Hari Bumi kali ini memiliki keunikan dalam perayaannya. Tersebar di berbagai dunia maya bagaimana masyarakat seluruh penjuru memamerkan hasil tes kepribadian kuis hari bumi yang diselenggarakan oleh google. Kuis Hari Bumi memvisualisasikan ikon spesies hewan. Setiap hewan mewakili kepribadian dengan deskripsi singkatnya.

Melihat bagaimana euforia dan antusiasme warga net mengikuti kuis ini, menunjukkan bahwa manusia begitu menikmatinya sebagai hiburan. Masyarakat bahkan membagikan hasil tes kepribadian ini ke berbagai platform, seperti ig story, wa story, facebook, dan lain sebagainya. Saya juga sempat mencobanya satu kali, dan menunjukkan bahwa kepribadian saya diwakili oleh komodo.

Betul, kuis ini memang menarik dan tampak menyenangkan. Karakter animalia yang digunakan merupakan spesies yang sebagian besar memiliki kekhasan dan keistimewaan. Beberapa diantaranya telah berstatus kepunahannya sedang berada di ujung tanduk, dan bahkan ada yang telah berstatus punah.

Hewan-hewan unik itu sukses menjadi ikon yang mewakili kepribadian manusia. Tampak bagaimana warga net memberi caption bangga dan senang saat lebah madu menjadi ikon untuk dirinya. Lebah madu mewakili kepribadian mereka yang merupakan pekerja keras.

Sebagian juga senang dan memberi emotikon tertawa saat mendapati dirinya digambarkan dengan Mantis Shrimp yang misterius dan rupawan, atau karang yang cantik. Saya sendiri mendapati hasil sebagai komodo yang dideskripsikan memiliki selera bagus dan bisa menelan kambing bulat-bulat. Begitu seterusnya berbagai ikon dengan ciri khas lainnya tengah mewarnai dunia maya.

Mengenal Spesiesism

Antara manusia dan hewan memang memiliki hubungan yang spesial. Manusia dan hewan hidup berdampingan dan saling bersimbiosis. Bahkan sebagian dari mereka rela mengeluarkan uang banyak untuk memanjakan hewan peliharaan. Meski demikian tak sedikit juga yang masih memberi perlakuan tak pantas kepada para hewan.

Pandangan ekokritik Grek Garrard membahas tentang hubungan antara hewan dan manusia dalam Humaniora. Diantaranya adalah tentang pertimbangan filosofis hak-hak hewan dan analisis budaya representasi hewan. Dalam praktiknya, manusia terhadap hewan memang masih membumikan anggapan spesiesism.

Spesiesism merupakan pemberian nilai, hak atau pertimbangan khusus terhadap individu-individu yang didasarkan pada spesies mereka. Istilah spesiesism biasanya digunakan oleh para aktivis pejuang hak-hak hewan yang beranggapan bahwa spesiesism memiliki makna yang serupa dengan rasisme atau seksisme.

Garrard dalam bukunya yang berjudul Ecocriticism The New Critical Idiom (2004) sangat mendukung adanya prinsip kesetaraan “utilitarian” yang berpandangan bahwa setiap individu berhak atas pertimbangan moral yang sama, terlepas dari keluarga, ras, bangsa atau bahkan spesies mereka, termasuk hewan.

Seperti kuis pada perayaan Hari Bumi kali ini, mungkin terselip makna yang baik pada mulanya. Namun apa kabar masyarakat yang turut merayakannya. Apakah sebatas menunjukkan ikon animalia yang mewakili kepribadiannya  dan menjadi sebuah hiburan tersendiri bagi mereka.

Pertanyaannya, apa bedanya dengan ketika kita menikmati pertunjukkan lumba-lumba pada rekreasi air. Atua ketika melihat singa yang harus dipecut agar mau melompat dalam arena sirkus. Bahkan yang paling sering saat kita menaruh beberapa koin uang pada majikan topeng monyet. Tanpa kita sadari fenomena hewan yang dipekerjakan tersebut merupakan tindakan yang antropomorfis.

Antropomorfisme merupakan bagian dari spesiesisme itu sendiri. Dalam pandangan ekokritis, antropomorfisme bukanlah menjadi sebuah perlakuan istimewa pada hewan, lho. Justru dianggap sebagai penghinaan dan belenggu atas kebebasan mereka para hewan.

Antropomorfisme sendiri merupakan atribusi karakteristik manusia ke makhluk bukan manusia. Subyek antropomorfisme yang paling sering digunakan adalah hewan yang digambarkan sebagai makhluk dengan motivasi atau kepribadian manusia. Bukankah tidak lucu jika dalam perayaan hari bumi hanya dimaknai sebatas atribusi kepribadian kita pada ikon animalia tertentu.

Pesan SOS (Konservasi)

Pemilihan berbagai jenis animalia dalam kuis Hari Bumi tentu mempunyai maksud. Berbagai jenis animal yang digunakan di antaranya adalah cumi raksasa (giant squid), woolly mammoth, komodo dragon, lebah madu, mantis shrimp, red-capped manakin, coral, sea otter, cuttlefish, pangolin, honey badger, dan whooing crane.

Beberapa jenis animalia yang digunakan sebagai ikon pada kuis hari bumi telah berstatus menuju punah (status keberadaannya di ujung tanduk) dan ada juga yang telah punah. Meski demikian, manusia dengan berbagai karsanya seringkali tetap tak mengindahkan kelestarian mereka.

Kita banyak membaca data dan berita, bagaimana penangkapan sumber daya laut yang illegal dengan tidak memperhatikan dampak masih acap terjadi (seperti menggunakan peledak, trawl). Perburuan, pengrusakan habitat alami para hewan seolah masih menjadi fenomena biasa dikarenakan yang menjadi korban adalah hewan.

Perilaku spesiesism disadari atau tidak memang masih mengakar, yang menyebabkan kesadaran untuk menjaga keberadaan biodiversitas hewan masih rendah. Kuis Hari Bumi seharusnya menjadi kode pesan SOS untuk kita agar lebih melihat mereka. Melihat hak asasi mereka sebagai spesies yang meski berbeda dari kita (manusia) namun memiliki hak yang sama untuk dilindungi dari ancaman, diberi kebebasan, dan kenyamanan.