Minsky Moment adalah konsep yang menggambarkan situasi dimana terjadinya kegagalan sistem keuangan yang besar atau krisis finansial yang meluas secara tiba-tiba. Konsep ini dinamai dari ekonom Amerika Serikat, yang bernama Hyman Minsky, dalam teorinya mengenai “financial instability” .
Minsky Moment adalah konsep penting dalam bidang keuangan, dan semakin relevan dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah krisis keuangan global pada tahun 2008. Konsep ini menyiratkan kemungkinan terjadinya krisis keuangan secara tiba-tiba ketika investor dan lembaga keuangan mengambil risiko yang semakin besar untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi.
Dalam industri perbankan, Minsky Moment dapat terjadi ketika bank mengambil risiko yang berlebihan dalam memberikan pinjaman atau investasi dalam aset yang tidak stabil atau tidak likuid.
Dalam upaya untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, bank dapat meminjamkan uang dengan suku bunga yang rendah dan menginvestasikan uang tersebut dalam aset dengan suku bunga yang lebih tinggi. Namun, jika aset yang diinvestasikan mengalami penurunan nilai, bank dapat menghadapi kesulitan untuk membayar utang dan dapat menyebabkan krisis likuiditas.
Krisis keuangan yang disebabkan oleh Minsky Moment dapat memiliki konsekuensi yang pada krisis ekonomi dan sistem keuangan yang berefek domino. Selain itu, akibatnya dapat memicu perubahan besar dalam regulasi perbankan dan keuangan.
Contoh Minsky Moment yang pernah terjadi adalah saat tahun 2008 dimana terjadinya krisis finansial secara global akibat Subprime Mortage. Subrime Mortage adalah kredit perumahan yang diberikan kepada debitur dengan sejarah kredit yang buruk atau belum memiliki sejarah kredit sama sekali, sehingga memiliki risiko yang sangat tinggi.
Krisis finansial dari Subrime Mortage ini berawal dari tahun 2002-2004, dimana tingkat bunga The Fed hanya sekitar 1-1,75 persen, membuat kredit Subrime Mortage dan perumahan booming. Rendahnya bunga pinjaman menarik investor kelas kakap dunia (bank, reksadana, dana pensiun, asuransi) membeli surat utang yang diterbitkan terkait Subrime Mortage.
Pada bulan Juni 20024, The Fed bertahap menaikkan bunga hingga mencapai 5,25 persen pada Agustus 2007. Hal ini mengakibatkan kredit perumahan mulai bermasalah akibat banyaknya nasabah yang gagal bayar.
Dampaknya, banyak bank yang menerbitkan Subrime Mortage rugi besar karena nasabahnya gagal bayar dan meningkatnya kredit macet karena para nasabahnya tidak mampur membayar utang. Terjadi banyak penyitaan rumah (1 dari 10 rumah di Cleveland, AS, dalam kondisi tersita). Pasar properti berubah menjadi seller market akibat banyak yang ingin menjual propertinya sehingga harga properti turun 10 persen.
Krisis Subrime Mortage ini mengorbankan Lehman Brothers yang saat itu merupakan bank investasi terbesar ke-empat di Amerika Serikat yang dinyatakan bangkrut pada 15 September 2008.
Dan kini yang terbaru adalah kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank.
SVB merupakan satu-satunya bank di Amerika Serikat yang berfokus pada perusahaan start up. SVB mengalami peningkatan yang cukup pesat saat ledakan pertumbuhan industri teknologi ditahun 2019, didorong oleh biaya pinjaman yang sangat rendah dan ledakan permintaan layanan digital yang disebabkan oleh pandemi covid-19.
Aset SVB termasuk pinjaman, meningkat lebih dari tiga kali lipat dari US$ 71 miliar pada akhir 2019 menjadi US$ 220 miliar pada akhir Maret 2022. Jumlah dana pihak ketiga meningkat dari US$ 62 miliar menjadi US$ 198 miliar selama periode itu, karena ribuan perusahaan rintisan teknologi memarkirkan uang mereka sebagai pemberi pinjaman.
Namun hal yang sama terjadi seperti kasus Subrime Mortage pada tahun 2008, dimana The Fed menaikkan suku bunga secara agresif untuk menjinakkan inflasi akibat stimulus saat pandemi covid-19. Saat suku bunga naik, harga obligasi turun, sehingga sehingga membuat penurunan dalam industry startup dan ventura.
Penarikan dana dipicu pada tanggal 8 Maret 20023 ketika pemberi pinjaman mengumumkan bahwa mereka telah menjual banyak sekuritas harga rendah dan akan membeli US$ 2,25 miliar saham baru untuk menutup kerugian. Hal itu itu memicu kepanikan di kalangan nasabah, yang menarik uang mereka dalam jumlah besar.
Dampaknya SVB mengalami arus keluar dana pihak ketiga yang tinggi, hingga mencapai US$42 miliar dalam satu hari pada tanggal 9 Maret 2023.
Sedangkan Signature Bank merupakan bank yang berfokus ke industry cryptocurrency. Pada tahun 2022, sekitar 27% dana pihak ketiga bank ini adalah dari perusahaan cryptocurrency. Siganture Bank mulai menjadi masalah saat mulai ambruknya pasar cryptocurrency yang ditandai dengan runtuhnya bursa kripto FTX, milik Sam Bankman-Fried pada November 2022, dan beberapa perusahaan asset digital terbesar seperti Circle Internet Financial Ltd, Coinbase Global Inc dan Kraken milik Payward Inc yang menggunakan Signature Bank.
Dengan demikian dapat terlihat bahwa kasus dari krisis finansial yang terjadi pada perbankan yang memiliki efek domino yang luas, sebenarnya dapat terprediksi sesuai dengan Minsky Moment.
Tentunya dengan demikian penting bagi bank dan lembaga keuangan harus memperkuat manajemen risiko dan mengambil langkah-langkah preventif untuk mengurangi risiko.
Dengan memberikan kredit dengan suku bunga yang rendah dan menginvestasikan uang tersebut dalam aset dengan suku bunga yang lebih tinggi. Maka, jika aset yang diinvestasikan mengalami penurunan nilai, bank dapat menghadapi kesulitan untuk membayar utang dan dapat menyebabkan krisis likuiditas.