publik sepenuhnya.
Oleh karenanya, mana mau itu produsen olahan makanan ataupun minuman Waralaba mendaftarkan Paten atas karya-karya resep rahasia mereka. Supaya, pada kisaran 10 hingga 20-an tahun pasca Paten, resep rahasia masakan mereka tak jatuh le tangan orang lain.
Perihal Citayam Fashion Week, CFW, sebenarnya upaya mematenkan karya berupa ide mengelola momen kegiatan fashion di area publik, itu upaya kreatif, agar kelak lebih tertata.
Hanya saja, karena upaya tersebut terpandang merebut hak atas berkegiatannya kalangan muda menengah ke bawah, baca: kalangan miskin, sontak lembaga ataupun perusahaan yang punya gagasan mematenkan manajemen atas kegiatan CFW, dihakimi oleh netizen, bahkan hujatan langsung diarahkan secara individu ke pemilik lembaga tersebut. Dalam hal ini, Baim Wong dan Paula Verhoeven, sang istri.
Ganasnya dunia media sosial dengan nalar berpikirnya netizen khas Indonesia.
...upaya untuk memicu orang lain agar kelak menyaingi ide dan karya yang mengubah dunia tersebut.
Sikap Tulus dalam Wujud Mematenkan Ide pun Buah Karya
Bagi Penulis, maka Baim Wong dan istri yang dalam hal ini sebagai pemilik lembaga yang mendaftarkan paten atas CFW, adalah sosok yang menangkap peluang, selayaknya mereka adalah pengusaha.
Sama, tahun 1980-an, Aqua yang artinya umum adalah benda cair, itu dipatenkan menjadi merek air minum dalam kemasan.
Kiranya, gagasan menangkap peluang atas karya dari golongan miskin lah yang membuat Baim Wong, istri dan lembaganya mendadak mendapat stigma negatif, lalu membuat mereka membatalkan rencana tersebut.
Masih krusial pandangan umum, baca: warga net, netizen, atas hak-hak orang-orang miskin, sehingga istilah Paten pun mengalami bias, pergeseran makna.
Justru orang yang mematenkan suatu ide atau karya, itu orang kreatif dan tulus.
Tulus dalam konteks sepadan antara memberi ide ataupun karya, dengan memberi kesempatan bagi orang lain untuk bersaing hingga ide dan karya mereka bisa lebih baik dari ide ataupun karya yang dipatenkan lebih awal.
Misal, Thomas Alfa Edison, mematenkan temuannya tentang teknologi lampu pijar berarus listrik dan pemutar suara rekaman yang tersambung ke gramofon dalam piringan hitam, itu adalah upaya untuk memicu orang lain agar kelak menyaingi ide dan karya yang mengubah dunia tersebut.
Juga, kelak lampu dan alat pemutar suara rekaman bisa lebih berkembang karena banyak orang pun lembaga industri yang menggunakan teknologi pembuatannya secara bebas pasca masa Paten.
Jika sejak awal ide dan buah karya oleh Thomas Alfa Edison sang penemu yang tuna rungu ini dibebasin ke publik, lha kok nyimut, lha kok enak banget.
Justru, menggratiskan suatu temuan, ide pun gagasan, malah bisa menjadi keputusan yang memanjakan orang lain. Malah bikin orang lain itu nggak tertantang untuk belajar, sekedar meniru-niru saja. Memicu sifat copycat.
...tatanan mode dan busana yang tak sepenuhnya matching meski eyecatching.
Mematenkan Sistem Mewadahi Kreativitas Anak-Anak Muda
Jadi, nggak papa Mas Baim Wong, coba lanjut lagi upaya mematenkan kegiatan dimaksud, tanpa menyebut spesifik nama benda, orang ataupun daerah, seperti imbuhan kata Citayam. Namun kalimat yang umum, misal; Public Fashion Week.
Malah lebih umum nama Paten tersebut dan bisa berpeluang kelak mengelola suatu kegiatan fashion secara sistematis, dengan sistem dan pengelolaan mutu yang terpantenkan.
Potret Baim Wong dan Paula Verhoeven tengah menyampaikan penjelasan perihal penarikan permohonan CFW dari Kemenkumham. Sumber foto: news.detik.com - 'Baim Wong Resmi Tarik Pengajuan Merek Citayam Fashion Week.'
Dalam kerangka berpikir positif, maka Paten atas ide pengelolaan suatu sistem, yang mewakili potret kegiatan CFW ataupun yang serupa, dengan tata laksana, syarat dan kondisi yang berlaku unik serta peluang pengembangannya, hingga menumbuhkan perputaran modal usaha.
Juga, dalam kerangka berpikir yang demikian, bisa mewadahi kreatifitas mewujudkan karya-karya mode busana terkini, yang secara modis dikenakan oleh anak-anak muda setempat, bukan model profesional sebenarnya.
Kegiatan yang menyalurkan energi kreatif anak-anak muda, dalam konteks peran mereka mewakili kalangan menengah bawah dalam mengenalkan tata busana serta menampilkan potret gaya hidup yang nyata. Bukan gaya hidup awang-awang yang menjebak perilaku hedonisme belaka.
Semacam kegiatan yang mendobrak zona nyaman, dalam hal tatanan mode dan busana yang tak sepenuhnya matching meski eyecatching.
Menawarkan perilaku baru dalam mengungkap kemapuan anak-anak muda golongan menengah ke bawah, dalam hal menyumbang tatanan berbusana dan melenggang berpenampilan seadanya, apa adanya.
Betapa, melenggang modis di ruang terbuka menyebrangi zebra cross jalanan lebar, adalah gejala baru atas gejolak anak-anak remaja beserta hormon masa muda mereka. Lalu, agar gejolak mereka terwadahi dan tertata, pasti perlu dukungan dana.
Peluang untuk memutar modal sebagai sumber dana penyelenggaraan kegiatan publik guna mengungkap kreativitas mode bagi anak-anak muda pun menjadi terbuka, dalam bentuk peluang usaha berkelanjutan.
Maju terus ya Mas Baim Wong, juga pengusaha muda Indonesia. Pengusaha kudu punya mental baja, menyerah adalah pantangan. Termasuk, pantang menyerah untuk memahami cara pandang publik, netizen kebanyakan.
Justru cara pandang publik yang kebolak-balik, bisa menuai peluang yang menguntungkan.