Bagi kamu yang ingin membangun brand dirimu sendiri untuk menjadi berbeda dengan orang lain, tentu harus punya strategi tersendiri, entah kamu sebut apapun itu. Strategi yang ampuh adalah yang searah dengan kemampuan pada diri kita. Ability sering kali menjadi sumber seseorang untuk mengetahui passion yang cocok untuk dirinya, saya menyebut itu dengan istilah the art of set on foot.

Di era yang penuh dengan kecepatan informasi hanya akan menyisahkan dua orang. Pertama, si pecundang. Karena merasa nyaman dengan keadaan dirinya, ia memilih rebahan dan scrolling media social berjam-jam dan bermain game yang tidak menghasilkan apa-apa. Aktivitas si pecundang tidak menambah pengetahuan pada dirinya, kecuali kerusakan pada mata dan lain-lain. Orang-orang itulah lost generation, potret sebuah generasi yang gagal.

Kedua adalah si pemenang. Jenis orang ini berpikir untuk membangun kebiasaan baik pada dirinya, memanfaatkan kecepatan informasi dan mengakses banyaknya informasi untuk meningkatkan skill dan pemahaman tentang sesuatu. Akhirnya, pengetahuan itu bermanfaat bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain di sekitarnya. Mereka ini menjadi leading the mind untuk masyarakat.

Sekarang pilihannya ada pada kamu, menjadi generasi yang gagal atau yang memimpin harapan?

Anak muda sudah pasti memilih yang kedua, meski kebanyakan kita terjebak di pertama. Agar bebas dari jebakan, kita harus memulainya dengan membaca buku. Paling banter, membaca tulisan ini. Yah, setidaknya sampai di kalimat ini.

Membaca bukan hanya sekedar membuatmu mendapatkan banyak informasi yang lebih. Tapi juga membebaskanmu dari kebodohan dan setidaknya tidak mudah dibohongi.

Membaca adalah strategi paling ampuh untuk meningkatkan kemampuan dirimu. Tantangannya adalah kita terkadang merasa malas untuk membaca buku. Jangan khawatir, saya sudah menyiapkan beberapa tips agar kamu tidak malas membaca buku. Atau buat kamu yang malas membaca buku tebal, tenang saja ada strategi jitu untuk kamu.

Seorang penulis Amerika kenamaan, Mortimer J. Adler sudah meringkasnya dalam buku “How to Read A Book”. Buku dengan halaman 126 ini akan membantu kamu menemukan kemauan membacamu dahulu, setelah itu menjadikanmu pembaca aktif. Tidak percaya? Mari membaca.

Why we have to read a book?

Kenapa kamu harus membaca? Ketahuilah alasanmu membaca dahulu, misalkan kenapa tulisan ini harus kamu baca? Ya hanya iseng atau penasaran, it’s okey. Yang jelas, kamu punya keinginan atas sesuatu yang membuatmu harus membaca. Entah hanya sebatas hiburan atau pelarian dari putus cinta, eaa. Wkwkwk.

Kalau kamu sudah tahu alasanmu, what is the next? 

Informasi. Yups, kamu pasti mencari informasi atas alasan kenapa harus membaca buku. Entah itu untuk tugas, skripsi atau sekedar mencari kata-kata romantic buat kodein si doi. Hihihi.

Nah finally, yang menentukan kamu membaca sebuah buku adalah memahami tipe bacaanmu. Kamu pembaca yang mana? Mortimer membaginya menjadi empat tipe pembaca. Yuk kita baca.

Elementary Reading.

Tipe elementary reading cenderung membaca hanya dengan membunyikan kata dengan tujuan mengetahui maksud yang ia baca. Tipe ini paling banyak terdapat di anak-anak sekolahan, misal kamu membaca tulisan ini, lalu kamu tahu bahwa elementrary reading adalah mereka yang membaca untuk tahu maksud bacaannya saja, tidak ada pendalaman atau analisis mendalam. Ciaah analisis mendalam. Hehehe.

Inspectional Reading.

Nah, yang ini cocok buat kamu yang malas baca buku tebal tapi ingin mengetahui isi bukunya. Tipe ini cenderung membaca dengan cara singkat. Mau tahu gimana? Temukan inti bacaan dari buku ini, yaitu key of word yang sering di ulang-ulang. Pertama, baca judulnya, kemudian ketahui maksud tulisan, lihat bab yang membahas sesuai judul, catat point penting lalu buat kesimpulan sementara dengan menggunakan bahasa sendiri.

Analytical Reading.

Kalau yang ini, berlaku untuk kamu yang konsisten dan senang membaca buku. Tipe ini membaca isi buku secara menyeluruh dari bab ke bab. Ia berusaha memahami secara mendalam maksud tulisan dan makna dibalik bacaannya. Tipe seperti ini lebih sering mengaitkan teori dengan fenomena.

Kalau kamu di tipe ini, pertahankan. Selain kaya ilmu, kamu akan menjadi lebih terbuka pemikirannya untuk menerima pandangan orang lain, tapi juga memiliki critical thinking yang tajam pada apa yang kamu terima. Biasanya tipe ini ada di mahasiswa.

Syntopical Reading.

Ini adalah tipe pembaca seorang akademis. Buat kamu yang bercita-cita menjadi seorang akademisi, ini adalah cara yang tepat untuk mencapai cita-citamu. Tipe syntopical reading cenderung membaca banyak buku yang berbeda dengan topic yang sama, tujuannya untuk membangun kerangka pengetahuannya sendiri atas hasil bacaan tersebut. Kereen nih!

Tipe ini akan menghantarkanmu menjadi seorang profesionalis pada bidang yang kamu geluti. Selain kaya pengetahuan, kamu juga bisa menguji teori yang kamu dapatkan. Jika konsisten kamu bisa menjadi seorang ilmuan kenamaan. Wow..!!!

Yass, itulah seni menjadi seorang pembaca buku ala Mortimer untuk meningkatkan kemampuan dirimu. Semua bisa kamu praktekin kalau kamu sudah tahu goals-mu mau ke mana? Kalau kamu sudah membaca sampai di paragraf ini, saya hanya berpesan;

“Kesempatanmu untuk berkembang ada pada kemauan kamu mencapai tujuan. Dan semua tujuan hanya bisa dicapai dengan tindakan. Jika kamu merasa, rebahan akan meningkatkan kemampuan dirimu, abaikan tulisan ini lalu tidur. Tapi jika tidak, bangun dan mulailah membaca dan bergerak”

Tulisan ini untuk diriku, tapi karena kamu membacanya, maka ini juga untukmu. Salam!