Bersyair adalah satu di antara ragam Budaya etnis Dayak Mali yang sudah lama ada. Bait-bait syair diciptakan dan disampaikan melalui lagu, pantun maupun mantra. Tulisan ini ingin menelaah dan menafsirkan makna dalam setiap bait lagu berjudul Tingetlah yang berbahasa Dayak Mali. Dalam representasi lagu ini mengisahkan kehidupan masyarakat Dayak Mali yang bermukim di daerah pedesaan pedalaman di Kalimantan Barat.
Mali merupakan sub-suku Dayak yang terdapat di Kalimantan Barat. Kelompok masyarakat adat ini bermukim di sepanjang semenanjung dan pedalaman kecamatan Balai, Kabupaten Sanggau. Etnik Dayak yang masih terkenal dengan adat dan budayanya, menyematkan kultur masyarakat Dayak Mali yang masih melestarikan budaya mereka. Salah satu diantaranya adalah menyampaikan pesan melalui media lagu atau syair yang hingga hari ini masih tetap lestari.
Semenjak tahun 2015 awal, kondisi ekonomi sebagian masyarakat pedesaan di Kalimantan Barat kian melemah. Hal ini ditandai dengan turun drastis harga komoditas karet. Impact langsung globalisasi yang notabene-nya masyarakat Dayak Mali rasakan semenjak jaman Orde Baru, bukan menuju ke arah perbaikan ekonomi. Sebaliknya, keterbatasan dan keterpurukan dalam bidang ekonomi dirasakan masyarakat sewaktu-waktu tanpa dapat mereka prediksi.
Makna dalam Lagu Tingetlah
Lagu Tingetlah diciptakan oleh Ayai Marsito yang merupakan pegiat seni dari Kecamatan Balai. Dalam lagunya Marsito menggambarkan kehidupan masyarakat Dayak Mali yang masih tradisional dan masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan budaya lokal. Representasi ini juga mengandung pesan untuk kepala daerah dan para pengambil kebijakan di tingkat daerah maupun pusat agar tidak mengabaikan rakyat kecil yang tinggal di wilayah pedalaman pedesaan, terkhusus bagi masyarakat Dayak Mali.
Nyanyian merdu oleh suara Susi, yang juga merupakan warga asli Dayak Mali mengingatkan kita pada unsur budaya Kondan dan Jonggan di masa lalu masyarakat Dayak Kalimantan Barat. Kondan dan Jonggan sudah jarang terdengar di zaman yang sudah modern ini. Pada zaman dahulu, kedua hal ini biasanya dipadukan dengan upacara pernikahan adat. Menurut pandangan kritikal, media dipengaruhi oleh ideologi, yang mana”ideological agencies” memiliki peran sangat sentral dalam memelihara dominasi kelas.
Komodifikasi merupakan kata kunci yang dikemukakan oleh Karl Marx sebagai “ideologi” yang bersemayan dibalik media. Menurutnya, kata itu bisa dimaknai sebagai upaya mendahulukan peraihan keuntungan dibandingkan tujuan-tujuan lain (Graeme, 2007 dalam Nisa, 2014). Lagu Tingetlah mengandung banyak pesan tersirat dalam setiap bait-bait liriknya. Bahwasannya lagu ini merupakan kritik kepada pemerintah yang seringkali tidak berpihak pada rakyat kecil yang hidup di pedesaan.
Saban ari, oh saban ari
Angket nyanak ojo kesiang
Kereja kanak ari ari ka’ kampong
Neng dah pasti tentu kume’ ngan motong
Pada bait pertama lirik yang menyerupai syair berbahasa Dayak Mali ini, pencipta lagu ingin mengungkapkan bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak Mali yang tinggal di wilayah pedesaan di Kecamatan Balai. Mereka setiap hari bangun pagi dan mereka tidak boleh bangun kesiangan. Hal ini menandakan etos kerja yang sudah terkultur dalam kebiasaan hidup masyarakat Dayak Mali. Mereka bangun pagi untuk pergi ke kebun untuk menyadap karet, atau mereka biasa menyebutnya motong.
Selain itu, masyarakat juga pergi ke sawah untuk bertani. Dalam lirik “kereja kanak ari ari ka’ kampong, neng dah pasti tentu kume’ ngan motong”, ingin menunjukkan bahwa ke sawah dan ke kebun merupakan pekerjaan sehari-hari masyarakat Dayak Mali. Meski hal ini tidak dapat di generalisasi kan untuk semua kalangan, karena pada dasarnya ada juga masyarakat Dayak Mali yang bekerja di perkantoran atau Pegawai Negeri Sipil. Namun, kume’ ngan motong merupakan pekerjaan yang sudah tentu dilakoni oleh masyarakat Dayak Mali meski mereka juga bekerja sebagai pekerja lain daripada yang disebutkan.
Abis ari, beganti ari
Nganilah jaman oh makin susah
Raga gatah neng ya’ tengarap
Makin ari oh ngani makin murah
Lirik ini ingin mengungkapkan bahwasannya zaman kian berganti—yang mana kini sudah modernisasi di segala bidang—namun kehidupan masyarakat Dayak Mali masih saja tidak berubah. Perubahan yang di maksud adalah perubahan perekonomian ke arah yang lebih baik, justru sebaliknya perekonomian masyarakat semakin terpuruk dengan murahnya harga komoditas karet. Sumber penghasilan masyarakat berasal dari menyadap karet, oleh karena itu, petani pada masyarakat Dayak Mali merupakan petani dualisme. Yang artinya adalah mereka tidak hanya mengerjakan satu bidang tani saja, melainkan dua bidang yaitu sebagai petani padi yang bekerja di sawah dan petani karet yang bekerja di kebun karet.
Dualisme kehidupan masyarakat Dayak Mali yang sudah ada semenjak zaman nenek moyang mereka, merupakan representasi kehidupan mereka yang melahirkan peradaban-peradaban terdahulu. Kultur, adat istiadat, dan sistem kehidupan masyarakat yang masih berpegang teguh kepada kehidupan pada zaman pendahulu mereka. Hal yang ingin dideskripsikan pada bagian lirik lagu ini yaitu ingin menyampaikan kepada publik bahwa harga komoditas karet—yang merupakan sumber penghidupan dan penghasilan masyarakat Dayak Mali—semakin hari semakin murah.
Masyarakat menggantungkan hidup pada harga karet, karena ada ketidakseimbangan antara penghasilan masyarakat dengan harga-harga barang di pasaran, yang notabene nya semakin melambung tinggi. Kemiskinan yang terjadi pada masyarakat masih terjadi secara tradisional. Traditionally, poverty has been defined as a discrete characteristic. Given a particular indicator of welfare, a certain line or standard is drawn, and an individual or household falls on one side or the other so that it will make analysis of poverty takes place at two extremely different levels (Wardhana, 2010).
Tingetlah, oh tingetlah
Perudip kanak, neng ka kampong
Pengaik kanak teng tanak turun’t
Aye sebanding ngan raga laba
Senga nyek ari nganos kereja, ate bingong
Pada bagian lirik ini pencipta lagu ingin mengajak publik (masyarakat umum) untuk melihat kehidupan masyarakat Dayak Mali yang tinggal di kampung-kampung pedalaman. Nuansa yang diciptakan di sini yaitu bagaimana masyarakat Dayak Mali menggantungkan hidup; penghasilan ekonomi dari hasil hutan dan alam. Meski secara umum masyarakatnya banyak yang berjualan dengan menerapkan sistem dagang di pasar tradisional maupun di wilayah tempat tinggal mereka. Namun masyarakat mempercayai bahwasannya hutan dan alam merupakan sumber kehidupan. Hal ini sejalan dengan konsep kehidupan masyarakat Dayak zaman dahulu, yang masih hidup dengan berburu dan meramu.
Di sisi lain, pendapatan masyarakat yang berasal dari alam tersebut tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Meskipun cukup hanya pas-pasan, karena tidak sebanding dengan harga sembako dan juga harga barang kebutuhan lain untuk mereka dapat bertahan hidup. Pada perbandingan yang di ilustrasikan pencipta lagu ini, ingin mengajak masyarakat untuk terus bekerja dan tidak menyerah. Dalam hal ini merupakan etos kerja yang di bangun untuk masyarakat Dayak Mali, karena jika berhenti bekerja sehari saja akan berimbas pada kehidupan keluarga.
Tingetlah oh tingetlah
Perudip kanak, neng ka kampong
Kanak Cuma bisa bearap
Oh ka manak manak neng bijak
Tolong temeker naseb kanak, neng ka kampong
Lirik terakhir pada lagu ini mengandung sarat makna yang ditujukan kepada decision maker atau pejabat pemerintahan yang notabene nya merupakan pengambil keputusan. Selain pencipta lagu ingin men-show-up kehidupan masyarakat Dayak Mali secara keseluruhan, juga menyiratkan makna akan harapan masyarakat terhadap para pemimpin-pemimpin di tingkat pusat maupun daerah. Agar memikirkan nasib rakyat kecil dan miskin yang tinggal di kampung pedalaman. Masyarakat menggantungkan harapan kepada para pemimpin untuk bijaksana dan adil, membangun kehidupan masyarakat Dayak Mali.
Reference:
Nisa, Anis Haifa K. 2014. Komodifikasi Kemiskinan dalam Acara Televisi. Bandung: Universitas Islam Bandung.
Wardhana, Dharendra. 2010. Multidimensional Poverty Dynamics in Indonesia (1993-2007). The University of Nottingham.
Tingetlah (bahasa dayak mali) artinya Lihatlah. Video lagu Dayak Mali Tingetlah Available di https://www.youtube.com/watch?v=TREyVFis6-k