Beberapa waktu terakhir, berita dihebohkan dengan pemberitaan mengenai mantan atlet voli Indonesia Aprilia Manganang yang disahkan sebagai laki-laki karena penyakit hipospadias yang dimilikinya sejak kecil. Menurut Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), mengutip Kompas tanggal 20 Maret 2021 mengatakan bahwa Aprilia Manganang pada saat lahir hingga dewasa tidak mendapatkan perawatan medis serta pemeriksaan lanjutan meski menderita penyakit hipospadias.
Banyak pro dan kontra terhadap pemberitaan ini, namun disini kita tidak akan membahas mengenai Aprilia Manganang yang kini telah berganti nama menjadi Aprilio Perkasa Manganang. Hal yang menyebabkan banyaknya stigma pro dan kontra di masyarakat mengenai hal tersebut karena minimnya edukasi dan tentunya jumlah kejadian kasus ini jarang dijumpai.
Jika berangkat dari pengertian apa sih kelainan hipospadias itu?
Secara sederhananya adalah kelainan kelamin pada bayi laki-laki dimana lubang kencing terletak tidak normal di ujung penis. Nah! karena adanya ketidaknormalan ini, kelainan hipospadias ini dibagi menjadi 3 yaitu: Subcornal dimana lubang kencing terletak di sekitar kepala penis biasanya di bawah kepala penis, yang kedua adalah Midshaft dimana lubang kencing berada di bawah batang penis dan yang terakhir adalah Penoscrotal yang lubang kencingnya berada di bawah area perbatasan batang penis dan buah zakar.
Bagi bayi laki-laki yang mengidap kelainan ini sering kali alat kelaminnya terlihat melengkung ke bawah. Hal ini menyebabkan kondisi si bayi mengalami kesulitan saat berkemih karena percikan air kencingnya tidak normal yang tidak seperti bayi laki-laki pada umumnya.
Pada kasus kelainan yang parah, beberapa bayi yang mengidap hipospodias ini testisnya tidak turun ke buah zakar sehingga banyak menimpbulkan ambiguitas jenis kelamin bagi yang kurang mengerti mengenai adanya kelainan hipospadias. Maka dari itu kelainan ini memang harus segera mendapatkan pertolongan medis, agar ketika dewasa si bayi tidak mendapatkan masalah saat berkemih hingga masalah pada identitas seksualnya. Jika hanya dilihat dari alat kelamin luar laki-laki yaitu penis.
Lalu seberapa seringkah kasus ini terjadi?
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat data menunjukkan jika per 200 kelahiran bayi laki-laki maka ada 1 bayi mengidap kelainan hipospodias. Tentu saja kasus kelainan ini termasuk jarang dijumpai di masyarakat.
Namun perlu juga diketahui oleh masyarakat luas agar ditengarai sebagai suatu kelainan organ luar, yaitu ketidaknormalan pada lubang kencing bukan peralihan jenis kelamin dari perempuan ke laki-laki. Tidak seperti itu konsepnya.
Jika berbicara mengenai faktor yang menyebabkan timbulnya kelainan hipospadias secara keseluruhan, jawabannya masih belum diketahui secara pasti. Namun berbagai macam penelitian mengatakan ada beberapa faktor resiko yang berperan besar meningkatkan terjadinya kejadian hipospodias pada bayi laki-laki, yaitu faktor genetik jika ayah si bayi atau dalam keluarganya memiliki riwayat kelainan yang sama.
Hal ini dibuktikan oleh MM Brouwers seorang peneliti yang menerbitkan jurnalnya dalam Jurnal Kedokteran Anak Eropa mengatakan “ jika bayi laki-laki yang lahir dengan keluarga yang memiliki riwayat kelainan hipospadias memiliki resiko 9 kali lebih besar daripada bayi yang tidak memiliki riwayat kelainan ini sebelumnya.” Sedangkan dalam penelitian ini pula mengatakan bahwa, " bayi laki-laki dengan berat badan lahir rendah yang kurang dari 2500 gram juga memiliki potensi dua kali lebih tinggi untuk terkena kelainan hipospadias."
Penyebab adanya kelainan hipospadias sering terjadi karena adanya kegagalan pembentukan organ pada bayi yang terjadi di trimester pertama. Jika dikaitkan dengan kondisi ibu saat hamil maka faktor nutrisi yang didapat bayi dari plasenta ibu memang memiliki pengaruh.
Kekurangan nutrisi yang dialirkan dari ibu melalui plasenta atau yang kita kenal dengan ari-ari terutama pada kehamilan kembar juga bisa meningkatkan resiko adanya kelainan pada lubang kencing si bayi. Hal ini dikarenakan kehamilan kembar memiliki resiko lebih besar daripada kehamilan biasa jika aliran pada plasenta tidak lancar dan bayi tidak mendapat nutrisi dengan baik.
Apakah hipospadias bisa diketahui dan disembuhkan sejak bayi?
Tentu saja bisa dan ini adalah anjuran yang sangat disarankan bagi bayi laki-laki yang menderita kelainan ini. Pemeriksaan fisik pada bayi ketika lahir sangat penting dilakukan agar jika terjadi kelainan fisik dapat dideteksi dengan mudah.
Untuk kasus hipospadias yang tidak parah, kelainannya bisa ditemukan dengan mudah hanya dengan pemeriksaan fisik. Jika kelainannya termasuk parah maka diperlukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan genetik dan uji pencitraan.
Uji pencitraan ini adalah memindai organ yang mengalami kelainan untuk memastikan lebih akurat mengenai kelainan yang sedang diderita. Serta berfungsi mendeteksi apakah ada kelainan lain pada organ tersebut. Sehingga bisa didapatkan hasil diagnosa yang akurat.
Adapun penanganan yang sering dilakukan untuk hipospadias ini ialah menggembalikan lubang kencing bayi laki-laki tersebut pada kondisi normal ketika bayi berusia sekitar 6-12 bulan. Disarankan untuk tidak menyunat bayi sebelum tindakan pembedahan terjadi.
Namun untuk beberapa kasus yang tidak parah jika lubang kencingnya berada tidak jauh dari ujung kepala penis dan penis tidak melengkung ke bawah maka tindakan pembedahan biasanya tidak dilakukan. Tindakan pembedahan ini memiliki tujuan agar si bayi bisa berkemih secara normal karena lubang kencingnya telah dikembalikan ke tempat yang seharusnya serta memperbaiki kelengkungan penis yang bermasalah akibat kelainan tersebut.
Mengapa harus dilakukan tindakan memperbaiki kelengkungan penis pada bayi yang menderita hipospadia?
Karena beberapa kasus sebagaimana dijelaskan sebelumnya, penis bayi laki-laki tersebut cenderung melengkung ke dalam. Hal ini akan sangat berpengaruh pada kemampuan ereksi si bayi ketika tumbuh dewasa. Operasi pada penderita hipospadias bisa dilakukan sekali atau beberapa kali tergantung dari hasil pemeriksaan tingkat keparahan kelainannya.