Euforia luar biasa sedang menghinggapi ribuan warga kota Ende di pekan ini. Puncaknya adalah ribuan orang tumpah ruah di jalan untuk menyambut sekaligus menyaksikan kedatangan orang nomor satu di Indonesia. Setelah sekian lama hanya menjadi wacana,  kunjungan Presiden ke kota Pancasila, Ende, akhirnya bisa terealisasi pada petang diujung terakhir hari di bulan Mei 2022. 

Euforia bukan hanya terjadi di jagad nyata. Riuh dan ramainya juga sampai jagad maya. Media sosial dan media masa digital pun dipenuhi dengan pemberitaan kedatangan presiden ke-7 RI ini. Sebagai resonansi, muncul pula banyak tanggapan, komentar berseliweran yang di dunia maya. 

Mulai dari yang positif, mendukung, sampai dengan tanggapan yang kritis dan mempertanyakan kedatangan Presiden. Pentingkah kunjungan Presiden ini? Adakah yang cukup berarti di masa depan dalam kaitannya dengan kunjungan ini?

Pancasila dan Ende

Kunjungan Presiden Jokowi ke Ende, sebuah Kota Kabupaten di Nusa Tenggara Timur,  tidak pernah lepas dari status Ende sebagai tempat penggalian dan perumusan butir-butir Pancasila. Bertahun-tahun yang lalu, di bawah pohon sukun yang keramat itu, pejuang, bapak bangsa sekaligus Presiden sulung Indonesia, Ir. Soekarno, telah merumuskan dasar-dasar negara ke dalam lima sila yang kemudian kita kenal sebagai Pancasila.

Pembuangan politik kala itu, yang seharusnya membawa keterpurukan dan memutuskan rantai perjuangan kemerdekaan, ternyata menjadi moment luar biasa bagi pemantapan terbentuknya kesatuan sebuah bangsa dan negara Indonesia. 

Dalam pembuangan oleh pemerintah Belanda antara tahun 1934-1938, Soekarno memperoleh masa untuk mematangkan pemikiran tentang dasar negara. Beliau lalu muncul menjadi sosok penggali dan perumus dasar negara baru yang sedang berjuang untuk merdeka negara penjajah (Robert, 2013)

            Tentunya nilai-nilai Pancasila yang digali dan dirumuskan Soekarno tidak muncul dari kekosongan. Ilham dan inspirasi itu datang dari stok pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki beliau. Proses ini pun dijalankan melalui daya refleksi mendalam. Di bawah rindangan pohon sukun dan pemandangan lepas ke Laut Sawu mengalirlah ide-ide yang menjadi ideologi serta mempersatukan nusantara.

Daya refleksi yang dalam pun muncul dari sintesis berbagai pengalaman, peneropongan  keberagaman budaya dan agama warga Ende-Lio waktu itu. Inspirasi itu juga muncul dalam interaksi sebagai pendalaman dan pemantapan pengetahuannya. Proses ini pun terjadi dalam perjumpaan entah dengan warga lokal atau juga dalam diskusi dan dalam berbagai literatur di perpustakaan biara milik para  misionaris Katolik dari Eropa yang bertugas di Ende saat itu (Camnahas, 2013).

            Kelapangan hati, ketebalan mental atau pun sikap inklusif dalam interaksi dengan semua orang-orang di masa pembuangan tadi, sungguh menjadi modal untuk merumuskan dasar-dasar negara yang mengakusi tentang adanya Yang Esa, manusia berada dan beretika, tidak ekslusif, respek terhadap keragaman, menjunjung tinggi musyawarah dan demokrasi serta memperjuangkan keadilan bagi seluruh bangsa Indonesia. Lima sila ini kemudian menjadi tonggak bangsa yang tidak tergeserkan dan tidak lekang oleh waktu karena lahir melalui proses yang tidak abal-abal.

Pentingkah kehadiran Presiden di Ende?

Sebenarnya wacana memperingati Hari Pancasila sudah terdengar sekian lama. Wacana ini muncul sejak masa kepresidenan Megawati. Namun setelah hampir 20 tahun berlalu, wacana kunjungan presiden ke kota Pancasila akhirnya terlaksana. Setelah kedatangan Soekarna di tahun 1954, hampir tidak ada lagi Presiden yang menyambangi Ende secara resmi. Mungkin yang ada hanyalah yang sekedar lewat.

Meskipun sudah sekian lama, kedatangan Presiden ke Ende, amatlah penting.  Kunjungan ini penting karena kedatangan ini bisa menjadi sebuah reuni sejarah. Hampir seperti genealogi Michael Foucault yang menelusuri sejarah dan pengetahuan untuk merumuskan pengetahuan di masa kini (Bevir, 2008), reuni sejarah ini pun punya peran vital untuk tetap menjaga bersambungnya rantai sejarah sehingga bisa dipakai untuk memantapkan fondasi kenangan dan memetakan visi atau misi yang akan dijalankan di masa depan.

Pemantapan langkah ke depan lalu nyata dalam undangan Presiden dalam pidatonya untuk membumikan dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Hal ini amat mengingat, adanya berbagai tantangan seperti Pandemi Covid 19, ancaman krisis energi dan pangan, bahaya perang. Pancasila menjadi bintang penuntun dan dasar untuk mempersatukan bangsa dalam menghadapi berbagai tantangan ini.

Selain itu, hadirnya Presiden di Ende penting karena pesan dalam pidato tadi  hanya bisa terlaksana dengan baik apabila orang benar-benar tahu dan sadar tentang akar dan proses lahirnya Pancasila hingga menjadi ideologi negara ini. Pancasila tidak pernah lahir karena peran atau kuasa dari seseorang saja. 

Ia merupakan sebuah proses yang melibatkan banyak hal, aspek maupun berbagai kejadian seperti sejarah, sosial, politik dan budaya yang mengkristal menjadi butir-butir yang dirumuskan secara baik oleh Soekarno.

Oleh karena itu, kembali ke tempat asal, menelusuri akar ideologi untuk membangkitkan memori, mengenang sejarah dan memperingati sebagai sebuah agenda atau perayaan bersama sebuah bangsa dan negara, bukanlah sebuah agenda politik atau gagahan saja. 

Kunjungan ini sunguh menunjukan kesadaran akan sejarah sebuah bangsa karena mengenangkan lahirnya ideologi sebuah bangsa. Soekarno sendiri pun pernah menegaskan bahwa sebuah bangsa yang besar ialah sebuah bangsa yang tidak melupakan sejarah ataupun tidak melupakan para pahlawan yang telah memperjuangkannya.  

Berikutnya, urgennya kunjungan Presiden ke Ende untuk memperingati Hari Lahir Pancasila dapat dilihat sebagai untuk melawan habitus sentralisasi dan monopoli aspek-aspek penting negara. Mayoritas bangsa ini mesti berpikir bahwa ia mesti keluar dari dominasi pola pikir terpusat dalam proses hidup bernegara yang hanya berfokus pada wilayah atau tempat tertentu.

Ada banyak tempat di Indonesia yang perlu sentuhan pemerintah, terutama pemerintah pusat. Sebab, Indonesia bukan hanya terdiri dari tempat atau orang-orang tertentu. Indonesia adalah bangsa dengan berbagai suku dan berbagai wilayah yang mesti diperhatikan dan dikelola secara baik. Hal ini terutama di bagian Indonesia Timur yang masih kekeringan dalam berbagai hal, seperti pembangunan sumber daya manusia atau infrastruktur.

Bagaimana Ke depan?

Atas  semua kondisi dan pengalaman ini, ada beberapa hal yang bisa diperkuat dan diperhatikan Peringatan Hari Raya Pancasila tahun 2022 ini.  Pertama, Pancasila merupakan dasar ideologi bangsa dan negara yang amat relevan dan sanggup menjembatani keberagaman di negara ini. Semua proses yang melahirkan ideologi ini, merupakan proses yang benar-benar mencerminkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang khas Indonesia. 

Untuk itu, semua usaha untuk menggantikan Pancasila sebagai ideologi negara ini adalah usaha penjajahan baru dan bisa menciptakan disintegrasi bangsa dan membawa negara ini pada situasi chaos yang menghancurkan. 

Berikutnya, keragaman pikiran, agama, budaya dan lainnya tidak boleh dipandang dan dipersoalkan sebagai tantangan besar untuk proses mensejahterakan atau membangun negara ini. Keragaman dan variasi dalam hidup berbangsa adalah modal yang selalu bisa digunakan untuk membangun dan menyempurnakan negara ini ke arah yang lebih baik. 

Itu demikian karena proses penyeragaman ataupun monopoli budaya maupun kekuasaan pihak atau kelompok tertentu hanya akan membawa bangsa dan negara ini pada kehancuran. 

Keluarlah dari Jakarta, bukan untuk traveling atau selfie semata, tatapi untuk melihat luasnya dan kayanya semua wilayah Indonesia dengan berbagai potensi untuk pembangunan bangsa dan negara ini.

Di level daerah sendiri, kehadiran Presiden memang membawa legitimasi dan manfaat bagi Kabupaten Ende ataupun Provinsi NTT.  Kunjungan ini  bisa merupakan bentuk perhatian pada daerah-daerah sulit di Indonesia Timur meskipun ada berbagai persoalan yang dihadapi oleh negara ini. 

Untuk itu, kunjungan ini mestinya bisa menjadi penggedor motivasi pemerintah dan masyarakat untuk memantapkan berbagai sektor pembangunan yang ada. Hidupkanlah spirit, sinergitas, dan kemitraan yang fair dan transparan antara masyarakat,  pemerintah dan stakeholder dalam proses pemajuan dan pembangunan daerah ini di tengah berbagai kekurangan yang juga tidak bisa dipungkiri.

Masyarakat di Flores, Di Ende dan Ngada, tidak boleh hanya bereuforia akibat rekognisi nasional sebagai Bumi Pancasila. Perlu usaha nyata untuk benar.-benar membumikan Pancasila dalam berbagai sektor dan pembangunan sehingga menjadi teladan bagi wilayah lain dalam pengalaman nilai-nilai Pancasila. 

Jika tidak demikian, maka semua itu tidak akan ada gunanya. Mengutip salah satu komentar teman di Facebook, setelah kunjungan Presiden, situasi kembali ke setelah awal pabrik.

            Akhirnya, matahari selalu terbit dari timur dan terbenam di barat. Maka, biarkanlah terang Pancasila menjadi bintang penuntun dan jalan terang hidup berbangsa dan bernegara. Itu bisa dimulai dari wilayah timur Indonesia dengan yang terus membumikan dan  memupuk kebaikan makhluk yang berTuhan, etika, toleransi, demokrasi, kerjasama, dan keadaban bangsa untuk kebaikan dan kesejahteraan bangsa dan negara. 

Hidup Pancasila dan Jayalah selalu Indonesia.