Satu kata yang bermakna beribu kebaikan di dalamnya. Seseorang yang dianggap dalam masyarakat memiliki kepandaian, serta ilmu atau pakar dalam bidang agama. Mengetahui dasar bagaimana suatu hal yang dilarang dan dibenarkan dalam beragama.

Tidak sedikit pun masyarakat yang amat sangat menyanjung seseorang yang sudah mendapat sebutan seorang yang alim. Terlebih pandangan orang tua di masyarakat. Sering kali pula, alim dikatakan sebagai seseorang yang tidak pernah neko-neko dalam kehidupannya, hanya melakukan suatu hal yang dibenarkan dalam agama.

Seperti yang kita tahu, terutama saya sebelumnya. Bahwa alim dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mencangkup 2 pengertian. Terkadang orang yang disebut alim memiliki ilmu atau pengetahuan berlebih dibandingkan dengan orang biasa dalam bidang keagamaan, dan yang kedua ialah saleh. Dimana saleh yang dimaksudkan adalah seseorang yang tidak pernah meninggalkan ibadahnya.

Dari segi penampilan, perilaku dan tutur kata mungkin memang benar dimana mereka yang disebut alim lebih ke arah yang lebih baik dan sopan jika dibandingkan dengan orang biasa. Tetapi, dengan adanya hal ini kita sering menilai seseorang berdasarkan apa yang kita lihat saja. Sering kali kita melihat orang yang berpenampilan sederhana, bertato, bahkan anak punk dengan mudah menyimpulkan bahwa mereka adalah orang yang tidak baik.

Ada suatu ketika, saat teman saya bercerita. Dimana dia memiliki teman yang mungkin tidak seberuntung kita. Besar dan mencari makan menyusuri pinggir jalan, dengan bermodalkan gitar sebagai mata pencaharian. Pakaian lusuh, kumal serta tato yang sudah sangat melekat pada badan.

Tidak banyak berpikir, pada saat itu pula saya melontarkan kalimat “kok bisa kamu temenan sama dia? Emang ngga salah”. Mungkin tidak banyak dari kita juga akan bereaksi seperti itu ketika mengetahui hal tersebut. Yang mana pasti pandangan seseorang pun, terlebihnya masyarakat akan mengatakan ‘’jangan berteman dengan orang yang seperti itu, takut kalau nanti kebawa arusnya”.

Tetapi dari penjelasan yang saya dapat, bahwa orang yang mungkin kita pandang jelek. Atau dalam artian mereka buruk dalam pandangan masyarakat. Di situ lah letak mereka tidak menutup kemungkinan, di mana sebenarnya mereka mungkin lebih baik dengan orang alim disisi pandangan Sang Pencipta.

Sering kali kita mengjudge orang dari sisi pandang yang kita lihat saja. Mungkin, orang yang berlatar tumbuh besar di jalanan buruk, tetapi kita tidak mengetahui yang sebenarnya sisi terang mereka seperti apa dan bagaimana. Hal ini pula yang kita lakukan ketika kita menilai orang alim, mungkin kita hanya melihat sisi baik mereka tanpa kita sadar dan tahu akan sisi gelapnya.

Pengalaman pribadi akan cerita setahun lalu, pada saat saya masih menilai seseorang berdasarkan apa saja yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri. Guru agama yang seharusnya menjadi teladan terutama untuk muridnya, terkenal akan tutur serta arahan islamiknya kepada siswa. Kenyataannya hanya menjadikan itu sebagai alat untuk memancing suatu perbuatan yang dilarang agama.

Terbayang dan masih teringat jelas dalam hati dan pikiran saya. Dimana kalimat yang saya dengar dan masih terbayang mungkin dengan para teman-teman saya ‘’ayok kita perdalam, kita belajar agama bareng-bareng. Kalian atau mungkin dengan personal diri, saya perkenankan untuk main ke rumah”. Itu yang menjadi malapetaka mungkin untuk seorang murid yang bisa dengan mudah untuk di manipulasi.

Pada saat itu, tanpa saya sadar ada seorang murid yang mungkin jauh lebih muda dibandingkan saya. Mengaku ingin menyelesaikan urusan ekstrakulikuler disekolah, tetapi hanya sendiri terlebih pada jam yang sudah larut malam. Kejadian yang tidak menyenangkan dan sangat menyayat hati semua orang yang ada dalam sekolah. 

Suatu hal yang tidak senonoh, yang mungkin tidak sepantasnya beliau lakukan kepada seorang murid. Yang seharusnya menjadi dan memberi contoh baik kepada kita seorang murid. Pada kenyataannya membawa bekas luka mendalam trauma akan kenangan.

Dari kejadian tersebut, mulai menyadarkan diri saya akan tidak terlalu pentingnya menilai seseorang tanpa kita mengetahui sendiri apa dan bagaimana keseharian pribadi seseorang. Kita juga tidak boleh berpandangan bahwa semua orang alim pasti buruk. Kita bukan Tuhan, di mana bisa dengan mudahnya menghakimi suatu tindakan yang dirasa tidak pantas.

Memang Tuhan menciptakan semua terlebihnya ada kurang dan pasti lebih dalam kapasitas yang berbeda. Tetapi dengan kapasitas yang berbeda ini, semoga kita bisa menilai orang bukan berdasarkan dengan apa yang kita lihat saja. Pandangan akan baik dan buruk seseorang, kita tidak dapat langsung menilai dengan cara hanya mengamati orang tersebut (dont look at the cover).

Mungkin seseorang yang dirasa baik memiliki suatu kekurangan atau sisi gelap yang mana memang tidak kita ketahui. Begitu pula dengan orang yang kita rasa buruk, pasti mereka juga memiliki sisi kebaikan mereka sendiri.