Ketika Islam mencapai puncak kejayaannya pada abad pertengahan, Eropa justru mengalami masa kemunduran dan kemerosotan, kecuali wilayah Andalusia (Spanyol) yang pada masa itu masih dalam genggaman Dinasti Umayyah (kerajaan Islam).
Masa itu disebut dengan the dark age, yaitu masa di mana Eropa dibelenggu oleh penyihir dan drakula yang mengerikan. Eh bukan begitu, maksudnya pada masa itu bangsa Eropa terjebak ke dalam lembah mencekam karena kemunduran di segala bidang.
Pada abad pertengahan, Eropa menjadi kaum yang terbelakang. Terbelakang karena mereka tidak berani maju dalam peradaban. Eropa bukanlah kekuatan yang harus ditakuti pada masa itu. Berbeda jauh dengan keadaan hari ini, di mana setiap kendali dunia sudah dipegang oleh kaum Eropa.
Kemunduran dan krisis peradaban yang terjadi di Eropa disebabkan oleh kebengisan pihak gereja pada masa itu. pihak gereja tidak menempatkan “manusia sebagai manusia se-utuh-nya”, melainkan manusia yang harus tunduk dan patuh pada doktrin gereja tanpa terkecuali, sehingga kebengisan yang dilakukan oleh pihak gereja mengakibatkan beberapa hal yakni:
Pertama, “eksploitasi dan imperialisme pemikiran” di segala bidang. Hal ini terjadi karena tidak adanya kebebasan dalam berpikir di Eropa. Setiap ilmuwan yang memiliki ide atau pemikiran yang bertentangan dengan pihak gereja, maka mereka akan di eksekusi mati oleh pihak gereja.
Banyak sekali di antara pemikir-pemikir Eropa di masa itu yang dihukum mati lantaran ide yang mereka miliki bertentangan dengan pendapat pihak gereja atau doktrin agama. Misalnya saja yang terjadi pada Nicolaus Copernicus (1473-1543 M) dan Galileo Galilei (1564-1642 M). Ilmuwan yang dihukum mati lantaran berpendapat bahwa bumi berputar mengelilingi matahari.
Pendapat mereka tersebut sangat bertentangan dengan prinsip gereja pada masa itu. Menurut pihak gereja, matahari lah yang berputar mengelilingi bumi. Siapa saja yang menentang pendapat mereka, maka akan mendapatkan hukuman alias sanksi yang berat. Termasuk hukuman mati yang diberikan kepada Copernicus dan Galileo.
Kedua, masyarakat Eropa yang “apatis intelektual”. Ketakutan bangsa Eropa dan kebengisan pihak gereja Eropa, menyebabkan masyarakat sudah tidak memiliki semangat dalam memajukan bangsanya yang tertinggal dari peradaban Islam. Bagaimana hal itu tidak terjadi, jika pihak gereja lebih kejam dan bengis dari iblis itu sendiri.
Ketiga, bangsa Eropa akhirnya tidak mempunyai visi kemajuan dan peradaban yang jelas. Tidak bisa dipungkiri betapa depresinya bangsa Eropa di masa itu, kebebasan dan hak individual dikuasai oleh pihak gereja, menyebabkan bangsa Eropa menjadi bangsa yang tidak mempunyai cita-cita yang jelas.
Eropa memang menjadi bangsa yang tidak diperhitungkan di abad pertengahan, mereka bisa diumpamakan sebagai bonekanya pihak gereja. Ya, mau tidak mau, mereka harus memenuhi semua perintah dari pihak gereja tanpa terkecuali.
Rekonstruksi Peradaban Eropa
Saya memberikan istilah rekonstruksi peradaban bukanlah tanpa alasan yang tidak jelas, juga bukan karena asal-asalan memberikan istilah. Makna rekonstruksi peradaban memiliki arti yang mendalam, bahwasanya sekitar akhir abad ke-14 M bangsa Eropa mulai menata kembali bangsanya yang sudah mengalami stagnasi bahkan kemunduran.
Sebenarnya, bangsa Eropa bukan tidak mengalami kegelisahan. Beberapa ilmuwan siang malam memikirkan keadaan Eropa yang mengalami stagnasi peradaban.
Pada akhirnya, beberapa ilmuwan, cendikiawan, sastrawan dan wan-wan lainnya memberanikan diri menunjukkan kebebasan berpikir dan bertindak sebagai ungkapan bahwa “manusia haruslah dimanusiakan”.
Beberapa tokoh di antara mereka adalah orang-orang terkemuka, seperti Leonardo da Vinci (1452 M). Ia merupakan seorang sastrawan besar asal Italia yang menciptakan lukisan Mona Lisa.
Mona Lisa adalah hasil karya anak zamannya, ia lahir pada rahim ibunya yang bernama renaissance. Mona Lisa adalah bentuk peradaban baru yang ingin mengubah model theosentris yang telah mapan pada abad kegelapan, kepada arah baru yakni antroposentris (menjadikan manusia sebagai pusat segalanya).
Tokoh selanjutnya ialah Machiavelli (1456-1572 M), seorang filsuf yang berkonsentrasi pada kajian politik. Menurutnya, gereja bukanlah prioritas utama untuk dipatuhi, melainkan pemerintah adalah unsur utama yang harus dipatuhi dan ditakuti. Di samping itu, pemerintah haruslah memiliki kekuasaan mutlak.
Abad renaissance (kelahiran kembali) adalah istilah yang digunakan oleh para ahli sejarah dalam mengungkapkan periode kebangkitan intelektual di Eropa,[1] yakni masa di mana Bangsa Eropa mulai menjadikan manusia sebagai se-utuh-nya seorang manusia. Renaissance terjadi sekitar abad 15 dan 16 M.
Banyak sekali asumsi (pendapat) yang berkaitan dengan penyebab terjadinya periode renaissance di Eropa, seperti Perang Salib, hubungan kerajaan Islam dengan bangsa Eropa dan banyak didirikannya lembaga ilmiah. Yang Jelas, dampak dari era renaissance sangatlah banyak dan berpengaruh besar di Eropa seperti:
- Akal mendapat tempat dan porsi yang besar serta mandiri.
- Manusia diberikan kebebasan dalam berekspresi sebebas mungkin dan mengatur dirinya sendiri (red. humanisme).
- Pudarnya doktrin agama yang mengatur kehidupan manusia seperti yang terjadi pada abad pertengahan.
Pasca abad renaissance, maka lahirlah abad modern yakni dimulai sekitar awal abad 17, di mana Eropa sudah mulai menjadi bangsa yang diperhitungkan, mereka mulai menguasai kemajuan dan peradaban dunia. Kecanggihan teknologi, sains dan segala macamnya saat ini berada dalam genggaman Bangsa Eropa.
Abad modern di Eropa melahirkan aliran-aliran pemikiran (filsafat) yang sangat banyak seperti rasionalisme, empirisme, idealisme, positivisme, dan lain sebagainya.
Jelasnya, Eropa bangkit karena mereka tidak ingin menjadi bangsa yang pasrah pada nasibnya, mereka tidak ingin menjadi bangsa yang diatur semena-mena saja oleh pihak gereja. Sebab, Manusia haruslah hidup sebagaimana layaknya menjadi manusia.
Indonesia Hari Ini
Indonesia merupakan negara yang merdeka pada 17 Agustus 1945, artinya genap 74 tahun Indonesia sudah merdeka. Indonesia sudah sekian kali berganti pemimpin. Lantas, apa yang terjadi pada Indonesia pasca kemerdekaan hingga hari ini?
Saya rasa tak perlu panjang lebar menjelaskan keadaan Indonesia saat ini. Semua kita tahu bahwa Indonesia sedang sakit saat ini. Namun, apakah Indonesia mampu seperti Bangsa Eropa? setidaknya mampu dan berani menyembuhkan negaranya.
Me-rekonstruksi bukanlah suatu perkara yang mudah untuk dikerjakan, semuanya butuh proses dan kerjasama yang baik dan benar. Kita tidak boleh menjadi bangsa yang berpasrah pada nasib saat ini. Nasib bukanlah akhir dari segalanya, sebab nasib dapat dirubah, dengan apa? Dengan usaha dan doa.
Referensi
Kamaluddin, Undang Ahmad. Filsafat Manusia; Sebuah Perbandingan antara Islam dan Barat. Bandung: Pustaka Setia. 2012.