Pasti kalian pernah menonton sebuah film, sinetron, atau drama yang membuat kalian berkata "ini relate banget sama kehidupan gue". Perkataan tersebut sering kali muncul saat sedang menonton. Namun, apakah kalian tau mengapa sebuah film, sinetron atau drama tersebut dapat dirasa relevan dengan kehidupan sehari-hari?
Drama atau pertunjukan teater memiliki berbagai genre. Ada beberapa drama yang menampilkan cerita fiksi bertema kerajaan atau sejarah. Adapula drama yang menampilkan potret kehidupan yang relevan dengan kenyataan. Drama yang menceritakan potret sosial manyarakat dengan kejujuran dan apa adanya disebut dengan genre realis atau realisme.
Apa itu Drama Realis?
Realis itu merupakan suatu hal yang nyata atau apa adanya. Sedangkan naskah drama itu adalah kisah atau cerita yang melibatkan sebuah konflik serta emosi dari para pemain, yang khusus disusun untuk kemudian dipentaskan dalam pertunjukan teater.
Menilik langsung mengenai genre realis.
Genre realis dalam teater sudah berkembang sejak tahun 1850-an di Prancis. Dalam genre realisme, penulis memiliki ciri khususnya yang harus menonjolkan sisi gambaran kenyataan hidup yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau objektif.
Jadi yang akan kita pahami mengenai drama realis itu, ya drama realisme yang menampilkan sebuah keadaan yang nyata tanpa dibuat-buat. Oleh sebab itu dalam upaya penulisan naskahnya harus dibuat relevan dengan kehidupan nyatanya. Penulis juga akan memerlukan sebuah observasi terkait apa yang akan ditulisnya, untuk menangkap potret sosial masyarakat yang ada di sekitarnya.
Apa sih yang mengakibatkan aliran itu muncul?
Dapat kita ketahui bahwa Aliran realisme muncul akibat dari ketidakpuasannya aliran romantik, yang merupakan salah satu dari penyebab mengapa aliran realisme lebih berkembang. Idealisme yang dituntut oleh kaum romantik, dianggap tidak mungkin dapat mewujudkan oleh kaum realis. Hal inilah yang membuat penulis realisme menggambarkan kenyataan kehidupan yang lebih objektif. Kenyataan hidup sehari-hari sebagaimana adanya, yang sudah mewarnai pementasan realisme.
Drama Realisme bukan hanya menyajikan seni keindahan dalam dramanya saja, melainkan juga ingin memberikan suatu tujuan lain dibalik pementasan itu. Pembicaraan terkait drama realisme, bukan hanya meyakinkan tentang seberapa tepat dan cocoknya antara lakon yang diceritakan pada naskah, dengan apa yang akan disajikannya secara "real" dengan keadaan masyarakat.
Tetapi, pada dasarnya yang akan digaris bawahi dalam pementasan ini adalah bagaimana pemain memahami dan merumuskannya sehingga pemain mampu menghadirkan sesuatu yang dibayangkan sebagai realitas itu dan bagaimana menunjukkan tujuan – tujuan tertentu dalam pementasan tersebut. Dapat kita pahami lagi lebih jauh dengan menyimak tulisan di bawah ini.
Gaya Drama Realisme di antaranya yaitu:
- Umumnya hanya sekedar menampilkan tema-tema yang berkenaan dengan kehidupan manusia, yang permasalahannya dianggap terjadi pada manusia-manusia atau makhluk-makhluk lain.
- Dibuat bukan hanya sekedar ingin menampilkan perasaan -perasaan kagum atau indah terhadap keberadaannya manusia dan makhluk lain, tetapi justru menampilkan perasaan-perasaan prihatin dan sikap-sikap pesimis terhadap keberadaan manusia maupun makhluk lain. Terjadi akibat adanya pengaruh faktor-faktor tertentu seperti lingkungan sosial, ekonomi, politik, genetika dan lain-lain.
- Dibuat dengan adanya keinginan mengajak para penonton dan apresiator agar tergugah secara emosional dan intelektual dalam menyaksikan pementasan di atas panggung. Kemudian dapat dipahami secara logis bahwa dalam kehidupan tokoh-tokoh utama yang diceritakan, tokoh-tokoh tersebut secara logis mengatasi segala masalah-masalah seperti yang dialami manusia lain dalam kehidupan nyata.
Banyak seniman-seniman teater Indonesia pada umumnya yang sudah mencoba menggunakan aliran realisme dalam beberapa karyanya. Contohnya dapat kita lihat dari karya WS. Rendra pada judul naskah drama "Orang-orang di Tikungan Jalan". WS. Rendra, tidak hanya sekadar menulis tetapi melalukan observasi lebih jauh terkait apa yang akan ia tulis.
Apa yang ia tulis sebenarnya sudah ia rasakan secara nyata dari kehidupannya di jalanan bersama orang-orang di sana. Drama "Orang-orang di Tikungan Jalan" mengangkat cerita mengenai berbagai permasalahan orang-orang yang bertemu di tikungan jalan, dan banyak permasalahan yang ada dalam pertemuan di tikungan jalan itu. Dimana tentunya dengan konflik yang bervariasi dan berbeda-beda, namun semua permasalahan yang ada dapat selesai pada malam pertemuan itu juga.
Di dalam drama ini, Sri yang menjadi seorang wanita jalang mengajarkan para penonton bahwa seburuk-buruknya moral seorang wanita pekerja seks komersial, tetap saja ingin merasakan sebuah perasaan dan kasih sayang pada seseorang selayaknya manusia biasa pada umumnya.
Alur cerita yang diambil dari kisah nyata perjalanan orang-orang di tikungan jalan memberikan kesan dan pesan yang menarik bagi penonton yang menyaksikan drama teater tersebut. Kisah yang dibangun sedemikian realis dalam segi ceritanya dan didukung lagi oleh properti-properti yang sangat memperjelas alur dalam cerita.
Sumber Bacaan :
https://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/gaya-drama-teater-realis , diakses pada 11 Oktober 2021 pukul 20.56 WIB.
Hasanuddin WS, Drama: Karya Dalam Dua Dimensi.
Jakob Sumardjo, Ikhtisar Sejarah Teater Barat.