Kajian filologi bukanlah ilmu baru. Kegiatan filologi sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Bahkan sejak zaman Yunani sudah ada kegiatan menghimpun dan membaca naskah lama. Karena merupakan kajian ilmu tua, tentunya kajian filologi mengalami banyak perkembangan. Namun, perkembangan tersebut berjalan cepat atau lambat?
Kajian filologi yang dilakukan oleh para filolog ataupun pemelajar filologi tentunya tidak mudah. Dalam perjalanannya membutuhkan banyak hambatan seperti sulitnya mencari dan menghimpun naskah kuno, pelapukan pada media tulis, tidak diizinkannya oleh pemilik manuskrip, bahasa dan aksara yang digunakan untuk menulis naskah yang mungkin saat ini sudah tidak populer lagi, dan ketersediaan peta manuskrip yang belum lengkap.
Indonesia merupakan salah satu ladang manuskrip dunia. Indonesia memiliki warisan ilmu pengetahuan dari leluhur berupa naskah kuno yang tercecer. Ceceran tersebut bukan hanya di Indonesia saja, melainkan tersebar di seluruh penjuru Nusantara bahkan dunia. Tentunya membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merupakan lembaga negara yang membidangi riset nasional untuk menghasilkan inovasi dari putera-puteri bangsa. BRIN memiliki fokus pekerjaan yang jelas yaitu penelitian yang melahirkan inovasi. Namun, pekerjaan tersebut seharusnya tidak tumpang tindih dengan tugas dosen dan mahasiswa. Dosen dan mahasiswa memiliki kewajiban tridarma yang di dalamnya juga terdapat penelitian. Harus ada pembeda penelitian dosen, mahasiswa, dan BRIN.
BRIN menjadi sebuah wadah yang memberikan fasilitas bagi para peneliti dan pemelajar. BRIN bukan lagi mengurusi hal-hal kecil. BRIN perlu membangun lanskap penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi, dan inovasi di bidang manuskrip.
Landscape tersebut nantinya akan menjadi payung yang melahirkan ilmu pengetahuan yang mengandung kebaruan sehingga dapat digunakan dalam dunia akademik. Biarkan mahasiswa, dosen, dan komunitas yang berkecimpung di bidang filologi yang melakukan riset naskah, BRIN tidak perlu. Cukup memfasilitasi saja.
Sumber primer kajian manuskrip saat ini masih dibilang sulit. Hal itu karena belum adanya peta manuskrip yang lengkap. Selama ini peta manuskrip yang digunakan masih simpang siur karena belum ada pendataan secara lengkap. Perlu adanya sensus naskah untuk menyusun peta manuskrip nasional.
BRIN perlu membangun dan menghidupi komunitas dan pemelajar filologi. Komunitas filologi sudah ada, namun merawat komunitas tersebut agar tetap istiqomah di jalan filologi itu sangat sulit. Hal itu karena tidak adanya dukungan nyata dari pemerintah terhadap keluarga peneliti dan keluarga pemilik naskah.
Perlu adanya regulasi secara konstitusi yang mengatur artefak menjadi milik negara. Artefak wajib diserahkan kepada negara. Negara perlu menjaga artefak yang sudah dimilikinya. Artefak manuskrip masih tercecer di berbagai negara, daerah, bahkan perorangan. Artefak tersebut perlu didata, dikoleksi, dan dijaga oleh negara.
Pemilik manuskrip diberikan penghargaan oleh negara agar mau menyerahkan manuskripnya kepada negara. Manuskrip merupakan warisan turun-temurun dari leluhur yang tidak gratis dalam mendapatkannya. Untuk itu negara perlu memberikan apresiasi. Ada harta karun ilmu pengetahuan yang perlu digali dalam sebuah manuskrip.
Penyelamatan fisik manuskrip perlu dilakukan dengan segera untuk menghindari pelapukan, rayap, ataupun terbuang sia-sia akibat bencana alam ataupun kebakaran. Era dunia digital sangat memungkinkan penyimpanan data digital. Manuskrip yang sudah didapatkan disalin dan disimpan dalam bentuk digital.
BRIN perlu membuat pangkalan data manuskrip yang dapat diakses oleh semua orang. Pangkalan data tersebut memudahkan pencarian, baik pencarian berdasarkan penulis naskahnya, tema naskahnya, dan sebagainya. seperti google cendekia misalnya yang mampu menelusuri artikel ilmiah yang sudah dipublikasi melalui kanal-kanal publikasi ilmiah.
Pangkalan data manuskrip yang dibuat BRIN tersebut dapat menghubungkan data manuskrip digital yang tercecer di belahan dunia. Kemudahan peneliti dalam mengakses data manuskrip tentunya akan memudahkan peneliti mendapatkan data.
Peneliti dapat lebih produktif dalam mempublikasi hasil penelitian yang dapat dibaca oleh masyarakat dan di kembangkan oleh peneliti-peneliti berikutnya. Dengan demikian warisan ilmu pengetahuan dari leluhur dapat disebarluaskan kepada masyarakat pembaca.
Warisan ilmu pengetahuan leluhur dalam bentuk manuskrip misalnya sastra medisin yang melahirkan ilmu pengobatan dan dapat dijadikan kajian di bidang farmasi dan kedokteran.
Sastra medisin merupakan catatan obat-obatan leluhur untuk menangani kasus penyakit tertentu yang bisa dikembangkan lagi saat ini. Tentunya membutuhkan peran filolog untuk membaca, menerjemahkan dan membahasakan ulang agar dapat dinikmati oleh peneliti di luar bidang filologi.
Selain sastra medisin juga ada sastra dapur yang berisi resep masakan leluhur. Resep tersebut dikembangkan untuk dilahirkan kembali budaya masakan nusantara. Bisa jadi tidak kalah enak dan tidak kalah sehat dibanding dengan jajanan dan kuliner saat ini.
Ada juga dalam hal agama di bidang hukum, tafsir, aqidah, akhlak, dan sebagainya. Ada banyak naskah peninggalan ulama zaman dahulu yang tercecer dan belum tergali. Jika itu ditemukan dan dapat diteliti tentu akan sangat bermanfaat bagi bangsa.
Riset manuskrip dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Mudahnya mencari data penelitian perlu dikembangkan melalui pangkalan data digital.
Keberhasilan membangun lanskap riset manuskrip, dan melaksanakannya, ditentukan oleh sejauh mana antarfaktor saling bersinergi. Untuk itu, BRIN perlu menjembatani kegiatan ini agar warisan pemikiran masa lalu dapat dikembangkan lagi di masa sekarang.
Mudahnya mengakses manuskrip membuat pemelajar filologi tertarik untuk menjadi peneliti sehingga membangun budaya membaca, meneliti, menulis, dan mengajarkan. Dengan demikian siklus ilmu pengetahuan dapat berjalan. Filolog juga diuntungkan dengan pengakuan akademik.
Pengakuan akademik ditandai dengan banyaknya sitasi dalam penelitian. Penghitungan sitasi dapat dilihat melalui google cendekia ataupun Sinta.