Pembahasan tentang geopolitik-ekonomi akan mengarah pada pemahaman tentang geoekonomi dan kaitannya dengan ekonomi politik internasional. Pemahaman tentang geoekonomi mengarah pada penggunaan kekuatan geopolitik dan militer yang ujungnya digunakan untuk kepentingan ekonomi. Lebih lanjut lagi, merujuk pendapat pakar tentang geoekonomi:

The use of economic instruments to promote and defend national interests, and to produce beneficial geopolitical results; and the effects of other nations’ economic actions on a country’s geopolitical goals. ~ Blackwill and Harris: 2016

Pada bagian pertama dari pengertian di atas (the use of economics instruments to promote and defend national interests) merupakan pemahaman umum atas kekuatan ekonomi domestik yang dapat dijadikan alat guna mempromosikan kekuatan suatu negara. Di sisi lain, bagian kedua dari pengertian tadi (the effects of other nations’ economic actions on a country’s geopolitical goals) mengarah pada ekonomi politik internasional sebagai instrumen guna memahami fenomena ekonomi secara luas hingga dapat memengaruhi institusi multilateral.

Memahami geoekonomi dan ekonomi politik internasional dirasa penting guna memahami pola pergeseran kekuatan konvensional dalam tatanan sistem internasional yang diwakili oleh kekuatan militer kepada kekuatan yang lebih lembut (soft power) dalam percaturan politik dunia: kekuatan ekonomi.

Senjata Baru

Replace the historic anti-Soviet focus of U.S. Asian Policy with a new emphasis on geoeconomics, to force new economic bonds and use them to resolve political problems and prevent economic disputes from exploding into political confrontations. ~ Vermeiren: 2013

Pasca perang dingin, topologi geopolitik dan geoekonomi seolah menjadi satu pengertian yang sama. Sebab, pola perpolitikan dunia pasca runtuhnya Soviet lebih mengedepankan pendekatan yang lebih lembut (soft power) dalam memenuhi kepentingan nasional sebuah negara dibandingkan dengan penggunaan hard power yang mengandalkan alat utama sistem pertahanan dari negara bersangkutan. Sehingga, kemunculan geoekonomi sebagai senjata baru dalam tatanan politik global menjadi satu hal yang tak terelakkan.

Ada tiga faktor utama mengapa geoekonomi menjadi begitu penting.

Pertama, pada abad ke-duapuluh, peningkatan kekuatan sebuah negara ditandai dengan penggunaan instrumen ekonomi sebagai tonggak utama dalam memengaruhi serta menghadapi pertarungan geopolitik. 

Contoh, kebangkitan Cina sebagai kekuatan baru dalam konstelasi geopolitik merupakan akumulasi dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini tercapai berkat reformasi ekonomi serta penggunaan instrumen ekonomi masif dan sistematik yang diterapkan oleh Cina baik di dalam negeri maupun dengan negara kerabat yang menjalin kerjasama dengan mereka.

Faktor kedua, kembalinya model state capitalism di mana ada sebuah negara yang mampu menguasai 75 persen cadangan energi dunia. Secara mengejutkan, sebuah data menunjukkan bahwa ada perusahaan milik negara yang mampu memiliki 80 persen akun pasar saham di Cina, 62 persen di Rusia, dan 38 persen di Brasilia serta telah memiliki lebih dari setengah kepemilikan dari lima belas IPO tertinggi di dunia.

Ketiga, bahwa kebangkitan geokonomi tidak dipengaruhi oleh perilaku negara namun lebih kepada perubahan yang terjadi di dalam pasar global itu sendiri. Secara langsung, kekuatan pasar dan tren ekonomi memiliki kecenderungan untuk dapat mendikte kebijakan strategis suatu negara.

Tengok saja bagaimana krisis ekonomi 1998 yang menimpa Asia berdampak sangat keras terhadap perpolitikan dunia. Lebih khusus lagi, Indonesia menerima dampak langsung dari pelemahan ekonomi Asia sehingga menimbulkan tidak hanya krisis ekonomi dalam negeri namun juga krisis politik dan keamanan. 

Ujung-ujungnya terjadilah reformasi. Walaupun memang lahirnya reformasi di Indonesia hanyalah titik puncak dari perjuangan panjang yang telah dirintis oleh para penentang rezim orde baru.

Kebangkitan China

Sebagaimana yang telah kita pahami, geoekonomi telah mampu menjadi instrumen penting dalam menguasai percaturan politik internasional.

Amerika Serikat (AS) menjadi kekuatan utama dalam politik internasional bukan hanya karena kekuatan militernya yang besar. Kekuatan ekonomi, khususnya kekuatan moneter AS telah menjadi momok bagi negara-negara yang memiliki daya tawar lemah. Akan tetapi, hegemoni AS dalam sistem moneter global menghadapi tantangan yang serius dari benua Asia.

Tantangan tersebut didasarkan pada rapuhnya sistem ekonomi yang berbasis pada finance-led growth milik AS dibandingkan dengan export-led regimes negara di timur Asia. Dalam tulisan Vermeiren (2013) dinyatakan bahwa the crisis needs to be considered as a symptom of an imperfect monetary order is correct. Krisis yang melanda AS pada tahun 2008 mesti dimaknai sebagai gejala yang menunjukkan lemahnya struktur kekuatan moneter AS itu sendiri.

Di sisi lain, kekuatan investasi domestik serta cadangan devisa yang melimpah telah menempatkan Cina sebagai kekuatan geoekonomi baru. Hal ini merupakan imbas dari menguatnya kedua indikator tersebut sehingga Cina mampu melakukan ekspansi moneter yang dapat mengancam hegemoni moneter global AS.

Investasi domestik menjadi instrumen utama dalam pertumbuhan ekonomi Cina, sehingga manakala investasi tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan konsumsi, perluasan pada pasar asing diperlukan guna memenuhi kebutuhan kapasitas produksi guna memelihara pertumbuhan ekonomi yang kuat.

Lalu, apakah dengan munculnya Cina sebagai kekuatan ekonomi baru dapat secara serta merta menggeser hegemoni AS dalam tatanan geopolitik?

Secara bertahap hal itu dimungkinkan untuk terjadi. Karena bila merujuk pada konteks geoekonomi sebagai instrumen politik internasional, Amerika Serikat tidak dapat menghindar dari tren penyesuaian ekonomi global yang bergeser ke Cina. Ketidakmampuan AS untuk mengembalikan defisit current account pada level sebelum krisis, dikombinasikan dengan keengganan China untuk mengurangi surplus current account nya akan menimbulkan tekanan pada sistem moneter global yang selama ini dikuasai oleh AS.

Poin Renungan

Menerjemahkan pertarungan politik global dalam konteks kekuatan ekonomi bermakna bahwa ekonomi menjadi senjata utama yang digunakan oleh negara-negara maju guna memengaruhi percaturan politik global.

Negara hegemoni moneter global seperti Amerika Serikat melalui berbagai kebijakan moneter yang dikuasainya secara sistematis dapat mendikte kebijakan suatu negara. Di lain sisi, Cina hadir dengan kekuatan ekonominya yang luar biasa. Tentu saja fenoma tadi mengganggu dominasi AS dalam konstelasi politik dunia serta menunjukkan bahwa kekuatan ekonomi telah menjadi tolak ukur baru dalam konstelasi geopolitik.

Pada konteks hubungan internasional saat ini, negara yang dapat memimpin tatanan politik internasional adalah negara yang memiliki fundamental ekonomi yang kokoh serta pertumbuhan ekonomi yang baik. Bukan lagi negara yang memiliki kekuatan militer besar.