Definisi Perubahan Iklim, sesuai WMO (World Meteorological Organization) atau Organisasi Meteorologi Dunia, Perubahan Iklim didefinisikan sebagai berubahnya iklim yang disebabkan secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengakibatkan perubahan komposisi atmosfer global serta hal-hal yang menambah variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu tertentu yang dapat diperbandingkan.
Lalu bagaimana perkembangan terbaru Perubahan Iklim? Bukti-bukti apa saja yang menunjukkan bahwa perubahan iklim itu memang sudah terjadi di dunia sejak lama? Bahkan bisa dirasakan di sekitar kita? Berikut ini kami rangkumkan data dan fakta Perubahan Iklim paling aktual saat ini.
1. Makin meningkatnya suhu bumi
Kenaikan rata-rata suhu udara permukaan Global menurut WMO yang tercatat hingga tahun 2021 adalah 1,11 derajat Celcius terhadap masa revolusi industri (1865-1900). Kenaikan signifikan suhu permukaan bumi dapat dilihat terjadi semenjak tahun 1960. Semakin massifnya penggunaan bahan bakar fosil oleh kendaraan bermotor, pabrik dan industri yang juga semakin meningkat di semua negara di dunia menjadi pemicu utama kenaikan suhu global.
Gambar 1. Perubahan Suhu rata-rata tahunan global sejak pra-industri (1850-1900) dari enam data set suhu global (1850-2021). Sumber: Met Office, United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland.
Suhu udara di permukaan bumi pada tahun 2021 ada di atas rata-rata periode 1981-2010 di seluruh wilayah Amerika Utara dan Greenland, Afrika Utara dan Tropis, Timur Tengah dan Asia Tenggara. Area dengan suhu di bawah rata-rata yakni berada di sebagian Asia Utara, Australia, Afrika Selatan dan Barat Laut Amerika Utara.
Naiknya suhu udara ini tidak hanya terjadi di darat namun juga di laut.
Gambar 2. Peta perbandingan suhu udara permukaan relatif terhadap rata-rata periode 1981-2010 untuk tahun 2021. Peta menunjukkan anomali median dihitung dari lima kumpulan data set: HadCRUT5, ERA5, GISTEMP, NOAAGlobalTemp and Berkeley Earth. Sumber: Met Office, United Kingdom.
2. Mencairnya Es di Kutub
Es di kedua kutub terus mencair akibat naiknya suhu permukaan bumi dan lautan. Massa lapisan es Greenland hilang dengan laju rata-rata 276 Gt (Giga Ton) per tahun pada periode April 2002 hingga November 2021, sedangkan laju rata-rata hilangnya massa lapisan es Antartika adalah 152 Gt per tahun di periode yang sama. Jika digabung, hilangnya massa lapisan es di kedua benua ini setara dengan kenaikan permukaan laut global sebesar 1,2 milimeter.
Gambar 3. Data berkurangnya massa lapisan es di Greenland dan Antartika selama periode April 2002 hingga November 2021 dari Satelit GRACE dan GRACE-FO.
3. Permukaan laut semakin tinggi
Berubahnya rata-rata tinggi permukaan air laut global merupakan hasil dari menghangatnya samudera akibat meluasnya pemanasan air laut, mencairnya es di daratan
dan pertukaran air dengan badan air di darat (Badan air adalah kumpulan air yang besarnya antara lain bergantung pada relief permukaan bumi, curah hujan, suhu, dsb, misal sungai, rawa, danau, laut, dan samudera. Sumber: Pocket Book Technical Terms Of Water Resources, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat).
Diukur sejak awal tahun 1990-an menggunakan satelit altimeter presisi tinggi, rata-rata tinggi permukaan air laut global naik 2,1 mm per tahun antara tahun 1993 s/d 2002 dan 4,5 mm per tahun antara tahun 2013 s/d 2021. Meningkatnya rata-rata tinggi permukaan air laut sebesar dua kali lipat diantara periode tersebut sebagian besar diakibatkan karena semakin cepatnya lapisan es menghilang.
Gambar 4. Rata-rata evolusi tinggi permukaan laut global dari Januari 1993 hingga Januari 2022 (kurva hitam) berdasarkan altimetri satelit presisi tinggi. Garis lurus berwarna mewakili tren linier rata-rata dari tiga rentang waktu yang berurutan. (Januari 1993 hingga Desember 2002; Januari 2003 hingga Desember 2012; Januari 2013 hingga Januari 2022). Sumber: AVISO altimetri
Gambar 5. Pola tren regional tinggi permukaan laut setelah tren rata-rata global dihapus (mm/tahun), dari tahun 1993 hingga 2020, berdasarkan altimetri satelit. Dapat dilihat bahwa tinggi permukaan laut telah meningkat hampir di semua tempat. Sumber: Copernicus Climate Change Service (https://climate.copernicus.eu)
4. Air Laut semakin asam
Laut menyerap sekitar 23% emisi tahunan antropogenik berupa gas karbondioksida ke atmosfer. Hal ini dapat memperlambat kenaikan konsentrasi CO2 di atmosfer, namun demikian CO2 dapat bereaksi dengan air laut dan mengurangi pH laut, sebuah proses yang dikenal sebagai pengasaman laut.
Laporan hasil penilaian memberikan kesimpulan bahwa pH permukaan samudera saat ini adalah yang terendah selama setidaknya 26 ribu tahun dan perubahan pH lautan saat ini belum pernah terjadi sebelumnya semenjak masa itu. Berkurangnya pH laut mengakibatkan kapasitasnya untuk menyerap CO2 dari atmosfer juga menurun (Middelburg, J. J.; Soetaert, K.; Hagens, M. 2020).
Pengasaman laut akan mengancam organisme dan ekosistem, sehingga ikut mempengaruhi ketahanan pangan, pariwisata dan perlindungan pantai.
Gambar 6. Rata-rata pH permukaan air laut global selama periode 1985-2020. Sumber: Met Office, United Kingdom.
5. Meningkatnya frekuensi kejadian cuaca/iklim ekstrem
Berubahnya pola iklim dan cuaca regional akibat perubahan iklim mengakibatkan kondisi iklim menjadi tidak stabil sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya peristiwa cuaca/iklim ekstrim.
Serangan gelombang panas di Asia dan Eropa, cuaca ekstrem dingin di Amerika hingga meningkatnya kejadian siklon tropis menurut para ahli merupakan bukti perubahan iklim benar terjadi.
Tidak usah jauh-jauh, kejadian banjir dan longsor akibat cuaca dan iklim ekstrim di Indonesia dapat kita rasakan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dampak yang dirasakan juga semakin berat.
Gambar 7. Tren bencana Indonesia tahun 2009-2019 (sumber: BNPB)