Menjadi perempuan suci, Zarri Bano ditutup dengan jubah hitam (burqa) tidak menikah dengan laki-laki dan tidak mengurus suami. Dalam pesta penasbihan perempuan suci, “Apa yang harus diberi ucapan selamat? Seorang gadis dipenjarakan dalam sebuah kehidupan yang serba terbatas!”

Perempuan dan laki-laki diciptakan Allah sebagai makhluk sempurna, keduanya diberi amanah/tanggung jawab untuk melestarikan jenis manusia (keturunan) dan memelihara kehidupan. Perempuan dan laki-laki adalah mitra kehidupan di dunia dan keduanya ditakdirkan hidup bersama.

Dalam merealisasikan kelangsungan kehidupan ialah dengan pernikahan, Islam mengajarkan bahwa berkeluarga merupakan salah satu sarana menjaga martabat manusia. Dari itu,  kerja sama antara perempuan dan laki-laki dalam menjalankan amanah sebagai khalifah diperlukan dalam kehidupan sosial dan keluarga.

Pernikahan bukan hanya demi memenuhi kebutuhan seksual, namun juga sebagai ikhtiar membangun keluarga yang baik. Sebagai manusia normal, perempuan dan laki-laki adalah makhluk yang berpasangan dalam kehidupan suami istri demi melanjutkan keturunan dan ketenangan hidup.

Islam telah memberikan keistimewaan untuk perempuan maupun laki-laki sebagai makhluk yang berpasangan dan mempunyai tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi, tapi kondisi perempuan ada yang tersandung oleh adat dan budaya di beberapa negara Islam; diskriminasi hadir yang sering kali merugikan perempuan.

Peran perempuan ditutup ruangnya untuk bersuara dan tidak bisa melawan atas kehendak laki-laki yang paling berkuasa. Selain itu juga adat budaya membawa perempuan pada ketertindasan yang menyedihkan dan hilang fitrahnya sebagai manusia normal.

Qaisra Shahraz dalam novelnya The Holy Woman, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Perempuan Suci. Dari negeri Pakistan yang eksotis, ia memaparkan secara melodramatis peliknya realitas seorang perempuan yang hidup di tengah kungkungan tradisi yang dibangun oleh laki-laki.

Seperti yang disampaikan di atas bahwa perempuan dan laki-laki diberi amanah dalam melestarikan jenis manusia dengan pernikahan. Pernikahan bukan hanya demi memenuhi kebutuhan seksual, namun juga sebagai ikhtiar membangun keluarga yang baik.

Nah, apa jadinya dan dirasakan oleh seorang perempuan yang ingin menikah dengan orang yang dicintainya tiba-tiba terhalang oleh adat istiadat patriarkat yang sudah berabad-abad dan kesepakatan tentang perempuan yang patuh dan diam.

Hal ini dirasakan oleh Zarri Bano, tokoh utama dalam novel ini. Ia ditasbihkan menjadi Perempuan Suci (Shahzadi Ibadat) dengan meriah layaknya sebuah pesta pernikahan, pernikahan seorang perempuan sejatinya didampingi oleh mempelai laki-laki dan kebahagiaan menyelimuti relung hati seorang pengantin.

Tapi tidak bagi Zarri Bano, pesta ini adalah pesta yang melukai hatinya karena ia tidak bisa menikah dengan laki-laki yang dicintainya; ia pun didampingi dengan kitab suci Alquran dan ia dinikahkan dengan agamanya.

Menjadi Perempuan Suci, pakaiannya ditutup dengan jubah hitam, tidak menikah dengan laki-laki dan tidak mengurus suami. Dalam pesta penasbihan tersebut, “Apa yang harus diberi ucapan selamat? Seorang gadis dipenjarakan dalam sebuah kehidupan yang serba terbatas!”

Setelah penasbihan tersebut Zarri Bano pun menjadi seorang ulama perempuan, identitas perempuan yang hanya fokus pada agama dan ibadah, seseorang yang hidup terisolasi dan membatasi kehidupan dengan dunia luar.

Pergulatan batin Zarri Bano dimulai dan batinnya memberontak, perempuan yang bebas tiba-tiba dipaksa menjadi Perempuan Suci. Tapi Zarri Bano tidak punya kuasa untuk melawan atas kehendak laki yang berkuasa dan adat istiadatnya.

Kisah yang dipaparkan oleh Qaisra Shahraz terdapat diskriminasi terhadap kaum perempuan, hal ini digambarkan pada Zarri Bano. Bentuk-bentuk diskriminasi tersebut berupa pemaksaan dan pengancaman sehingga dampak dari diskriminasi ini hilangnya esensi biologis seorang perempuan.

Keistimewaan membaca novel khas Timur Tengah terdapat narasi-narasi unik dan indah, tak terkecuali novel yang ditulis Qaisra Shahraz ini, seorang novelis yang lahir di Pakistan dan dibesarkan di Inggris.

Nilai-nilai yang terkandung dalam novel ini mempunyai pesan pada masyarakat; bukan hanya pada masyarakat lokal tapi juga masyarakat secara universal dalam perspektif feminis, alur cerita yang memukau antara pertautan agama dan tradisi, modernitas dan tradisionalitas yang diceritakan dengan sederhana dan apik.

Bagi saya sendiri yang hobi membaca novel bahwa membaca novel yang satu ini membawa pesan dan membuka pikiran bahwa beberapa negara Islam; masih ada diskriminasi kepada kaum perempuan dan kaum laki-laki yang paling berkuasa yang mengatasnamakan adat dan budaya yang mesti harus diikuti.

Zarri Bano salah satunya, tokoh utama dalam novel ini, ia dipaksa karena adat dan budaya yang memerintahkannya untuk menjadi Perempuan Suci meskipun ia menolaknya dengan keras, tapi Zarri Bano tidak punya pilihan.

Setelah adik laki-lakinya meninggal dunia karena kecelakaan. Laki-laki satu-satunya yang menjadi penerus warisan keluarga telah tiada, maka dialihkan ke Zarri Bano sebagai anak tertua.

Cerita ini menarik dan dramatis tentang intrik keluarga dan nafsu yang dipaksakan oleh kaum laki-laki. Michele Roberts mengomentari atas novel yang sentimentil ini bahwa kisah ini adalah “Kisah dramatis tentang intrik keluarga, nafsu yang dipaksakan atas nama agama, dan romantika yang mendebarkan.”

Nah, lebih lanjut apa yang terjadi kepada Zarri Bano selepas menjadi Perempuan Suci, apakah ia benar-benar tidak menikah seumur hidupnya atau ada keajaiban yang datang kepada sosok perempuan cerdas dan cantik ini yang juga seorang aktivis feminis di kampusnya untuk bisa menikah. Penasaran!

Info Novel

Judul Novel       : Perempuan Suci, Diterjemahkan dari The Holy Woman

Penulis               : Qaisra Shahraz

Penerjemah      : Anton Kurnia dan Atta Verin

Penerbit             : Mizan

Tempat Terbit  : Bandung

Tahun Terbit    : Cetakan I, 2006.