Dalam pagi begitu hening pada tepian rawa pening, plung... Ku lempar kail berumpan cacing. Cukuplah sebentar berharap ikan menyambar. Di pangkal pagi ikan-ikan mulai lapar. Tersangkut runcing pancing menggelepar
Mereka yang aku kira ikan jinak, nila tambun berlenggok lambat seturut riak. Nyatanya telah kenal baik getar lapar pancangnya. Mujair kisut nan selalu lapar dan tiada banyak kehendak, sudah hafal benar kilau nafsu kailnya
sekali berarti, seekor gerundang bahkan enggan untuk mati, hanya gemerisik ilalang di tepi batang air itu yang mengingatkanku pada dendang pelerai nasib, yang tak tertanggungkan lagi oleh badan
Ikan jinak airnya jernih, ikan liar airnya beriak. untung tak pernah bisa diraih, malang tak pernah mampu ditolak. ku tak butuh asin dari garam, sebab nasib akan selalu diukur oleh luas lautan
Aku tak butuh asam dari perasan limau pucuk gunung. bukankah takdir sudah ditakar pun ditinjau. Beri aku sari empedu tanah, Ibu, beri aku pati pasak bumi. Biar yang buruk menguap bersama sendawa. Yang baik bakal mendarah-daging dalam nyawa
Samudera Lepas
Siapa menghuni pulau ini kalau bukan pemberani?Rimba menyembunyikan harimau dan ular berbisa.Malam membunuhmu bila sekejap kau pejam mata.
Tidak. Di pagi hari kau temukan bahwa engkau Disini. Segar bugar. Kita punya tangan dari batu sungai. Karang laut menyulapmu jadi pemenang. Dan engkau berjalan ke sana.
Menerjang ombak yang memukul dadamu.Engkau bunuh naga raksasa. Jangan takut. Sang kerdil yang berdiri di atas buih itu adalah Dewa Ruci. Engkau menatapnya: menatap dirimu. Matanya adalah matamu. Tubuhnya adalah tubuhmu.Sukmanya adalah sukmamu. Laut adalah ruh kita yang baru! Tenggelamkan rahasia ke rahimnya:
Bagai kristal kaca, nyaring bunyinya.Sebentar kemudian, sebuah debur gelombang yang jauh menghiburmu.saksikanlahTidak ada batasnya bukan?
Gerutu
Serupa ini awak kini, pirang ditindih kering, dengan selimut keras bak cangkang.
semenjak biji disebar luas pada ladang. lalu ditinggalkan. Aku kenang masa-masa teramat tentram. di sekitar segunduk teman. Mengapakah awak yang terpilah. Bakal mengulang kelahiran
Andaikata becus, awak memilih lunak dan larut dalam lambung ternak. Atau tersaji dalam perjamuan malam. ketimbang memandang mata yang berbinar. membayang dalam ladang dedaun balik berkibar. Walakin tiada kuasa awak atas nasib sendiri. Kudu serupa ini
ku menyaksi lincir sunyi menyuruk dari sudut kabut. Menjadi selimut binar nan sebentar. hanya sebatas pagi sebelum tinggi matahari.
menjelma bakal-batang mengeras sebagai tunas yang cemas. Serupaini awak ini hari. pirang serta terpanggang. bukan oleh panas dari arang. para bakul yang menunggu orang begadang. melainkan oleh siang
dan riang tembang penagih hutang. bertebaran sepanjang jalan menuju pemukiman.