Beberapa bulan terakhir, dunia internasional dikagetkan oleh konflik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina. Sampai saat ini, kedua negara tersebut masih belum menemukan titik perdamaian.

Invasi yang dilangsungkan oleh Rusia terhadap Ukraina diawali pada tanggal 24 Februari 2022 dengan data kematian setidaknya 47 ribu jiwa dan kerugian properti kurang lebih USD 600 Million.

Sejarah konflik ini dimulai pada tahun 1991, Uni Soviet mengalami keruntuhan dan akhirnya bubar. Satu persatu negara bagiannya mendapatkan kemerdekaannya termasuk Ukraina. 

Putin merasa bahwa Rusia harus memiliki pengaruh kuat di Eropa Timur, Eropa Utara serta Asia Tengah dengan alasan yang kuat. Dengan ketidakpercayaan Putin terhadap Eropa, Putin merasa bahwa Rusia bisa saja menjadi target berikutnya.

Semenjak Perang Dingin berakhir, aliansi militer Amerika dan Eropa yang dikenal dengan sebutan NATO seharusnya sudah tidak aktif lagi karena Uni Soviet telah runtuh.

Alih-alih berakhir, NATO menambah negara anggotanya di Eropa Timur. Pada tahun 2008, NATO menyambut secara terbuka pada masuknya Georgia dan Ukraina sebagai negara anggota.  Tentu saja Rusia sebagai salah satu negara yang ditargetkan oleh NATO.

Ketika negara tetangganya bergabung dengan NATO maka Rusia akan lebih mudah diserang oleh negara Barat. Uni Eropa juga hendak memperkuat hubungannya dengan negara terdekat Rusia. Pada 2009, Uni Eropa menjalankan kerjasama dengan Ukraina dan beberapa negara Eropa Timur .

Hal tersebut merupakan pemicu bagi Rusia yang ingin mempertahankan kedaulatannya dari ancaman eksternal dengan cara melakukan invasi terhadap wilayah Ukraina dengan tujuan untuk menghambat gabungnya Ukraina dengan NATO.

Dari peristiwa tersebut memberikan dampak yang sangat besar bagi dunia yaitu, terancamnya kelangkaan pasokan gas alam di Eropa. Bagi Indonesia, ketika pertempuran terjadi antara Rusia dan Ukraina, dampak yang terkena adalah kenaikan harga batu bara dan minyak sawit mentah CPO (Crude Palm Oil).

Harga komoditas minyak dan gas juga melambung tinggi dikarenakan Rusia merupakan salah satu negara produsen dan distributor komoditas minyak dan gas terbesar di dunia. melambungnya harga dan kelangkaan stok komoditas minyak dan gas yang mengakibatkan ketidakstabilan dalam negeri di Indonesia.

Kemudian, pasar saham menjadi tidak stabil karena banyaknya investor atau perusahaan asing yang memiliki aset di Rusia dan Ukraina memutuskan investasinya.

Indonesia memiliki sistem politik luar negeri berbasis politik bebas aktif. Hal tersebut menjadikan Indonesia bebas menentukan kebijaksanaan terhadap situasi internasional serta tidak bertumpu pada satu pihak saja.

Kemudian, Indonesia juga turut terlibat menyelesaikan konflik dan permasalahan internasional terhadap dunia sesuai dengan sistem dalam negeri yang dimiliki Indonesia yaitu segala bangsa berhak mendapatkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pada Rabu, 29 Juni 2022 Presiden RI Joko Widodo mengunjungi Ukraina untuk bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Istana Maryinsky, Kyiv, Ukraina.

Jokowi menyampaikan rasa kepedulian Indonesia terhadap situasi yang terjadi di Ukraina. Presiden RI Joko Widodo mengatakan pentingnya penyelesaian melalui jalur perdamaian atau diplomatik dan unsur perdamaian tidak boleh luntur.

Indonesia dikenal sebagai negara yang dekat dengan Rusia sejak jabatan Presiden RI diduduki oleh Ir. Soekarno. Hal inilah yang mendorong Presiden RI  Joko Widodo untuk berpikir memiliki peluang keberhasilan dalam membawa misi perdamaian.

Pada Kamis, 30 Juni 2022 Presiden RI Joko Widodo telah mendarat di Moskow, Rusia dan berencana untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Kremlin. 

“Konstitusi Indonesia mengamanatkan agar Indonesia selalu berusaha berkontribusi bagi terciptanya perdamaian dunia. Dalam konteks inilah, saya melakukan kunjungan ke Kyiv dan ke Moskow” ujar Presiden Jokowi saat pers bersama Presiden Rusia Vladimir Putin

Pembahasan Jokowi dan Putin selanjutnya adalah terganggunya stabilitas pasok pangan yang bisa berdampak terhadap ratusan juta masyarakat dunia terutama terhadap negara berkembang. 

Kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke Rusia dan Ukraina memiliki tujuan dalam melancarkan konferensi G20 yang diadakan di Bali, Indonesia November 2022 yang akan datang.

Terdapat kebijakan baru yang didapat oleh Indonesia yaitu berlakunya bebas visa bagi warga Indonesia untuk melakukan kunjungan ke Ukraina dan berlaku per 1 Juli 2022 setelah kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke Ukraina beberapa waktu lalu.

Kesepakatan bebas visa tersebut juga disahkan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba yang memuat tentang penghapusan persyaratan visa antara kedua negara tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin juga memiliki keinginan untuk memberikan investasi di ibu kota negara nusantara. Banyaknya perusahaan Rusia di Indonesia yang bergerak di bidang energi membuat Putin melihat bahwasanya terdapat peluang bagi Rusia untuk mengembangkan energi nuklir.

Peristiwa kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke Ukraina merupakan salah satu kunjungan negara Asia pertama yang mengunjungi negara Ukraina setelah terjadinya konflik.

Dari perhelatan Jokowi ke Rusia dan Ukraina, diharapkan dapat memajukan perdamaian dunia, kemerdekaan setiap bangsa, dan keadilan sosial serta mencegah terjadinya kerusakan stabilitas di seluruh dunia termasuk Indonesia.