Akhir-akhir ini saya sangat merasa malas dalam menulis. Draft di laptop saya menggunung dan satu pun tidak ada yang rampung. Padahal, ada banyak impian yang ingin dicapai untuk membuat tulisan. Saya ingin menerbitkan novel, kumpulan cerpen, kumpulan esai bertema literasi, dan buku tentang content writer.
Tapi, saya kalah dengan rasa malas yang begitu menguasai. Ditambah eksistensi media sosial yang kerap membuat saya terlena untuk betah berlama-lama menatap layar ponsel, membuat saya semakin asyik dengan dunia maya tersebut. Akibatnya, saya jadi menyepelekan misi untuk menulis.
Seharusnya, saya bisa menyelesaikan setiap project yang telah saya buat dengan cara mencicilnya sedikit demi sedikit. Mana bisa membuat karya satu buku yang terdiri dari ratusan halaman dalam waktu yang satu minggu? Mungkin, hal tersebut tidak mustahil jika menulis keroyokan alias beramai-ramai, apalagi jika pakai jasa ghost writer. Tapi, saya ingin project yang saya buat murni dari pemikiran saya. Jadi, meskipun berjalan dengan tersandung-sandung, sayalah yang harus menyelesaikan apa yang telah saya buat.
Ketika sedang menyusun peta konsep, tidak sengaja saya teringat dengan prinsip kaizen yang merupakan salah satu prinsip yang sangat dijunjung oleh orang Jepang. Saya juga penasaran, apakah ikigai juga bisa diterapkan dalam menulis? Namun, untuk saat ini saya ingin mengulik lebih lanjut tentang implementasi kaizen dalam seni menulis. Mengingat, saya memiliki satu buah buku berjudul Kaizen for Life yang saya beli beberapa bulan lalu.
Apa itu Kaizen?
Menurut Asti Musman (2019), kaizen merupakan suatu budaya yang telah lama mendarah daging dalam kehidupan orang Jepang. Kaizen terdiri dari dua suku kata, yaitu “kai” yang artinya perubahan dan “zen” yang artinya baik. Jika dihubungkan, maka arti dari kaizen adalah perubahan ke arah yang lebih baik.
Menurut Djoko Susilo (2019), kaizen adalah sistem pengembangan produktivitas, kualitas, budaya kerja, kepemimpinan, dan keamanan kerja yang dilakukan secara berkesinambungan. Tujuan kaizen yaitu mencari cara terbaik dari yang telah ditemukan atau lebih baik dari standar yang sebelumnya. Jadi, kaizen merupakan suatu aktivitas harian yang berorientasi pada proses berpikir dan bertindak secara sistematis, terus belajar dari kesalahan dan mengutamakan proses untuk hasil yang gemilang.
Menurut Kartajaya, dkk (2018), kaizen merupakan semangat untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus. Kaizen mampu membuka peluang dan inisiatif untuk melakukan hal-hal yang lebih baik di luar kebiasaan. Kaizen dilakukan secara berkelanjutan atau sedikit demi sedikit. Istilahnya yaitu hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.
Disiplin dan Konsisten
Disiplin atau tepat waktu merupakan salah satu bagian dari kaizen untuk menjalani reformasi pola hidup. Orang Jepang sangat menghargai waktu, sehingga setiap detik yang terlewat dirasa sangat berharga. Oleh karena itu, mereka cenderung menggunakan waktu seefektif dan seefisien mungkin agar tidak ada waktu yang terbuang percuma.
Orang Jepang di masa kini tidak mengenal istilah terlambat. Ketika mengikuti rapat, seminar, atau berbagai pertemuan lainnya. Masyarakat Jepang cenderung datang ke tempat pertemuan lebih awal untuk menghindari berbagai kendala atau hambatan yang mungkin dapat terjadi.
Selain itu, masyarakat Jepang juga memiliki konsistensi yang tinggi dalam melakukan hal apa saja, baik belajar, bekerja atau menekuni hobi. Hal ini sesuai dengan prinsip kaizen yang diusung oleh masyarakat Jepang, yang mana prinsip tersebut menekankan cara hidup yang produktif dan tidak membuang-buang waktu.
Seorang penulis juga perlu menerapkan sikap kaizen ketika menjalani proses menulis. Bagi kamu yang menulis berdasarkan project pribadi (bukan dari permintaan penerbit,/klien/platform), sebaiknya buatlah deadline atau tenggang waktu agar tulisan dapat selesai pada waktu yang telah ditentukan. Memang harus diakui bahwa menyelesaikan project pribadi merupakan hal yang tidak mudah dilakukan. Penulis harus melawan ego pribadi, rasa malas dan berbagai hambatan menulis lainnya. Sebab, pada dasarnya project pribadi merupakan tanggung jawab yang dibuat oleh penulis untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu, meskipun tidak ada yang mengatur dan menetapkan tenggat tulisan pada kamu, kamu harus bertanggung jawab secara penuh atas terselesaikannya naskah tulisanmu.
Kaizen juga menerapkan perubahan ke arah yang lebih baik secara bertahap. Perubahan yang diusung prinsip kaizen tidak terjadi secara mendadak atau besar-besaran. Perubahan yang dilakukan oleh penganut kaizen terjadi secara kecil-kecilan, berangsur dan konsisten. Memang, sebuah perubahan dapat dilakukan secara mendadak dan besar-besaran oleh seseorang.
Contohnya, kamu memutuskan untuk memiliki banyak buku hingga membangun perpustakaan. Kamu pun berupaya untuk membeli buku dalam jumlah yang banyak agar buku tersebut cepat terkumpul. Sayangnya, dikarenakan terlalu fokus untuk mengumpulkan buku, kamu menjadi lupa atau abai untuk membaca buku yang telah dibeli tersebut sampai habis. Buku yang terkumpul memang menjadi banyak, akan tetapi tidak banyak yang sudah kamu tamatkan dan kamu serap ilmunya.
Menulis juga begitu. Ketika kamu tidak segera menyelesaikan tulisan dan malah menumpuk dan terus menumpuk draft tulisan, maka tulisan yang kamu buat tidak akan ada yang cepat selesai. Meskipun ide sering bermunculan di tempat dan waktu yang tidak ditentukan, tidak selayaknya kamu melupakan naskah tulisan yang pertama ingin kamu buat. Lebih baik menyelesaikan satu tulisan dan beralih ke draft tulisan yang selanjutnya. Hal ini jauh lebih efektif daripada menumpuk draft yang tidak akan pernah tahu kapan akan selesainya.
Perlu diketahui bahwa perubahan mendadak bisa dilihat secara jelas oleh setiap orang. Namun, perubahan secara bertahap merupakan suatu proses penyempurnaan tanpa akhir yang kita tidak akan pernah tahu kapan selesainya. Artinya, jika kita menerapkan pola hidup dengan perubahan bertahap, maka kita akan membiasakan diri menjadi lebih baik sedikit demi sedikit, namun hasilnya benar-benar dapat terlihat dan prosesnya akan jauh lebih manis.
Kaizen juga berkaitan dengan inovasi hidup, yang mana kita perlu mengubah kebiasaan yang kurang baik dan tidak produktif menjadi kebiasaan yang baik dan produktif. Ibaratnya, kaizen merupakan suatu pemanasan untuk merawat perubahan-perubahan kecil secara konsisten, jadi, kaizen dalam seni menulis merupakan langkah yang pelan tapi pasti untuk membuat tulisan yang tuntas dan berkualitas.
Sebuah tulisan, sebaik apapun itu akan kehilangan maknanya jika tidak selesai. Oleh karena itu, menulis harus dilakukan secara disiplin dan konsisten sesuai dengan prinsip kaizen.
Lalu, inovasi apa saja yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan tulisan yang berkualitas?
- Riset tidak hanya pada satu sumber. Jika semula kamu hanya melakukan riset melalui artikel online, maka kamu bisa menambah sumber referensi melalui jurnal, google book, ilpusnas, dan lain-lain.
- Lakukan kebiasaan baru agar tidak mudah bosan. Jika semula kamu hanya mencari inspirasi melalui bahan bacaan, kamu bisa melakukan aktivitas lain untuk menambah inspirasi. Contohnya seperti jalan-jalan di sore hari, pergi ke sungai atau sawah di dekat rumah, menatap pepohonan, atau sekadar ngobrol sama tetangga.
- Lakukan kegiatan menulis secara sedikit-sedikit, tapi konsisten. Itu lebih baik dari pada menulis berlembar-lembar sebulan sekali.
- Jika sebelumnya lebih sering membaca buku-buku karya penulis dalam negeri, maka kamu bisa menambah daftar bacaan buku-buku terjemahan dari penulis ternama di dunia. Ini akan membantu menambah khasanah kekayaan kosa kata maupun intelektual bagi kamu.
Inovasi-inovasi di atas hanya segelintir cara yang dapat dilakukan untuk membuat kebiasaan baru yang lebih baik dalam menulis. Ciptakanlah kebiasaan barumu sendiri dan lakukanlah secara konsisten agar dapat membuat karya yang layak baca dan menginspirasi banyak orang.