“Perdamaian negara-negara besar hanya dinikmati atas penderitaan negara kecil. Bagi kami penderitaanmu berarti kekerasan.”
Nagato
Arti Dari Pengorbanan
Beberapa hari ini, media internasional menyoroti konflik dunia tentang Rusia-Ukraina. Persoalan tentang daerah kekuasaan menyita perhatian dunia. Konflik yang berasal dari perjanjian kerja-sama berubah menjadi saling bertentangan.
Invasi yang dilakukan Rusia dianggap sebagai acaman bagi dunia. Ukraina hendak membangun negara demokrat, dilihat sebagai awal musibah bagi negara yang memiliki julukan Beruang Merah. Perbedaan paham membawa dampak bagi perdamaian antar negara.
Pertikaian kekuasaan sedari awal bukan menjadi hal yang baru dalam catatan sejarah dunia. Beberapa negara punya catatan sejarah kelam tentang konfilk kenegaraan. Dari beberapa fakta tentang konflik dunia yang terjadi, korban utama adalah masyarakat sipil. Masyarakat sipil menjadi penonton yang mendapat akibat dari pertikaian antar negara.
NATO (North Atlantic Treaty Organization) dan AS yang adalah negara adi kuasa, turut terlibat aktif dalam konflik saudara tersebut. Secara faktual, sebab utama adalah sikap Ukraina di bawah kepemimpinan Volodymyr Zelensky menyatakan ketidakikutsertaannya pada pihak Rusia(Komunis). Persoalan dunia menjadi ancaman terbesar bagi perdamaian, terlebih pada kehidupan masyarakat sipil. Konflik antara Blog Barat dan Blok Timur semakin menimbulkan keresahan.
Meski demikian, pada tulisan ini, saya tidak mengkaji begitu mendalam tentang perang saudara tersebut. Melainkan bagaimana problem negara, perselisihan pendapat, pencarian kekuasaan menjadi tema sentral dalam mengkaji salah satu anime yang sering saya nonton saat kecil hingga sekarang, yakni anime Naruto.
Mungkin banyak pembaca menganggap ini kerja konyol untuk membahas anime, tetapi saya tetap percaya bahwa apapun bentuknya, seorang mangaka (Sebutan bagi para kreator manga) saat membangun cerita melakukan pengamatan sosial, budaya dan politik yang dijadikan bahan untuk kehidupan para tokoh dan terutama pesan kepada penikmatnya.
Masashi Koshimoto
Masashi Kishimoto adalah salah satu kreator mangaka dari Jepang. Masashi lahir di prefektur Okayama, 8 November 1974. Sebagai anak kembar, ia memiliki kembaran yang bernama Seisi Kishimoto.
Bakat menggambarnya telah muncul saat menginjakan kaki di sekolah dasar. Pada masa-masa tersebut, kreator manga Naruto Uzumaki, memiliki kebiasaan menggambar pada halaman-halaman bukunya.
Bakat tersebut membuatnya semakin jatuh cinta dengan manga. Akira Toriyama yang merupakan Kreator manga Dragon Ball, Fox Tale dan Blue Dragon menjadi salah satu tokoh yang berpengaruh dalam hidupnya.
Pengaruh tersebut menjadi inspirasi bagi Masashi Kishimoto saat membangun karakter dalam karyanya. Masashi membangun karakter seorang ninja remaja dengan nama Hiatari-Kun yang sekarang telah berevolusi menjadi Naruto Uzumaki. Menjadi suatu kepastian, bibit dari karakter manga Naruto telah muncul saat menginjak bangku pendidikan dasar.
Permulaan karier Masashi Kishimoto sempat memudar saat memasuki sekolah menengah. Perhatian untuk menggambar mulai teralihkan dengan kesukaannya pada olahraga raga Baseball. Hal ini tidak berlangsung lama sampai Masashi melihat poster Akira yang dibuat oleh Katsuhrio Otomo.
Seperti dibangkitkan kembali untuk menggambar, ia pun mulai menfokuskan diri pada karya awalnya. Sesekali juga Masashi sempat gagal mengikuti gaya dari Katsuhrio dalam membuat manga, akhirnya ia memilih untuk mencari bentuk sendiri dalam membangun manga, karakter dan cerita. Karya perdananya pun hadir saat menginjak sekolah menengah atas sebanyak 31 halaman.
Sebagai karya perdana, ia sempat mendapat penilaian buruk dari sang ayah. Namun Masashi tidak putus asa. Pada tahun 1996, ia membuat manga Karakuri One-Shot yang dikirimkan pada majalah Shonem Jump. Setelah mengalami kisah penolakan dalam berkarya, akhirnya ia mampu mendapat pengakuan akan karyanya.
Permulaan ini pun melahirkan beberapa karya lainnya hingga pada manga Naruto yang terbit dari tahun 1997 sampai 2015 pada seri 700. Sebagai poin plus Masashi Kishimoto membangun karakter ninja dengan nuansa budaya Jepang yang kuat.
Penamaan beberapa karakter juga adalah tanda-tanda bahwa Masashi berusaha menampilkan realitas sosial pada masanya dengan tetap menjadikan budaya sebagai dasar kisah dari keseluruhan perjalanan Naruto.
Tokoh Utama: Identitas Naruto
Tokoh yang dibangun oleh Masashi Kishimoto dalam manga Naruto berasal dari kepercayaan masyarakat Jepang yakni Shinto. Shinto sendiri adalah kepercayaan yang dijadikan agama asli masyarakat Jepang. Kehadiran kepercayaan ini sedikit berbeda dengan agama-agama wahyu lain, agama ini berasal dari mitologi jepang yang dijadikan sebagai kepercayaan.
Kepercayaan, konteks budaya bahkan filosofi menjadi nilai inspirasi Masashi untuk membangun penokohan manga Naruto. Sebagai serial manga, Kishimoto mengangkat kisah tentang seorang ninja muda yang memiliki impian menjadi Hokage (Jabatan seorang pemimpin di desa Konohagakure).
Latar belakang kehidupan Naruto yang pejuang ditunjukan dengann masa lalunya yang kelam. Ia harus tumbuh besar tanpa kehadiran orang tua karena meninggal pada perang dunia Sinobi ke III.
Dampak dari perang tersebut Minato Namikaze dan Kishina Uzumaki (Orang tua Naruto)sebelum meninggal, menyegel moster Rubah ekor sembilan (Kyuubi) dalam tubuhnya.
Masa kecil tanpa orang tua dan menjadi wadah moster Rubah telah membuat Naruto menjadi aib dalam kehidupan sosial. Hidup dalam penderitaan dan kesepian menjadi awal kisah manga tersebut.
Hal ini berubah sampai Naruto berkenalan dengan guru di sekolah ninja bernama Iruka Umino. Pertemuan dengan guru Iruka, membuat kehidupan Naturo berubah. Naruto yang awalnya dianggap sebagai moster, menjadi anak istimewah baginya. Keistimewaaan itu karena Naruto memiliki semangat untuk menjadikan dirinya berarti bagi desa.
Perjuangan yang dibuat Naruto dalam mencapai mimpinya, dipenuhi dengan kisah persahabatan, nilai kesetiaan, kepemimpinan, dan nilai perjuangan untuk mewujudkan keadilan. Secara singkat karakter yang dibangun oleh Masashi Kishimoto menunjukan jiwa heroid yang pantang untuk menyerah. Berbagai tantangan, mampu dihadapinya walau terkadang menuntut pengorbanan.
Naruto, Nagato dan Damai
Naruto Uzumaki sebagai tokoh utama, sesungguhnya memberikan representasi harapan akan perdamaian dalam keseluruhan manga yang dibangun oleh Masashi Kishimoto. Melalui series 174, pertemuan Naruto dan Nagato menunjukan bagaimana kata perdamaian dimaknai dan dijalani. Sebagai salah satu murid dari Jiraiya, Nagato meyakinkan bahwa perdamaian adalah hal yang mustahil terwujud dalam dunia ninja.
Perdamaian baginya adalah penderitaan bagi orang-orang yang berada pada kelas bawah. Nagato memandang perdamaian akan terjadi bila ada orang yang berkuasa. Pada oposisi yang berbeda, Naruto begitu yakin akan harapan akan keadilan yang tertulis dalam buku “Jalan Ninja” yang dibuat oleh Jiraya Sensai. Bahwa untuk mencapai perdamaian orang harus begitu yakin akan pilihan yang dibuatnya.
Jalan yang dilaluinya atau dalam anime Naruto dikatakan sebagai “jalan ninjaku!”. Hal yang dibuat oleh bukan sekedar keyakinan untuk membuat Nagato terkesan, melainkan pembuktian Naruto dengan menumpas habis anggota Pain yang sesungguhnya merupakan mayat yang dihidupkan kembali oleh Nagato. Puncak dari perdamaian bagi Naruto adalah kesejahteraan umum bagi semua masyarakat.
Konsep keadilan yang ditawarkan Masashi secara tidak langsung mempertemukan antara gaya kepemimpinan diktaktor dan demokrat. Menjadi nyata dalam perdebatan antara Naruto dan Nagato. Secara garis besar, kedua tokoh memiliki satu harapan yakni perdamaian, akan tetapi jalan (cara) yang digunakan berbeda.
Nagato dengan kekuatannya, harapan akan perdamaian akan tercapai bila mampu mengupulkan kekuatan untuk berkuasa. Berbeda dengan perspektif Naruto yang menjadikan kekuatan sebagai jalan pembebasan dari penderitaan agar memperoleh perdamaian.
Perdebatan panjang antara kedua murid Jiraya ditutup sikap Nagato untuk memberikan harapan kepada Naruto. Bahwa penderitaan bila dibalas dengan penderitaan, hanya menjadi rentetan penderitaan yang tak pernah usai. Oleh karena itu, dengan tekat Naruto yang melawan penderitaan dengan membawa perdamaian menjadi harapan baru baginya.
Secara implisit, Manga Naruto menunjukan perjuangan untuk memperoleh kedamaian bukan perkara mudah. Selain memahami akan apa arti dari perdamaian, setiap orang juga perlu menjadikan perdamaian sebagai cara untuk memberikan kemerdekaan kepada setiap manusia. Perdamaian yang didasarkan pada penindasan, menjadi jalan oposisi dari perdamaian yang memerdekakan manusia.
Anime Naruto: Filsafat Yin dan Yang
Pada bagian ini, saya mencoba memberikan tanggapan sebagai penonton setia anime sekaligus memberikan beberapa catatan mengenai pesan perdamaian yang perlu tetap hidup. Kenyataannya, perdamaian akan tercapai karena munculnya perbedaan pendapat bahkan perang. Konflik yang marak salah satunya adalah antara Rusia dan Ukraina. Secara nyata demikian.
Ada pun terdapat konflik, selalu ada tetap ada pihak yang menginginkan perdamaian. Karena hakekat dari konfilik selalu ada pihak yang mendapat dampak dari perselisaihan tersebut. Gaya sastra yang dibangun oleh Masashi Kishimoto menunjukan jalan keseimbangan antara baik dan buruk. Gambaran filsafat timur “Yin dan Yang” menjadi gagasan utama dalam melihat realitas sosial.
Masashi cukup pandai dalam menggabungkan anime (hiburan anak) dengan filsafat Yin dan Yang. Meski dalam artian sepintas, melihat beberapa imaginasi yang melampaui batas-batas kenyataan atau kontektualisasi dunia perninjaan, pesan kemanusiaan yang ditunjukan begitu kuat. Terdapat nilai keseimbangan dalam melihat realitas sosial.
Bahwa di tengah kehidupan yang baik dan buruk, terdapat jalan untuk menyeimbangkan kenyataan dunia. Berhadapan dengan kenyataan perang, konflik dan perebutan kepentingan perlu hadirnya kesimbangan untuk menjaga agar perdamaian. Kenyataan konflik antara Rusia dan Ukraina menjadi salah satu contoh rumitnya dunia.
Bahwa kenyataan dunia selalu menghadirkan persoalan yang akan dan terus menerus terjadi. Kenyataan ini pun menghantar pada jalan untuk memperjuangkan keadilan atau keseimbangan agar konflik tidak menjadi rentetan peristiwa yang secara konsisten berjalan tanpa akhir. Melainkan menghadirkan cara memperoleh keseimbangan sebagai nilai kemanusian universal.