Patutlah kiranya kita memperbanyak rasa syukur kita kepada Allah SWT, sebab kita telah dipertemukan kembali dengan kesempatan yang begitu berharga yakni hadirnya kembali Bulan Rabi’ul Awwal, di mana pada bulan ini kita dapat semakin mengenang, meneladani, dan bahkan semakin mencintai Rasulullah SAW.
Barangkali yang menjadi pertanyaan bagi sebagian di antara kita adalah siapa sebenarnya sosok Rasulullah itu sehingga beliau harus kita teladani sedemikian rupa dan apa dampak yang telah beliau berikan bagi kehidupan di dunia ini sehingga beliau harus sangat kita hormati.
Untuk menjawab ragam pertanyaan tersebut kita dapat menjawabnya melalui keterangan yang termaktub di dalam Al-Qur’an yakni QS Al-Ahzab ayat 21 berikut:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan mengharap (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Di dalam keterangan yang lain, yakni QS Al-Qalam ayat 4 juga telah dijelaskan:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu (wahai Muhammad) benar-benar berada pada akhlaq yang mulia.”
Dengan adanya kemuliaan dan keagungan akhlaq yang disandang oleh Rasulullah SAW inilah maka menjadi sangat wajar jika kemudian Allah SWT menjadikan beliau sebagai teladan sekaligus panutan bagi kita semua.
Keluhuran akhlaq yang dimiliki oleh Rasulullah SAW merupakan panduan yang sempurna bagi kita selaku ummatnya untuk dapat meraih kehidupan yang mulia sebagaimana yang telah diajarkan dan diteladankan oleh beliau yakni Rasulullah SAW.
Begitu luhurnya akhlaq Baginda Nabi Muhammad, sehingga di antara sahabat yang berada di samping atau sekeliling beliau seakan mendapat ketenangan. Hilang segala gelisah ketika siapa saja berjumpa dan memandangi wajah beliau. Inilah di antara keistimewaan bagi mereka dapat mengimani serta dapat menjalankan tuntunan yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Bahkan, tidak hanya demikian, siapa saja yang menyebut nama beliau melalui shalawat, maka mereka pun akan mendapatkan ketenangan dan ketenteraman di dalam hatinya.
Karena keistimewaan-keistimewaan semacam itulah, maka Allah SWT memerintahkan kepada para hamba-Nya untuk senantiasa memperbanyak membaca shalawat kepada beliau, yakni Nabiyullah SAW. Dan begitu istimewanya shalawat ini, ia tidak hanya dilakukan oleh hamba-Nya saja, melainkan juga dilakukan oleh Allah SWT yang telah memerintahkannya beserta dengan seluruh malaikat-Nya. Adapun penjelasan mengenai hal ini sebagaimana telah dijabarkan dalam QS Al-Ahzab ayat 56 berikut:
إنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah beserta para malaikat-Nya senantiasa bershalawat atas Nabi (Muhammad), wahai orang-orang yang beriman maka bershalawatlah kalian dan tebarkanlah salam atasnya dengan penuh kesungguhan.”
Dengan semakin banyak bershalawat, maka hal ini akan semakin mengundang rasa cinta kita dan kerinduan kita kepada Baginda Nabi Muhammad, sehingga dengan keadaan inilah maka kita pun akan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat melakukan apa saja yang diridhai oleh Allah dan kekasih-Nya itu, yakni Rasulullah SAW.
Rasa cinta kita yang sungguh-sungguh kepada Allah dan Rasul-Nya inilah yang kelak juga sangat kita harapkan akan mampu mengantarkan kita untuk dapat berkumpul dengan siapa saja yang kita cintai ketika berada di akhirat kelak, yakni berkumpul dengan Allah dan Rasul-Nya. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam hadits berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَتَى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلَاةٍ وَلَا صَوْمٍ وَلَا صَدَقَةٍ وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“Dari sahabat Anas ibn Malik, sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi, kapan hari kiamat terjadi ya Rasul? Nabi bertanya balik, apa yang telah engkau persiapkan? Ia menjawab, saya tidaklah mempersiapkan untuk hari kiamat dengan memperbanyak shalat, puasa dan sedekah. Hanya aku mencintai Allah dan Rasul-Nya. Nabi berkata, engkau kelak akan dikumpulkan bersama mereka yang engkau cintai. (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits tersebut sepatutnya tidak kita salah pahami, yakni dengan menganggap tidak pentingnya untuk melaksanakan shalat atau tidak pentingnya kita melaksanakan puasa atau memperbanyak sedekah.
Sebab bagaimanapun juga ibadah-ibadah tersebut nyatanya memang sangat penting bagi kita bahkan diantaranya ada yang wajib untuk kita laksanakan. Namun pentingnya ibadah tersebut bisa menjadi kosong nilainya manakala kita tidak mengiringinya dengan rasa cinta kita yang sungguh-sungguh kepada Allah maupun para rasul-Nya pada saat kita menjalankannya.
Sebab bisa jadi dengan tidak adanya landasan yang benar mengenai ibadah-ibadah tadi, maka tujuan ibadah kita akan menjadi sangat rawan, yakni bukan lagi untuk mengharap ridha Allah maupun Rasul-Nya, melainkan lebih pada pelaksanaan ibadah yang ternyata tujuannya adalah untuk mendapatkan penilaian dari manusia. Na’uzubillahi min dzalik.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan taufiq, hidayah dan ‘inayah-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat semakin mencintai Allah dan para Rasul-Nya. Dan semoga Allah memberikan kemudahan pada kita untuk dapat meneladani serta menjalankan segala tuntunan yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. (*)