Ada hal unik yang menjadi kebiasaan masyarakat Tegal. Hal ini sudah dilakukan turun menurun sebagai warisan budaya di daerah tersebut. Selain, sebagai warisan budaya hajat mantu poci digunakan sebagai pertunjukan atau perlombaan.
Hajat mantu poci sebagai warisan budaya, bagi kedua pasangan yang belum memiiki keturunan di daerah Kabupaten Tegal. Hajat mantu poci di Masyarakat Kabupaten Tegal sudah turun menurun. Sekitar daerah warteg (warung tegalan) seperti Desa Kupu, Desa Kepandaian, Desa Sida Purna atau di sekitar Kecamatan Dukuhturi.
Mengapa hajat mantu poci dijadikan sebagai warisan budaya di Daerah Tegal? Hal ini terjadi karena sebuah kebiasaan pasangan suami istri yang belum memiliki keturunan. Kemudian, melakukan Hajat mantu poci sebagai alternatif untuk penangkal rasa malu kedua pasangan tersebut.
Hajat Mantu poci kemungkinan masih terdengar sangat asing di telinga orang yang bukan berasal dari Tegal, namun budaya ini ada di sebuah budaya yang unik dilakukan oleh pasangan suami istri yang tidak memiliki keturunan di Kabupaten Tegal.
Asal-usul mantu poci. Kata mantu mungkin sudah tidak asing lagi terdengar di telinga. Artinya mengawinkan seorang anak perempuan atau laki-laki. Sedangkan arti poci yaitu sebuah wadah yang terbuat dari tanah liat.
Poci ini biasanya diisi air teh untuk Jamuan bagi para tamu. Biasanya juga sebuah poci digunakan untuk oleh-oleh. Jadi, Hajat Mantu poci yaitu mengawinkan dua poci yang seolah-olah pasangan pengantin.
Menurut cerita masyarakat sekitar kisah mantu poci yaitu ada seorang pria dan perempuan yang dijodohkan oleh kedua orangtuanya tetapi mereka tidak saling suka. Akhirnya, pengantin kabur dari rumah sebelum bersanding di kursi pelaminan. Pengantin melarikan diri disebabkan si orang tua mempelai gila harta atau hanya melihat kekayaan saja.
Akhirnya, kedua orang tua mereka untuk menutupi rasa malu melakukan hajatan dengan poci lemah. Kedua poci itu dirias layaknya pengantin. Kemudian poci tersebut dikalungkan dengan kembang melati. Manten poci diiring-iring seperti orang yang sedang melakukan perkawinan.
Hajat mantu poci seperti pernikahan pada umumnya dengan iringan musik untuk menghibur tamu undangan. Tamu undangan juga menyumbang uang terhadap si pembuat hajat mantu poci ini. Hal yang membuat pernikahan ini berbeda adalah pengantinya anak yang dinikahkan dengan poci lemah atau poci yang terbuat dari tanah. Hal ini, menurut cerita dari mulut ke mulut belum tentu kebenarannya
Hajat mantu poci sebagai penangkal rasa malu bagi pasangan yang tidak memiliki keturunan. Rasa malu kedua pasangan yang belum memiliki keturunan tergantikan dengan diadakan hajat mantu poci.
Seolah-olah mereka sedang melakukan pesta perkawinan untuk anaknya. Kedua pasangan yang tidak memiliki keturunan itu pun menyebarkan undangan layaknya orang tua yang akan menikahkan anaknya.
Namanya ,hidup bersosial di lingkungan kita pastinya ingin melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan masyarakat pada umumnya. Menurut, saya boleh-boleh saja.
Pasalnya, jika tidak demikian selain uang yang dipakai buat kondangan tidak kembali. Mereka juga menanggung rasa malu juga. Setiap kondangan pastinya ditanya kapan akan melakukan hajatan?
Hajat ini pun seperti tontonan bagi masyarakat sekitar Tegal. Para warga sekitar pun ikut menonton Ketika kedua poci itu dipanggul, diiring, dan diarak. Suasananya pun pasti meriah dan ramai.Kedua Poci itu diarak keliling kampung. Diiringi musik sebagainya. Sehingga membuat suasana ramai seperti mengawinkan pengantin secara nyata.
Kegiatan ini seperti orang yang melakukan hajat mengawinkan anaknya. Orang yang diundang dalam pesta tersebut. Mereka membawa seperti telur, beras, atau pun uang untuk disumbangkan kepada si pelaku hajat.
Hajat mantu poci tidak dilakukan semua orang karena hal ini menurut keyakinan yang dilakukan setiap orang. Hal ini terjadi jika keluarga tersebut tentunya memiliki uang yang lebih. Jika mereka tidak memiliki uang. Mereka tidak perlu melakukan kegiatan tersebut karena hukumnya tidak wajib.
Pasangan yang memiliki uang lebih pun boleh melakukan atau tidak perihal hajat mantu poci ini. Hajat ini tidak dilakukan pun tak mengapa. Hal ini tidak bisa dipaksakan.
Meskipun tradisi ini sudah menjadi warisan budaya. Maksudnya, warisan budaya adalah hajat mantu poci sudah dilakukan secara turun -menurun dari beberapa generasi.
Hajat mantu poci memiliki keuntungan bagi masyarakat Tegal sebagai warisan budaya. Hal seperti ini akan menjadi warisan untuk anak cucu kita. Mereka bisa mengenal kegiatan yang mengandung unsur budaya.
Hajat mantu poci ini pun digunakan untuk festival atau pagelaran lomba-lomba. Hal ini digunakan untuk melestarikan budaya yang ada di daerah sekitar. Tentunya, sebagai masyarakat Tegal bangga memiliki warisan budaya seperti ini.
Jadi, jika kalian mendengar mengenai mantu poci tidak heran lagi atau asing . Budaya mantu poci sudah dilakukan turun- menurun di daerah Kabupaten Tegal.