Kuliah sambil mondok? Why not. Emang bisa kuliah sambil mondok? Tentu saja bisa. Banyak orang yang berpikiran bahwa hidup di pesantren,  tidak akan bisa melakukan apa-apa,  tidak bisa bebas,  bahkan mereka beranggapan bahwa mereka akan hidup dengan segala aturan yang akan membatasi aktivitas mereka. 

Mungkin itu anggapan bagi mereka yang belum merasakan kehidupan pesantren yang sebenarnya.  Mengapa saya mengatakan demikian?  Karena saya dulu juga sempat berfikiran seperti itu,  padahal saat saya sekolah dibangku SMP dan MAN dulu banyak teman saya yang tinggal di pesantren,  nyatanya mereka bisa melakukan segala aktivitas mereka tanpa mengganggu kegiatan pesantrennya.

Sekarang saya baru merasakan bagaimana kehidupan pesantren,  walaupun saya hanya tinggal di ma'had dan menempuh kuliah. Di kampus saya (IAIN Kerinci) diwajibkan tinggal di ma'had selama 1 semester untuk mahasiswa/i yang menerima bidikmsi dan KIP-Kuliah yang seharusnya dilaksanakan pada semester awal tetapi dikarenakan wabah covid sehingga baru di semester 4 (empat) bisa mengikuti perkuliahan secara normal sekaligus langsung tinggal di ma’had.

Bisa dibilang ini semua berawal karena paksaan agar tetap bisa menerima beasiswa.

Namun sekarang saya paham. Mengapa bahasan pertama dari kitab Hadist Arba’in Nawawi karangan Imam Nawawi adalah Niat, sebab niat itu sangat penting dan ruh dari amal atau perbuatan yang kita lakukan adalah niat dan pengetahuan.

Ustadz berpesan pada mahasantrinya, luruskan niat kita belajar disini bukan untuk mempertahankan supaya tetap mendapat bidikmisi, namun menuntut ilmu hanyalah kita niatkan untuk menyempurnakan akhlak supaya kita bisa menjadi insan kamil yang tentunya bermanfaat bagi umat.

Kegiatan di ma'had ini tidak sepadat seperti di pesantren-pesantren salafi pada umumnya. Karena di sini lebih mentoleransi mahasantrinya untuk berkegiatan di luar. Di sini juga membebaskan mahasantrinya untuk menggunakan gawai untuk mengejakan tugas-tugas kuliah dan lain sebagainya.

Kegiatan di ma'had dimulai dengan sholat subuh berjama'ah di masjid. Dilanjutkan dengan kegiatan pagi, yaitu tahfiz untuk hari senin sampai jum’at, sedangkan hari sabtu adalah pagi bahasa (shobahul lughoh) yaitu belajar berbahasa Arab, kegiatan ini dilakukan sampai pukul 06:00 wib.  Sedangkan perkuliahan saya dimulai pukul 08.00, belum lagi jarak tempuh dari ma’had ke kampus utama itu sekitar lebih kurang 30 menit.

Dengan waktu yang tersisa,  sebagian orang mungkin akan berfikir,  bagaimana bisa kita harus bersiap-siap untuk kuliah sedangkan kita belum melakukan segala keperluan untuk kuliah.

Disitulah akan ada pelajaran yang berharga bagi kita semua.  Bagaimana cara kita bisa membagi waktu yang tersisa tersebut untuk mandi,  untuk makan dan untuk mempersiapkan segala kebutuhan kuliah kita. Kita harus pintar membagi waktu yang kita miliki.

Setelah itu saya kuliah dengan jadwal yang telah di tentukan. Kegiatan kuliah regular saya ada yang berakhir sampai siang ada juga beberapa mata kuliah sampai sore.

Pada pukul 16:30 baru pulang ke ma’had karena pulang pergi ke kampus menggunakan bus kampus. Sesampainya di ma'had kita memiliki waktu untuk membersihkan diri dan bersiap-siap untuk melakukan sholat maghrib berjama'ah.

Kemudian setelah sholat maghrib dilanjutkan dengan belajar tahsin sampai masuknya waktu isya. Ba'da sholat isya dilanjukan kembali dengan belajar kitab kuning sampai pukul 21:00 lebih kurang. Setelah itu kembali ke asrama terserah mereka ingin menggunakan waktu yang tersisa itu untuk apa.

Dengan jadwal yang begitu padat sudah bisa dipastikan akan mulai mengerjakan tugas pukul 21.00 wib.  Jujur di hari-hari pertama saya menjadi mahasantri di sini sekaligus mahasiswi,  saya terkejut dengan segala aktivitas yang ada.

Bagaimana tidak  yang sebelum-sebelumnya saya tinggal di kost mulai dari masih di bangku sekolah MAN karena sekolah jauh dari rumah sampai sebelum di mulainya perkuliahan secara normal yang notabane nya lebih bebas. Bebas di sini bukan berarti tidak punya aturan. Paling hanya kebiasaan di kost dengan di asrama itu berbeda.

Namun dengan padatnya waktu,  saya tetap bisa mengikuti kegiatan yang saya inginkan,  seperti ekstra-ekstra ataupun organisasi-organisasi di kampus.  Ini menunjukkan bahwa sebenarnya pesantren tidak menghalangi kita untuk tetap berkreasi. Dan dari sini saya mengerti betapa waktu begitu penting dan berharga.

Pada hari sabtu setelah kegiatan pagi bahasa dilanjutkan dengan kegiatan senam pagi, lari pagi dan juga belajar pencak silat yang mana kegiatan ini di selang-seling.

Setelah kegiatan ini semua mahasantri diperbolehkan untuk pulang kerumah masing-masing dan akan kembali lagi ke ma’had pada hari minggu paling lambat sebelum masuk waktu maghrib.

Tidak hanya tentang waktu yang bisa diambil pelajaran dari sini. Saat tinggal di ma'had sudah dipastikan kita tidak akan bisa berkomunikasi secara terus menerus dalam waktu yang lama dengan orang tua kita.

Saat kita jauh dari orang tua itulah kita bisa merasakan betapa berharganya orang tua kita bagi hidup kita sehingga kita bisa memanfaat waktu dengan keluarga sebaik-baiknya.

Mereka di rumah berjuang untuk hidup kita di ma'had.  Jika sampai kita terlalu bersantai-santai di sini,  maka kita akan berpikir  "Apakah aku tidak malu dengan orang tua ku? Yang sedang berjuang demi aku di sini". Ini mungkin pelajaran kehidupan yang sangat berharga bagi saya.

Bagi saya ini pelajaran hidup yang saya dapat selama saya tinggal di ma'had. Saya tidak menyesal tinggal di ma'had.  Bahkan tinggal di ma'had bisa mengajarkan kita pelajaran tentang kehidupan, tentang kesabaran.

Dan tidak terasa sebentar lagi akan habis masa untuk tinggal di sini mungkin saya akan merindukan semua masa-masa di sini.

Pada dasarnya apa yang tidak kau suka pada hari ini akan menjadi sesuatu yang akan kau rindukan pada suatu hari nanti:-D