Ucapan ‘jalanan aja dulu’ adalah kalimat terbulsyit yang pernah ada. Aku lebih sepakat dengan mas Yonanda dalam lagu sido sayang ora yang justru ingin mempertanyakan, sebenarnya kita ini jadian atau tidak. Kok ya klemar-klemer sih. Akan jauh lebih baik tentunya bila dapat dijawab dengan tegas, ‘gak ah parfummu bau kelabang’ ketimbang senyam-senyum mengucap kalimat-kalimat palsu semacam ‘kita coba jalanin dulu aja ya’. Hashh taekk!
Dengar wahai keturunan Adam, tidak ada satu umat manusia pun, yang dengan akal sehatnya sudi menerima hubungannya digantung begitu saja tanpa ada kejelasan. Berani menjamin, masih jauh lebih baik bubuk Marimas seduh. Walaupun digantung ia tetap manis. Lah kamu? Sudah jelas membusuk brou! Jadi tidak perlu lah, kamu sok kuat membusungkan dada sembari mengucap ‘aku gapapa kok, aku kuat’. Cukupkan dan seka dulu air mata yang mentes di pipimu itu.
Hubungan tanpa status istilah kata mencari bahagia di rumah yang belum sempat terbeli. Bahagianya belum tentu, tapi perihnya cicilan KPR sudah pasti menanti. Walau masih ada saja pendekar-pendekar sok kuat yang mencoba menepis dengan ucapan kosong semacam ‘cinta hadir karena terbiasa’.
Begini ya kawanku, semisal kamu sudah perhatian dengannya, rajin dan tanpa lelah antar-jemput walau tanpa diminta, selalu sigap ketika dirinya lapar dan kamu pun hadir bagai mas-mas Shopeefood yang sedia membalas orderan. Tapi giliran dikenalin ke sirkelnya, kamu cuma mentok dibilang teman. Coba ditanyakan baik-baik pada hatimu yang rapuh itu, teman semacam apa kira-kira yang tidak pernah alfa mengucapkan ‘med bubuk, mimpi indah y’ setiap hari? Okei, tolong ditanyakan kembali.
Hal ini mengingatkanku pada pengalaman pilu pahit seorang kawan semasa kuliah dahulu. Diriku pun pernah mengalami menjadi sandaran bahu yang hampir mleyot seputar asrama⸺Eh, asmara. Mulanya kawanku ini punya gebetan dan benih-benih cinta itu tumbuh sewaktu kita kerja kuliah nyapein (KKN) bareng. Jangan ditanya, masa-masa KKN itu bagi dia adalah masa terindah yang pernah dirasakan selama kuliah⸺Dan tentunya wisuda setelah skripsi.
Berbagai jurus bak pendekar dia lakukan, mulai dari bangun untuk solat subuh bersama sampai ke perihal nemenin pipis tengah malam. Bayangkan! Semua demi memikat hati incarannya ini. Ada satu waktu saat sub-unit lagi makan mie ayam, tiba-tiba manusia pekok ini tidak ada angin maupun hujan dengan sigap membantu mba pelayan yang lagi bawain mangkok dari kasir.
Sungguh betapa bengisnya manusia itu, hanya membawa sepaket pesanan gebetannya. Aku loh, yang dirimu sudah kenal sejak lama, yang selalu kamu curhati tengah malam, kok tidak diantar sekalian. Jahanam betul!
Tentu tidak berhenti di situ, ada hari lain di mana kawanku ini menyusun strategi agar bisa mencuri waktu bersama dengan alasan membeli kebutuhan program ke kota, yang padahal program miliknya hanya sebatas mengajar ngaji anak-anak desa. Memang kawanku satu itu cerdasnya bukan main. Sesampainya di pasar, tidak membutuhkan waktu lama bagi pendekar itu menjalankan aksinya.
Kumpulan rute dan skenario yang berulang kali diceritakan kepadaku sebelumnya telah diterapkan tanpa hambatan. Dengan semangkuk es campur di tangan serta menikmati hiruk pikuk pasar dengan desingan suara pisau jagal ayam yang saling beradu, di sana lah momen pengutaraan hati itu terjadi.
Di sela-sela pembicaraan yang hangat seketika berubah menjadi anyep. Jurus maut yang sudah dilambung pendekar rupanya tidak juga dikandung dan tertepis dengan kalimat sakti mandraguna: kayaknya kita jalanin dulu aja ya. ‘Cotote!’ ucap kawanku sembari menirukannya, sementara aku hanya bisa terkekeh dibuatnya dengan menepuk-nepuk pundak layaknya masuk angin.
Hatinya telah pecah berkeping-keping dan berserak tidak karuan. Tidak ada lagi decak kaki yang membangunkan solat subuh bersama dan tidak ada lagi rutinitas begadang hanya demi berjaga-jaga menemaninya pipis di tengah malam. Meski begitu hubungan antara keduanya masih baik, walau tidak seintens dahulu.
Berbulan-bulan kemudian setelah kita KKN, apesnya kawanku ini masih tergantung. Sebagai kawan yang baik sudah berulang kali mengingatkan agar mencukupkan, barangkali memang bukan milik dan bertaubat⸺Musrik mengharapkan yang begituan, kata pesulap Merah.
Tapi justru yang membuatnya di luar nalar ialah kawanku masih saja mengharapkan cintanya bersambut. Begini wahai kawanku yang ndablek, bukan urusan dan tanggung jawabmu juga kalau dia memang tidak bisa membalas hal yang sama dan jatuh hati padamu. Jadi relakan saja, simple man.
Bayangkan keadaan digantung setelah sekian lama benar-benar tidak bisa dinalar. Barangkali ada yang beralasan ‘kan tidak tahu kedepannya bagaimana’. Begini, dari zaman nabi Adam di surga pun paham masa depan itu misteri dan tidak ada yang tahu keles! Apa yang kamu lakukan justru jahat, saat ada seseorang sudah meluangkan waktunya dan tenaganya buat dirimu untuk waktu yang lama, dan kamu membiarkannya mengambang begitu saja tanpa kejelasan. Sesederhana kalau tidak merasa cocok dan kamu tidak punya bayangan masa depan bersamanya, mbok ya harus berani tegas menolak dan mencukupi! Timbang marai ngelu, hayo golek MIxue wae to⸺singkatnya mending cari yang lain deh.
Sesungguhnya telah disabdakan kebenaran kepada kalian wahai para manusia, bahwa menolak jauh lebih baik daripada menggantungkan seorang hamba yang sudah berusaha cukup lama, ya ‘kan? Istilah kata kamu sudah dikecewakan mantan habis-habisan, dibuat terluka, dibuat menangis, digaremin, tapi biadabnya mantanmu itu masih sempet-sempetnya bilang ‘jangan menghilang ya, siapa tau kita jodoh di masa depan’. Ente emang kadang-kadang!