Kita tentunya sudah tidak asing dengan acara Opera Van Java (OVJ). Sebuah pertunjukan wayang orang modern dalam sketsa komedi, yang tayang di salah satu saluran TV nasional, dan sempat booming selama beberapa tahun.

Acara besutan Wishnutama ini menjadi hiburan menarik saat kita lelah sepulang kerja. Pengemasan acaranya yang sarat dengan humor-humor segar berlatar nuansa tradisional modern, membuat acara ikonik ini digemari tua dan muda.

Dalam acara tersebut ada yang berperan sebagai dalang yang mengatur jalannya cerita. Ada wayang lucu-lucu yang menjalankan lakon dalam cerita. Ada para sinden bersuara merdu yang mengisi waktu sebelum jeda iklan.

Ada juga para niyaga (pemain gamelan/musik) yang rancak memainkan perpaduan musik tradisional modern. Tak lupa para penonton yang dihadirkan secara live di studio. Serta berbagai properti unik yang melengkapi tata panggung, menambah semarak pertunjukan.

Saya selalu teringat ungkapan khas sang dalang sesaat sebelum menutup acara "Disini gunung disana gunung, di tengah-tengahnya Pulau Jawa. Wayangnya bingung, dalangnya juga bingung, yang penting kita bisa ketawa".

Ungkapan ini rasanya sangat tepat menggambarkan tingkah polah para wayang, yang memainkan berbagai kisah legenda versi plesetan. Tapi justru menjadikan pertunjukan ini sangat menghibur, dengan humornya yang spontan dan mengalir natural.

Saya sedang berandai-andai bagaimana bila sebuah organisasi formal yang begitu dinamis dengan perubahan, dikelola dengan gaya dagelan ala OVJ. Wayangnya bingung, dalangnya juga bingung, apakah kondisi tersebut dapat membuat orang-orang di dalamnya ketawa?

Jalan Cerita Tergantung Dalangnya

Dalam semua pertunjukan wayang, dalang memegang peranan yang sangat penting untuk mengatur jalannya cerita. Dalang berhak menentukan siapa wayang yang akan tampil, apa narasi yang disampaikan dan berapa lama durasi waktunya.

Pada pertunjukan wayang kulit atau wayang golek, dalang bahkan mengendalikan setiap gerakan wayang dan ucapannya, serta berhak memasukkan wayang yang tidak dibutuhkan ke dalam kotak. Dalang juga menentukan kapan sinden menyanyi dan para niyaga memainkan musiknya.

Pendeknya dalam dunia pewayangan, dalang adalah makhluk otoriter paling berkuasa yang mengatur jalannya cerita. Begitu pula peran dalang pada OVJ yang memegang kendali pertunjukan, dengan membacakan narasi di setiap sesi cerita dan semua personil harus mentaatinya.

Lantas bagaimana bila pemimpin organisasi bergaya seperti seorang dalang? Mau tidak mau suka tidak suka semua orang harus menuruti perintahnya dan mengikuti jalan cerita yang dibuatnya. Kata-katanya mutlak harus diikuti oleh semua wayang dan para pendukungnya.

Hanya sang dalang yang bisa menjawab semua pertanyaan terkait organisasi, mulai dari substansi hingga teknis. Tanpa sang dalang, organisasi tidak dapat berjalan, karena jalan cerita hanya dipahami olehnya dan segelintir wayang pilihan.

Sementara sebagian besar wayang lainnya harus rela masuk kotak, menunggu dimainkan atau dipanggil oleh sang dalang. Atau hanya berkesempatan menjadi penonton yang terpaksa bertepuk tangan, walaupun jalan ceritanya amat membingungkan dan sangat tidak lucu. 

Transformasi Jauh dari Konsep Aslinya

Cerita asli OVJ biasanya diusung dari kisah legenda berbagai daerah di Indonesia maupun luar negeri. Jalan cerita memang sengaja dibuat versi plesetan untuk tujuan hiburan semata. Dalam perkembangannya OVJ mengalami transformasi ekstrim yang jauh dari konsep aslinya.

Para wayang senior digantikan dengan wayang yang lebih muda. Jalan cerita bukan lagi mengangkat kisah legenda tapi berkembang ke hiburan kekinian seperti kuis, parodi, prank, tantangan, hipnotis, dan lain sebagainya. Kesan tradisional mulai ditinggalkan diganti tampilan yang benar-benar modern.

Saya sendiri lebih menyukai konsep OVJ yang lama. Kesan tradisional menjadi ciri khas yang membedakan OVJ dengan acara-acara komedi lainnya. Hilangnya para wayang senior juga membuat humornya terasa garing. Dan tak berapa lama acara inipun kehilangan penontonnya, menghilang dari layar kaca.

Bagaimana bila proses transformasi ekstrim ini terjadi pada sebuah organisasi? Transformasi ekstrim seringkali hanya menjadi ajang uji coba segelintir orang untuk mewujudkan ambisinya. Karena idealnya proses transformasi dilakukan secara bertahap dengan konsep yang jelas, serta terkontrol dan terukur dalam pelaksanaannya.

Tranformasi ekstrim mengakibatkan terganggunya proses bisnis yang telah mapan, hilangnya pemangku kepentingan yang telah loyal, dan rusaknya jejaring kerja yang telah terbangun dengan baik. Transformasi ekstrim juga menyebabkan organisasi kehilangan citranya yang telah dibangun selama bertahun-tahun.

Konsep modern tidak selalu tepat diterapkan. Ada nilai dan norma-norma yang mestinya tetap dipertahankan dari setiap proses transformasi. Tanpa konsep yang jelas, organisasi akan sibuk bongkar pasang mencari jati diri. Tinggal menunggu waktu, organisasi akan tenggelam kehilangan eksistensi.

Berkaca dari Keberhasilan OVJ

Sebenarnya organisasi bisa berkaca dari keberhasilan OVJ. Bagaimana acara ini bisa menyita perhatian publik dan meraih sukses yang luar biasa dibanding acara komedi lainnya. OVJ yang tayang perdana pada 12 Desember 2008 ini mempunyai konsep yang sangat sederhana dan tidak neko-neko. Yaitu pertunjukan wayang orang modern, yang diatur oleh dalang dengan narasinya.

Tapi disitulah letak perbedaannya, konsep yang sederhana ini diolah dengan mengoptimalkan kreativitas dan kekompakan para wayang. Mereka diberikan kebebasan untuk berimprovisasi dari jalan cerita yang dibuat sang dalang. Sehingga humor-humor segar mengalir spontan. Para wayang tidak kaku terpaku pada dialog dan skenario acara.

Dan seperti itulah semestinya sebuah organisasi dikelola. Sederhana saja, tidak perlu teori setinggi langit, tidak perlu konsep yang super hebat, tidak perlu target yang muluk-muluk. Asalkan organisasi punya konsep yang jelas dan dapat mengoptimalkan seluruh sumber daya untuk mendukungnya.

Kekompakan semua unsur organisasi menjadi kunci keberhasilan organisasi untuk tetap eksis di bidangnya. Dimana organisasi memberikan kebebasan dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi untuk mendukung kemajuan organisasi. Serta memberikan feedback yang semestinya dengan keterbukaan informasi,

Sang dalang sebagai seorang pemimpin membuka kesempatan pada setiap orang untuk berkontribusi aktif dalam perannya masing-masing. Sang dalang menyadari, tidak mungkin memainkan pertunjukannya sendiri. Karena pada dasarnya tidak ada individu yang dapat memenangkan pertandingan sendirian.

Konsep yang sederhana pun bisa membawa organisasi menjadi besar dan hebat. Karena organisasi adalah tentang kerja sama dan tanggung jawab yang melibatkan semua unsur di dalamnya. “If everyone is moving forward together, then success takes care of itself – Henry Ford. Jika semua orang bergerak maju bersama, maka kesuksesan akan datang dengan sendirinya.(IkS)