Wakil Sekjen DPP Partai Gerindra meledakkan kemarahannya seraya meletupkan kecaman keras terhadap partainya sendiri.
"Partai Gerindra ternyata belok menjadi sebuah kendaraan kepentingan yang bukan lagi berkarakter pada kepedulian dan keberanian, tapi berubah menjadi mesin rapuh yang hanya mengejar KEPENTINGAN SAJA! Mark my words, Pak Prabowo," tulis Mohammad Nuruzzaman dengan dua kata berhuruf kapital dalam surat terbuka yang ditujukan kepada pimpinannya di partai, Prabowo Subianto.
Kecamuk emosi kader Gerindra tersebut dipicu oleh kicauan sembrono Fadli Zon. "Cuma ngomong begitu doang ke Israel. Ini memalukan bangsa Indonesia. Tak ada sensitivitas pada perjuangan Palestina." Disertai tagar #2019GantiPresiden.
Tidak sampai di situ, Wakil Ketum DPP Partai Gerindra itu juga me-retweet tautan TribunNews yang berisi berita mengenai kicauannya tersebut. Mungkin dia bangga.
Sebaliknya, Habib Nuruzzaman merasa Fadli telah menghina Kyai Haji Cholil Yahya Staquf. Padahal Khatib Aam Syuriah PBNU tersebut telah menjelaskan bahwa dirinya menyampaikan suara Islam dan Palestina kepada Forum Global American Jewish Committee (AJC) di Israel itu.
"Saya berdiri di sini untuk Palestina. Saya berdiri di sini atas dasar bahwa kita semua harus menghormati kedaulatan Palestina sebagai negara merdeka," kata Yahya setelah menjadi pembicara dalam forum yang diprakarsai AJC di Israel itu sebagaimana dilansir NU Online, Senin (11/6).
Padahal, ketika ada pertemuan pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Istibsyaroh dengan Presiden Israel Reuven Rivlin di Tel Aviv tahun lalu, Fadli Zon menghimbau agar hal tersebut tidak usah dibesar-besarkan.
"Saya kira masih ada orang Indonesia datang ke sana mungkin untuk ziarah dan lain-lain. Bahkan ada yang beri bantuan. Seperti ke Gaza, kan masuk wilayah (Israel)," tegas Fadli pada awal tahun 2017 menjawab pertanyaan wartawan.
Mengapa kali ini ujug-ujug Fadli nyeletuk tanpa ditanya oleh wartawan, malah memuncratkan bahan untuk berita? Mungkin, saat ini, syahwat politis Fadli sudah sampai di ubun-ubun.
Tak pelak, Nuruzzaman pun mengingatkan Prabowo atas syahwat politis elit Gerindra terkait isu SARA di Jakarta dan menyatakan diri mundur dari partai tersebut. Meskipun mengaku belum membuat surat resmi, namun tekadnyabsudah bulat untuk keluar dari partai berlambang kepala garuda itu.
"Akhir kata, saya Mohammad Nuruzzaman, kader Gerindra hari ini mundur dari Partai Gerindra dan saya pastikan, saya akan berjuang untuk melawan Gerindra dan elite busuknya sampai kapan pun. Semoga Bapak selalu sehat."
Tidak butuh waktu lama, kemudian warganet menyambut ketegasan Bib Zaman tersebut dengan memunculkan katagar #SelamatTinggalGerindra. Saya pun teringat akan celetukan sembrono lainnya menjelang perhelatan pilpres 2014, yaitu kicauan Fahri Hamzah, yang dianggap pasangan Fadli dalam Duo Minion versi warganet.
Kala itu, Fahri menanggapi kontrak politik yang ditandatangani Jokowi di Pesantren Babussalam Malang pada 27 Juni 2014. Jokowi berjanji untuk menetapkan 1 Muharam sebagai Hari Santri jika terpilih menjadi presiden, "1 Muharram jadi Hari Santri Nasional, saya sanggupi. Itu wajib diperjuangkan."
Esoknya, sisa dua hari jelang coblosan, Fahri memicu gelombang demo para santri. Mereka merasa aspirasinya tersebut dilecehkan oleh kicauan Fahri, "Jokowi janji 1 Muharam hari santri. Demi dia terpilih, 360 hari akan dijanjikan ke semua orang. Sinting!"
Para pengamat peta suara saat itu sulit menebak kemenangan akan menjadi milik Jokowi atau Prabowo karena beda skor pollingnya sangat tipis. Oleh karena itu, blunder yang dibuat oleh Fahri tersebut berkontribusi atas perpindahan arus suara untuk Jokowi.
Nah, bagaimana akhir dari episode gonjang-ganjing kali ini? Katagar baru tersebut memang belum memasuki trending topic dunia maya, tetapi gerakan di arus bawah dan kalangan santri di dunia nyata perlu diwaspadai.
Sebaiknya Gerindra belajar dari pengalaman tahun 2014. Jangan sampai pasangan Fahri dalam Duo Minion tersebut membuat blunder yang akan disesali lagi. Prabowo harus segera berikan tindakan pendisplinan kepada Fadli. Jangan cuma ditimpuk pakai hape. Kalau perlu, pecat.