Posisi wanita yang tidak bisa digantikan laki laki sampai kapanpun adalah melahirkan anak. Tugas berikutnya yakni mendidik anak anaknya menjadi generasi yang baik, karena sesungguhnya wanitalah yang melakukan sentuhan awal. Wanita adalah simbol kekuatan dan keindahan yang memperkaya kehidupan kita selama berabad -abad. 

Wanita memang menarik karena menyoalkan perdebatan sengit yang kadang tak berujung dan kadang juga penuh dengan keromantisan. Sejarah menceritakan bahwa wanita sering kali dianggap sebagai makhluk yang lemah dan tergantung pada pria. Dalam sebagian besar budaya dan masyarakat, peran wanita dibatasi oleh tugas rumah tangga, merawat anak anak, dan mengikuti perintah suami atau ayah mereka. 

Wanita selama ini dianggap telah dibatasi, karena itu harus diperjuangkan haknya agar tidak ditekan terus menerus. Wanita harus dipandang sebagai mitra laki laki,bukan berada dibawah laki laki yang justru merendahkan keberadannya. Padahal, wanita adalah makhluk yang diciptakan sama dengan laki laki yaitu di tempat (rahim) yang juga sama. 

Begitu penting untuk memahami bahwa wanita adalah sosok yang layak dihormati dan diakui keberadaannya dalam segala aspek kehidupan. seperti untaian pujangga yang bernama Khalil Gibran, “Wanita adalah mahakarya Tuhan, yang membawa kasih sayang dan kehangatan ke dunia ini.” Oleh karena itu, sebagai manusia yang bijak, wanita haruslah berada dan diperlakukan dengan hormat dan penghargaan yang sama seperti pria. 

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa kegemulaian wanita sesungguhnya dapat menumbangkan tidak saja kerakusan, tetapi juga kejujuran dari kaum laki laki yang juga dianggap sebagai penjajah terhadap kaum perempuan. Wanita bisa bahkan pintar menahkodai laki laki, wanita dapat menyetir kaum laki laki, apakah akan dimajukan atau dimundurkan.  Tergantung dari kemauan wanita itu.  Bahkan wanita pun punya kemampuan berpindah pindah dari satu nahkoda ke nahkoda yang lain. 

Bertambah rumit perdebatan yang diselimuti oleh keromantisan itu maka semakin sulit juga meletakkan sebaiknya dimana posisi wanita itu. Apakah ia lebih tinggi, sama, atau berada di bawah kaum laki laki.? 

Kalau gagasan emansipasi yang digalakkan oleh kaum feminisme hanya menyuarakan ketertindasan wanita di masa lalu, maka secara otomatis kaum wanita menganggap kaum laki laki sebagai musuh yang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Artinya ada proses balas dendam di dalamnya. Dan ini sesungguhnya tidak mengembalikan posisi wanita itu sendiri. Kalau memang selama ini ditindas atau dinomorduakan oleh kaum laki laki.

Sebenarnya, konsep emansipasi tidak hanya sebatas kepada kaum wanita saja, tetapi juga kepada kaum laki laki apabila tidak diperlakukan secara manusiawi. Manusia harus dibebaskan dari kungkungan sistem ilmu pengetahuan, sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Sekarang ini tidak sedikit laki laki yang mengurus anak di rumah sedangkan wanita (istrinya) bekerja di luar baik sebagai karyawan atau pegawai. 

Kalau memandang wanita dan laki laki itu dari segi yang paling baik, niscaya tidak akan menemukan akar permasalahannya.  Tetapi kalau memandang wanita dan laki laki itu dari segi sama sama baik, maka akan terbongkarlah akar permasalahannya.  

Sebab ada peran yang seharusnya dimainkan oleh seorang wanita. Artinya, yang lebih pantas atau cocok melakukan pekerjaan itu. Namun, bukan berarti yang laki laki tidak bisa melakukannya. Begitu pula sebaliknya, ada peran yang seharusnya atau lebih cocok dilakukan laki laki. Akan tetapi, bukan berarti yang wanita tidak bisa mengerjakannya.

Tulisan ini hanya sekedar menyuarakan gagasan tentang posisi wanita dan laki laki dari segi sama sama baik. Tulisan Ini juga menanggapi sistem patriarki, yakni sistem yang selama ini menganggap laki laki sebagai penguasa wanita dan menganggap wanita di barisan belakang alias dinomorduakan.  Tulisan ini juga menanggapi sistem matriarki yakni menganggap wanita itu dihormati, disantuni dan dinomorsatukan dalam hal hal tertentu, seperti posisi perempuan kalau di Minangkabau menjadi Bundo Kanduang. 

Gugatan yang sering terdengar saat ini adalah karena sistem patriarki yang meletakkan wanita sebagai kelas nomor dua. Meskipun ada sistem matrilineal yang meletakkan wanita di posisi nomor satu. Akan tetapi yang Namanya laki laki tetap saja menjadi orang yang nomor satu. Disinilah kaum feminism terutama yang radikal atau revolusioner, menggugat. 

Sistem patriarki yang menganggap kaum laki laki sebagai penguasa tunggal, memang tidak relevan lagi dimanapun dan kapanpun kita berada. Begitu juga dengan sistem matriarki yang menganggap wanita paling baik dan paling berperan dalam keberlangsungan kehidupan umat manusia. Lalu, bagaimanakah konsep mensejajarkanantara kaum laki laki dan kaum wanita itu sebaiknya?

Dalam Islam, Islam juga menganut sistem patriarki. Ini terlihat dalam pembagian harta warisan dimana laki laki mendapat bagian dua kali lipat lebih banyak daripada kaum wanita. Di samping memang ada ayat yang menyatakan dengan tegas bahwa “Laki-Laki adalah pemimpin bagi kaum wanita.” Akan tetapi, Islam juga meletakkan kaum wanita di tempat yang istimewa (mulia) sesuai dengan fitrah kewanitaannya. Bukan malah meletakkan wanita pada posisi nomor dua.

Jadi, mensejajarkan laki laki dan wanita itu caranya adalah kembali menempatkan keduanya ke fitrahnya masing masing. Sebagai manusia tidak satupun yang luput dari kelemahan dan kelebihan. Pada akhirnya kita akan sama sama legowo dan memahami bahwa laki laki yang baik adalah untuk wanita yang baik pula, begitu juga sebaliknya.