Apa jadinya jika lagu nasional memainkan peran penting terhadap revolusi suatu negara? Hal inilah yang terjadi di Prancis tempo dulu, berawal dari seorang prajurit muda yang tergerak hatinya untuk menciptakan sebuah lagu penyemangat yang sampai saat ini menjadi lagu nasional dari negara Prancis.

Di Indonesia kita mengenal Wage Rudolf Supratman seorang wartawan, komponis dan juga penggubah lagu. Supratman memainkan peranan penting dalam lahirnya lagu nasional negara kita yaitu, Indonesia Raya. Dan pertama kali lagu ini diperdengarkan di Kongres Pemuda II dan menjadi lagu nasional Indonesia.

Di Prancis lahirnya lagu nasional yang kelak bernama La Marseillaise ini terjadi dikarenakan kespontanan. Semua berawal ketika revolusi Prancis tercetus pada tahun 1789 yang menuntut untuk kemerdekaan dan persamaan yang mengakibatkan tampuk monarki dibawah kepemimpinan Louis XVI lengser.

Asal Muasal Lagu La Marseillaise

Karena gerakan revolusi tersebut akhirnya Louis XVI dan juga istrinya, Maria Antoinette kabur meninggalkan Istana Versailes, namun akhirnya berhasil ditangkap dan digiring kembali ke Paris pada tahun 1791.

Disebutkan bahwa akibat dari gerakan revolusi ini dan tertangkapnya Louis XVI di Verennes membuat beberapa penguasa di Eropa meradang apalagi ketika Majelis Prancis juga mengumumkan prinsip revolusioner hukum yang ditakutkan memunculkan gerakan revolusi lainnya di penjuru Eropa.

Akhirnya raja Austria, Leopold II yang notabene merupakan saudara dari Maria Antoinette berusaha mencari cara agar menyelamatkan Kerajaan Prancis. Koalisi pun dibentuk bersama Friedrich Wilhem II yang merupakan raja Prussia dengan membentuk Deklarasi Pillnitz yang akhirnya perang melawan First France Republic pecah.

Menyadari bahwa Prancis berada dalam bahaya karena akan diserang oleh koalisi kekuatan, Dalam situasi tersebut walikota Strasbourg, Baron de Dietrich terlihat gusar dan khawatir bahwa tidak ada sesuatu yang bisa membangkitkan semangat para prajurit untuk memperjuangkan tanah airnya.

Dikarenakan situasi tersebut akhirnya walikota pun menunjuk seorang pemuda yang juga seorang pemain biola amatir dan tentara agar membuat sebuah lagu yang dapat membangkitkan semangat nasionalisme para pejuang revolusi. Pemuda yang ditunjuk ini bernama, Claude Joseph Rouget de Lisle.

Tanpa berpikir panjang setelah menerima mandat dari walikota Strasbourg. Rouget de Lisle pun pulang dari perjamuan tersebut, dengan kondisi setengah mabuk yang menurut beberapa pendapat dalam waktu beberapa jam lagu pembawa semangat ini pun tercipta. Awal terciptanya lagu ini dinamakan “Le Chant de Guerre de l'Armée du Rhine” (Lagu perang untuk tentara Rhine).

Lagu ini pun cepat menyebar dan juga seorang pemuda bernama François Mireur menyanyikannya ketika bergabung dengan pasukan dari Marseille yang akan berangkat ke Paris. Seketika lagu inipun membawa spirit revolusi serta perjuangan yang amat besar dan dinyanyikan arak-arakan pasukan ini.

Sesampainya di Paris, para penduduk setempat mendengar lagu ini begitu khidmat dinyanyikan oleh tentara dari Marseille ini. Karena hal inilah kemudian lagu ini dinamakan “La Marseillaise” yang pada akhirnya lagu ini cepat tersebar ke berbagai penjuru kota di Prancis.

Lirik yang Penuh Darah

Lagu Nasional yang dapat kita pahami adalah lagu yang bersifat patriotik, nasionalisme dan juga mengandung unsur cinta kepada tanah air. Faktor yang membuat lagu nasional Prancis ini begitu berbeda dari lagu dari negara-negara lainnya yaitu berada di liriknya yaitu lagu ini begitu revolusioner sehingga didalam liriknya terdapat unsur kekerasan.

Rouget de Lisle membuatnya begitu banyak darah dan juga sadis. Hal ini dapat dilihat dari beberapa potongan lirik didalam La Marseillaise:

Entendez-vous dans nos campagnes (Apakah kau mendengar di pedesaan?)

Mugir ces féroces soldats (Gemuruh para prajurit yang ganas?)

Ils viennent jusque dans nos bras (Mereka datang ke wilayah kita.)

Égorger nos fils, nos compagnes! (Untuk menggorok anak dan istri kita)


Kemudian dibagian refrein (chorus):

Aux armes, citoyens! (Angkat senjatamu, warga!)

Formez vos bataillons! (Bentuk pasukanmu!)

Marchons, marchons! (Maju, maju!)

Qu'un sang impur (Semoga suatu darah tidak murni)

Abreuve nos sillons (Mengaliri ladang kita!)

Lagu ini begitu kuatnya sampai dapat membuat Prancis keluar dari keterpurukan. Lirik yang berdarah inilah yang menjadi akar revolusianisme, didalamnya berisi ajakan untuk berperang melawan ketidakadilan tirani sampai pertumpahan titik darah penghabisan.

Bahkan dikarenakan liriknya yang dianggap terlalu anarkis dan juga revolutif. Lagu ini sempat dilarang pada masa kekaisaran Napoleon Bonaparte, berturut-turut juga dilarang ketika Restorasi Bourbon terjadi pada tahun 1815 dan adik Louis XVI yaitu Louis XVIII naik tahta menjadi raja. Dan juga tidak ketinggalan Napoleon III yang ikut melarang keras lagu ini. Dan akhirnya kemudian pada tahun 1879 lagu ini menjadi lagu kebangsaan Negara Republik Prancis hingga sekarang.

La Marseillaisme Serta Budaya Kontemporer

La Marseillaisme adalah Prancis, dan Prancis adalah La Marseillaisme pandangan inilah yang membuat beberapa budaya kontemporer mulai dari film serta lagu terinspirasi dari kultur Prancis ini. Arch de Triomphe yang merupakan landmark ikonik di Prancis juga terukir ukiran kedatangan pasukan Marseille.

Film Hollywood berjudul Casablanca (1942) yang menampilkan scene kumpulan orang menyanyikan lagu La Marseillaisme secara khidmat pun menjadi primadona tersendiri bagi lagu ini. Tidak luput juga lagu The Beatles yang berjudul All You Need is Love pada bagian intro lagunya mengambil dari penggalan La Marseillaisme.

Bahkan lagu Dari Sabang Sampe Merauke yang merupakan lagu wajib nasional Negara Indonesia nada awalnya merupakan penggalan nada dari lagu La Marseillaisme juga. Hal inilah yang belum terjawab oleh guru Sejarah di sekolah.