Pada 23 Oktober 2018, tiga minggu setelah terjadinya tsunami dan gempa bumi di Palu dan Donggala, politisi sekaligus mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi memberikan pernyataan di hadapan publik bahwa bencana tsunami dan gempa bumi yang terjadi di Palu dan Donggala merupakan hukuman dari Allah SWT atas maraknya aktivitas LGBT di Kota Palu. 

Pernyataan tersebut banyak diulas di media-media nasional maupun media luar negeri, khususnya yang berada di Asia. Dua media nasional di antaranya yakni CNN Indonesia dan Kumparan (online).

CNN (Cable News Network) merupakan sebuah saluran berita kabel yang berdiri pada tahun 1980an oleh Ted Turner. Media ini terus melebarkan sayapnya ke berbagai negara, termasuk salah satunya yakni Indonesia. 

Pada tahun 2011, salah satu konglomerat media, Choirul Tanjung membeli detik.com, Telkomvision, serta cable network yang kemudian diberi nama dengan Transvision pada 2012. Pada tahun 2013, ia mengembangkan CNN menjadi CNN Indonesia dengan menghadirkan berbagai portal berita online dan televisi.

Sebagai media yang berafiliasi dengan media luar negeri, CNN Indonesia banyak memberitakan berita-berita berskala internasional. Dalam pemberitaan isu LGBT misalnya, sebelum terjadi tsunami dan gempa bumi di Palu dan Donggala, CNN Indonesia banyak memberitakan hal-hal yang berkaitan dengan LGBT di dunia, apakah hal itu menyangkut selebritis, politik, maupun permasalahan lainnya.

Dari beberapa judul mengenai LGBT seperti “Transgender Jadi Menteri di Taiwan, Satu-satunya di Dunia” pada 24 September 2018, “Wanita Transgender Jadi Calon Gubernur AS Partai Demokrat” pada 15 Agustus 2018, “Keluarga Kerajaan Inggris Gelar Pernikahan Sesama Jenis” pada 19 Juni 2018, menunjukan bahwa CNN Indonesia memberitakan LGBT secara positif dan menunjukan bahwa kaum LGBT pun bisa berprestasi dengan mencalonkan diri sebagai Gubernur AS. 

Bahkan, di judul berita lain seperti “Mahathir: Hukuman Cambuk Dua Lesbian Tak Sesuai Islam” pada 06 September, CNN Indonesia menunjukan bahwa negara Islam seperti Malaysia yang secara terang-terangan menolak LGBT pun menyatakan bahwa hukum cambuk untuk LGBT tidak sesuai dengan hukum Islam.

Sementara itu, pada pemberitaan mengenai LGBT dalam bencana tsunami dan gempa bumi di Palu dan Donggala, CNN Indonesia menurunkan tiga berita dari 217 berita mengenai bencana tsunami dan gempa bumi di Palu dan Donggala 28 September sampai dengan 28 Oktober 2018. 

Berita pertama yang diturunkan pada 23 Oktober 2018 berjudul "Eks Wakil Najib Sebut Gempa Palu Hukuman Allah karena LGBT"; berita kedua yang diturunkan CNN Indonesia pada 24 Oktober 2018 berjudul "Menpora Malaysia Balas Eks Wakil Najib Soal Gempa Palu-LGBT". dan berita ketiga yang diturunkan pada 26 Oktober 2018 berjudul "Mahathir Sebut Malaysia Tak Bisa Terima LGBT".

Dalam ketiga judul berita yang diturunkan, CNN Indonesia tampak tidak sepakat dengan pernyataan Ahmad Zahid Hamidi dengan menghadirkan Menteri Olahraga Malaysia Syed Saddiq yang memojokkan Ahmad Zahid Hamidi. Sayangnya, CNN Indonesia hanya memberitakan dari sudut politik luar negerinya dan tidak meng-cover pernyataan tokoh dari Indonesia untuk menanggapi pernyataan tersebut.

Dilanjutkan dengan berita ketiga dengan membawa nama Perdana Menteri terpilih Malaysia "Mahathir" yang mengklaim bahwa Malaysia tidak bisa menerima LGBT. 

Dalam berita terakhir, tidak ada pernyataan yang berhubungan dengan pernyataan Ahmad Zahid Hamidi mengenai LGBT dan hubungannya dengan bencana yang melanda Palu dan Donggala. Namun keputusan untuk menurunkan berita tersebut semakin mencerminkan ketidaksepakatan CNN Indonesia terhadap pernyataan Ahmad Zahid Hamidi.

Narasi LGBT pada Pemberitaan Kumparan Sebelum dan Sesudah Bencana Palu dan Donggala

Sementara, Kumparan dalam periode 28 September- 28 Oktober menurunkan 201 berita bencana Palu dan Donggala. Tetapi hanya ada 1 berita dan 1 video yang membahas isu LGBT. 

Namun berita yang diturunkan Kumparan hanya memberitakan statement dari Ahmad Zahid Hamidi yang mengatakan bahwa bencana yang terjadi di Palu dan Donggala merupakan hukuman dari Allah SWT tanpa menghadirkan tanggapan dari narasumber lain, baik tanggapan dari tokoh Malaysia maupun tokoh Indonesia sendiri.

Kumparan merupakan media baru yang baru launching dan diresmikan pada tahun 2016 yang itu artinya baru berdiri selama 3 tahun. Untuk melihat pemberitaan mengenai LGBT sebelumnya yakni dari mulai April sampai September 2018 mengenai LGBT, Kumparan masih belum menemukan bentuk idiologi atau politik media yang tepat sehingga adakala tampak mendukung dan mem-framing dengan judul yang positif, misalnya seperti “WHO Hapus Transgender sebagai Penyakit Mental” pada 19 Juni 2018. 

Namun, di sisi lain, Kumparan mem-framing sebaliknya seperti terlihat pada pemberitaan Dalam Ijtima' Ulama ke-6, MUI Dorong Pemidanaan LGBT dan Perzinahan pada 06 Mei 2018.

Sementara itu, dalam pemberitaan mengenai LGBT saat terjadinya tsunami dan gempa bumi di Palu dan Donggala selama periode tersebut, menurunkan 2 judul berita dari 201 judul berita selama satu bulan. Satu berupa video dengan judul “Politikus Malaysia Sebut Bencana Palu Terkait LGBT”, dan satunya lagi berupa teks berita berjudul “Politikus Malaysia Sebut Gempa Palu Azab karena Banyak Gay”. 

Kedua judul berita tersebut berisi uraian singkat isi dari pernyataan politisi Malaysia Ahmad Zahid Hamidi tanpa ada narasumber lainnya untuk mengimbangi pemberitaan ataupun menghadirkan narasumber dari Indonesia untuk menanggapi pernyataan tersebut. Dari sini, kita bisa berasumsi bahwa Kumparan sebagai media belum secara penuh menjalankan fungsi edukasinya.