Anda mungkin bertanya-tanya – dan akhirnya menghiraukan - dengan peringatan “Merokok Membunuhmu” yang tertempel di bungkus rokok Anda dengan ukuran yang besar, apakah peringatan tersebut benar-benar terbukti? 

Perlu dibuktikan, sebab bila “benar” tentu saja siapa pun yang merokok sama halnya dengan bunuh diri. Mengerikan bukan?

Akan tetapi, tulisan ini tidak bermaksud membuktikan kebenaran peringatan tersebut. Penulis ingin memberi pandangan secara proporsional, terkhusus kepada para ahli hisap, supaya tidak timbul ketakutan tanpa alasan yang jelas.

Peringatan “Merokok Membunuhmu” adalah usaha kesekian kalinya pemerintah untuk menghentikan konsumsi rokok yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 109 Tahun 2012.

Berbunyi; setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor produk tembakau ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan. Peringatan kesehatan adalah gambar dan tulisan yang memberikan informasi mengenai bahaya rokok. 

Ada sesuatu yang tidak biasa dalam perintah memberi peringatan tersebut, dimana ditambahkannya gambar “akibat merokok” di bungkus rokok disertai kalimat peringatan. 

Seperti gambar paru-paru yang menghitam bertuliskan “merokok sebabkan kanker paru-paru”, gambar tengkorak bertuliskan “merokok membunuhmu”.

Tentu para ahli hisap yang rata-rata berusia 18 ke atas sudah membacanya dan paham maksudnya. Akan tetapi, mengapa mereka masih saja merokok dan tidak ada histeria sama sekali? Jawabannya, peringatan tersebut “belum tentu benar” – untuk tidak mengatakannya palsu.

Apa yang dilakukan pemerintah saat ini, seperti Marc La Londe. Seorang pejabat yang kala menduduki kursi Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Nasional Kanada melarang warganya merokok dengan peringatan yang tak tanggung-tanggung; keras lagi sadis.

Menurutnya pesan-pesan kesehatan haruslah dengan jelas, tegas, dan keras walau tidak didukung oleh bukti ilmiah. Jika kemudian La Londe menemukan penelitian yang menjelaskan rokok tidak berdampak langsung pada penyakit tertentu, maka tidak akan ia gubris.

Persoalannya, merokok tidak seketika menimbulkan penyakit tertentu, seperti serangan jantung. Sebagaimana dikemukakan oleh Richard Peto dalam Jurnal Wall Street (1995), bahwa di antara orang-orang yang berusia 30-49, para perokok mempunyai resiko serangan jantung 2,4 kali daripada non-perokok.

Sementara Lauren A. Colby membantah penelitian Peto dalam bukunya in Defense of Smokers, bahwa para perokok cenderung berasal dari lapisan sosial-ekonomi yang rendah di masyarakat dan orang-orang ini cenderung mempunyai berat badan berlebih dan bekerja sebagai buruh kasar.

Menurut Colby, Peto harusnya meneliti faktor lain semisal konsumsi alkohol, kolesterol, psikologis, dan seterusnya.

Walau sudah diteliti pun, kata Colby, mungkin masih tidak menemukan faktor resiko yang sesungguhnya  karena penyebab sebenarnya dari serangan jantung mungkin sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh siapapun.

Sebagaimana orang yang berolahraga bisa terkena serangan jantung, seperti Antonio Puerta pemain bola Sevilla yang mengalami gagal jantung di lapangan saat bertanding melawan Getafe dalam La Liga (2007).

Bahkan kematian karena serangan jantung yang lebih tidak masuk akal lagi dialami seperti Nelson Rockefeller yang meninggal ketika sedang “berolah raga” di atas ranjang ditemani dua perempuan muda.

Mengapa orang yang berolah raga dan hidup sehat bisa terkena serangan jantung? Menurut dokter spesialis jantung, dr. Dicky Hanafy, aktivitas yang berlebihan dapat membuat terjadinya pengembangan pada organ jantung yang terlalu lebar. 

Alhasil, oksigen yang didapat otot jantung jati tidak berhenti dan berakibat serangan jantung. Jadi, rokok bukan satu-satunya sebab orang terkena serangan jantung ya!

Toh, tingginya aktivitas merokok juga belum tentu memperpendek usia harapan. Seorang Belanda, Kees van der Griendt, telah menyusun data dari 87 negara, menggunakan data dari WHO dan CIA. 

Ternyata tingkat rata-rata perokok yang tinggi dapat diterjemahkan di banyak kasus pada panjangnya harapan hidup dan kanker paru-paru yang rendah.

Pada 1994, negara dengan harapan hidup yang paling tinggi adalah Islandia (76,6 tahun), dimana 31% laki-lakinya merokok. Yang kedua adalah Jepang, dimana 59% dari laki-lakinya merokok dan harapan hidupnya adalah 76,5 tahun.

Negara-negara lain dengan tingkat rata-rata laki-laki merokok yang tinggi dan harapan hidup yang panjang termasuk Israel (45%-75,9 tahun); Yunani (46%-75,2 tahun); Kuba (49%-74,7 tahun); dan Spanyol (48%-74,5 tahun).

Oleh karena itu tidak perlu takut bagi yang terlanjur dan coba-coba untuk merokok. Tetap tenang, santai, dan khusyu’ ketika merokok.

Toh, terbukti, dengan merokok justru membantu kelangsungan kesejahteraan petani tembakau, karyawan pabrik rokok, dan pedagang kelontong yang menjajakan rokok baik bungkusan maupun eceran sehingga bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari hingga menyekolahkan anak-anaknya.

Apalagi, belum lama ini tersebar berita santer; BPJS menutup defisit keuangannya dengan dana cukai rokok sebesar 5,7 triliun. 

Sungguh malang nasib rokok, perokok, petani rokok, karyawan pabrik rokok, pedagang rokok, yang dihujat, namun dikeruk pundi-pundinya tanpa diapresiasi – semisal diturunkan harga rokok atau diberi diskon barang sedikit. Misalkan.

Perihal peringatan di bungkus rokok yang mengerikan “Merokok Membunuh”, tidak perlu dibuat panik dan histeris. Mari kita kembalikan perkara kematian kepada Tuhan. Dia lah yang lebih berhak memutuskan kapan dan penyebab seorang hamba-Nya meninggal. Tidak perlu mensakralkan hasil penelitian yang belum tentu benar dan tanpa kepentingan sedikit pun.

Sumber:

Lauren A. Colby, In Defense of Smokers; Pembelaan Para Perokok, Indonesia Berdikari, 2014

Peraturan Pemerintah (PP) No. 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan

komunitaskretek.or.id (Komunitas Kretek)