Kita tahu dan mengenal arti kata dari "mahasiswa" ialah merupakan seorang akademisi yang sedang menempuh pendidikan pada jenjang perguruan tinggi, tidak hanya memiliki tugas dalam meningkatkan kualitas intelektualnya namun dituntut pula agar menjadi agen-agen perubahan untuk bangsa ini.

Dalam konteks pembahasan mahasiswa, tidak lengkap rasanya apabila tidak diiringi dengan pergerakan sebuah organisasi di dalam kampusnya, apabila kita menarik sebuah sejarah yang ada mahasiswa berkarya melalui ruang sebuah organisasi. Banyak kampus yang terkenal namanya akibat kegiatan positif yang diselenggarakan oleh organisasi mahasiswanya.

Bahkan saat zaman reformasi 1998 setiap mahasiswa yang dipercaya mewakili suara dan mengerahkan para mahasiswa di kampusnya ialah mereka para mahasiswa organisatoris. Karena ada kutipan dan prinsip juga yang mengatakan bahwa mahasiswa itu bukan hanya seorang akademisi, namun juga seorang organisatoris.

Namun saat ini apa outlook para mahasiswa terhadap organisasi yang ada di internal kampusnya? Masihkah memikat atau malah dihindari karena kegiatannya yang monoton alias hanya membuang-buang waktu. Ditambah tawaran magang yang saat ini yang begitu banyak serta menarik para mahasiswa dan lebih menjanjikan membuat organisasi kampus rasanya tidak lagi penting bagi mereka.

Outlook organisasi mahasiswa di 2023, apakah masih jaya? Apakah masih eksis? Atau makin kalah dengan magang. Organisasi mahasiswa saat ini ibarat gemerlap yang hilang. Dulu jadi primadona sekarang mencari cara untuk memikat. Lantas apa yang membuat pandangan para mahasiswa menjadi kurang mendukung terhadap organisasi kampusnya?

Mahasiswa saat ini lebih realistis dan berorientasi terhadap profit. Mahasiswa zaman sekarang butuh suatu pengembangan yang nyata dan berwujud, bukan hanya jargon kosong dan sesuatu yang normatif. Mereka tertarik pada kegiatan yang memiliki trade-off  jelas, kalau bisa instan dalam memilih value dan fulfilling. 

Mulai antipati dengan politik dan retorika yang semakin lama makin tidak dianggap penting dan hanya menghabiskan waktu. Profit disini artinya mereka melihat benefit: experience, exposure, dan kalau bisa menambah pendapatan.

 Lalu apa yang akan terjadi jika organisasi mahasiswa tidak berubah?

1. Pemilihan dari segi calon maupun pemilihnya sama-sama sulit untuk dicari.

2. Sulit melakukan suksesi kepemimpinan di tiap level serta proses kaderisasi berjalan tidak optimal dan seadanya.

3. Minat dan partisipasi peserta dalam sebuah acara semakin rendah.

4. Minat untuk bergabung ke organisasi semakin berkurang.

5. Organisasi semakin ditinggalkan.

6. Organisasi tinggal nama.

Lantas apa yang organisasi mahasiswa bisa lakukan di era saat ini?

A. Menyesuaikan visi dan misi sehingga lebih dapat diukur

Menyesuaikan visi dan misi yang ada adalah hal yang sangat penting, menyesuaikan agar lebih mudah dimengerti dan dieksekusi. Kata-kata lain seperti sinergis, kolaboratif atau interaktif itu memang seharusnya ada di sebuah “organisasi” sehingga bisa menjadi overused  tanpa arti.

B. Adaptif dengan pasar, industri, dan situasi saat ini

Salah satunya dengan melakukan benchmark antara title dan job description pengurus organisasi dengan yang relevan di industri. Diharapkan dari sini mahasiswa bisa memiliki gambaran Impact-nya apa, bisa diaplikasikan atau tidak ke proses kerjanya nanti dan expected learned skills-nya terlihat.

C. Meningkatkan branding dan daya tarik dari luar dan dalam

Jika berkaca di industri ini bisa dikatakan penting, mengapa ini penting? Karena reputasi dan culture akan semakin jadi pertimbangan sebelum memilih organisasi. Seperti kurangi unsur politik praktis, tidak sehat, budaya yang tidak mendidik, dan kebanyakan intrik.

D. Mengevaluasi dan meninggalkan Tradisi yang sudah tidak relevan

Tradisi yang dibangun dari dulu belum tentu masih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi saat ini, seperti cara melakukan kaderisasi apakah masih perlu “magang” 3 bulan lalu diangkat menjadi anggota tetap? Event yang dijalankan, apakah event yang sama sampai berjilid 15 itu masih perlu dilanjutkan? Bagaimana suatu rapat dilakukan harus menunggu sampai semua datang baru rapat dimulai, bahkan sampai dini hari, dan tradisi lainnya.

Maka dengan keadaan yang sama-sama sudah kita lihat saat ini sudah semestinya mulai sadar dan berpikir terbuka akan hal ini, bukan hanya meninggikan ego yang justru berakibat buruk untuk ke depannya.

Di lain hal itu banyak hal yang memang menjadi kontroversial saat ini, dengan adanya permasalahan yang sudah disebutkan di atas, di lain hal begitu banyaknya justru sekarang para mahasiswa yang mengikuti organisasi hanya bertujuan mencari eksistensi, alias pengakuan.

Mereka hanya membanggakan seragam PDH mereka atau almamater mereka, tanpa mengetahui esensi dari tanggung jawab yang sedang mereka jalani itu. Hanya sekadar mementingkan eksistensi dan gaya hidup pengakuan di kampus tanpa meninggalkan inovasi-inovasi di ruang internal ataupun eksternal organisasi mahasiswa itu sendiri.

Menurut penulis, sudah saatnya mahasiswa saat ini sadar akan hal yang kurang bermanfaat itu, mereka yang memilih tidak mengikuti organisasi kampus justru sebagian dari mereka memang sudah faham akan hal negatif di dalamnya, bahkan sebagian dari mereka "menertawakan" terhadap para isi internal organisasi tersebut, yang hanya mencari eksistensi dan pengakuan di kampus. Tanpa memahami esensi dan tanggung jawabnya.