Namun mereka hanya mengutamakan materi, bukan jiwa, hati nurani dan kemanusiaan.

Satu karya Metallica, sebuah band dengan empat awak musisi pengusung aliran musik trash metal tahun 1990-an yang mengajak kita, terutama penggemar Metallica, agar menjauhi sifat-sifat Firaun, sosok manusia yang suka menindas dan menuhankan diri sendiri.

Cuplikan video unggahan kanal Youtube karya greenbreaverfilms sebagai latar belakang lagu Creeping Death dari satu album Metallica bertajuk Ride The Lightning keluaran tahun 1984 tersebut, dicuplik dari satu film epik religius buatan tahun 1956, berjudul; The Ten Commandments, 10 Firman Tuhan.

Bertutur tentang perjalanan hidup nabi Musa Alaihi Salam, diperankan oleh aktor Charlton Heston, mulai dari ketika beliau dilarung ke sungai Nil dalam kotak kayu oleh sang Ibunda demi menghindari pembunuhan terhadap semua bayi lelaki keturunan Bani Israel. Demikian titah keji Firaun, yakni Ramses I, yang berkuasa di Mesir waktu itu.

Lalu sang bayi yang selamat dari aliran sungai Nil yang luas ditemukan oleh Asiyah, yang dikenal juga bernama Bithiah, seorang wanita salihah yang menjadi istri Firaun, yakni raja Seti I, putra Ramses I.

Kemudian nabi Musa menjadi anak angkat keluarga Firaun itu, hingga 18 tahun lamanya.

Lalu, dikisahkan nabi Musa sempat kembali bertemu sang Ibunda, melalui perantara kakak perempuan beliau yang selama nabi Musa menjadi anak angkat keluarga Firaun, maka sang kakak menyamar sebagai pembantu keluarga istana kerajaan.

Juga dituturkan, nabi Musa punya kakak tiri bernama Ramses II, sang cucu Rames I, yang kelak menjadi Firaun paling kejam, karena tak hanya lebih menindas Bani Israel, namun juga menuhankan dirinya sendiri.

Kemudian digambarkan peristiwa nabi Musa membunuh satu tentara Firaun, yang membuat beliau menjadi buronan penguasa Mesir.

Nabi Musa lalu meninggalkan tanah kelahiran, untuk mengembara hingga ke kawasan Madyan dan bertemu jodoh, putri seorang tuan tanah dan pemilik perkebunan.

Dikisahkan juga saat nabi Musa mendapat anugerah mukjizat kenabian sewaktu beliau mengunjungi lembah Tuwa, bertemu Tuhan dalam bentuk api dan mendapat perintah agar bersama Harun sang adik, menemui Firaun, yakni Ramses II, agar tak lagi menuhankan diri dan menindas manusia.

Juga ada penggambaran beberapa mukjizat nabi Musa seperti tongkat yang bisa berubah menjadi ular, serta telapak tangan beliau yang bisa bercahaya.

Kemudian tuturan tentang bangsa Mesir sewaktu Ramses II selaku Firaun, yang wilayah kerajaannya mendapat siksa dunia dalam bentuk aliran sungai berdarah, serangan kutu, belalang dan katak hingga gagal panen berkepanjangan.

Hingga puncaknya, dalam dikisahkan satu peristiwa yang dialami oleh nabi Musa, yang ditemani oleh sang adik, yakni nabi Harun dan murid nabi Musa yang bernama Yusya, dikenal pula sebagai Joshua, ketika atas pertolongan Tuhan, nabi Musa mendapat mukjizat terbelahnya lautan dan menyelamatkan Bani Israel dari kejaran Ramses II, si Firaun keji bersama bala tentara pasukannya, yang menenggelamkan mereka.

Menjelang akhir kisah, dituturkan bagaimana nabi Musa bertemu dengan Tuhan dalam bentuk suara, di gunung Sinai ketika beliau bermunajat.

Saat itu nabi Musa mendapat pesan Ilahiah bahwa kaum beliau, yakni Bani Israel kembali menyembah berhala dalam bentuk patung emas berupa anak sapi betina, karena hasutan seorang pria bernama Samiri.

Pria yang sejak belia terobsesi menjadi sosok panutan sebagaimana nabi Musa, akhirnya diusir dari Bani Israel.

Nabi Musa bersama kaumnya yang mengimani keberadaan Tuhan pun melanjutkan perjalanan menuju tanah yang dijanjikan Tuhan, yang berlimpah unggas dan bahan pangan, salwa dan mann.

Menarik, runtutan jalan cerita dalam karya kisah layar lebar tersebut yang bersumber dari Holly Bible, yang juga sejalan dengan banyak kisah dalam kitab Al Quran tentang nabi Musa, khususnya surah ke-20; Taha.

Menarik pula menjadi bahan telaahan sejarah, bahwa ahli sejarah menyepakati sosok Firaun terkejam dalam sejarah bangsa Mesir, adalah Ramses II.

Hanya saja memang, dalam konteks kajian Islam, maka semua Firaun dikabarkan secara umum bersifat kejam, dzalim, sosok yang sepenuhnya antagonis. Agar, menjadi bahan pemikiran bahwa dunia pada era nabi Musa, maka para Firaun dan bangsa Mesir hidup dalam masa yang belum mengenal Tuhan Yang Maha Esa.

Mereka, bangsa Mesir waktu itu berilmu pengetahuan dan berbudaya sangat maju. Namun mereka hanya mengutamakan materi, bukan jiwa, hati nurani dan kemanusiaan. Karena mereka, bangsa Mesir dengan raja-raja Firaunnya, suka meraih materi megah dengan cara menindas sesama manusia.

Kemudian, setiap Firaun dari generasi ke generasi, semua raja-raja Firaun dari semua dinasti, tiada pernah membawa perubahan dalam bentuk mengakui keesaan Tuhan. Serta, agar tak berbuat dzalim dan ingkar sebagaimana pesan nabi Musa dan orang-orang beriman.

Oleh karenanya, sebagaimana menjadi pesan utama para nabi dan rasul, bahwa perilaku dan ilmu pengetahuan yang dianugerahkan pada manusia, semuanya dicari dan diamalkan sepenuhnya untuk tujuan kebaikan umat manusia dan seisi bumi, dalam cakupan utama mengakui hanya satu Tuhan.

Sebagai orang yang berserah diri, muslim, kudu tetap waspada. Karena, meski era Firaun Mesir telah berakhir, namun firaun-firaun kecil masa kini, masih ada hingga akhir jaman. Mereka firaun kontemporer, sebagai karakter hasil ajakan serta bujuk rayu iblis dan setan, yang selalu menggoda manusia hingga akhir jaman.

Mari beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa berdoa agar dijauhkan dari sifat dan perilaku Firaun, juga firaun-firaun.