Takjub
Merangkak mendongak menatap
Merunduk bungkuk menunduk
Berlari terhenti tersandung
Bumi bulat tanpa ujung
Berenang menyelem kedalam
Samudra luas tak terbatas
Mendaki sungguh tinggi
Menyelam amat dalam
langit tuli, bumi bisu
aku, diam terpaku
Kematian
Aku terkapar
sepi itu menghantam
Aku hancur
sepi itu melebur
Aku hilang
sepi itu mematikan
Orang-orang menjauhiku
Wajahnya pucat, matanya mengharu biru
Ia datang menggatikan, orang-orang pergi meninggalkan
Putih bersih bercahaya, tersenyum tipis bahagia
Benalu
Musnahkan aku
Dari daalam dirimu
Agar mereka tak jadi meracu
Buang aku
Dari tubuh indahmu
Agar kau tak jadi rancu
Hilangkan aku
Dari dunaimu
Agar hidupmu tak lagi semu
Jadilah aku, benalumu
Pendam aku dalam lubangku
Pada pemakaman tanpa nisan
Agar aku tak jadi dikenang
Adakah Yang Menangis?
Adakah yang menangis ?
Dibuangnya jasadku dalam lubang
Tak bertuan, hingga jasadku datang
Hilang sudah itu lubang, gundukan tanah menggantikan
Jasadku pun tenggelam, Meninggalkan nisan
Ditanah merah pemakaman
Adakah yang menangis ? Sedang
Mereka hanya kawan dan handai tolan
Tanpa ada kesan yang aku tinggalkan
Adakah yang menangis?
Saat aku pergi
Tanpa suatu pun yang berarti
Kalah
Rindu menghantam sepi menikam
Hati tertahan, kaki tak dapat jalan
Badan tak berdaya sungguh
Mencintainya penuh seluruh
Terjerembablah aku, matilah aku
Dikalahkan perempuan
Cinta Dalam Secangkir Kopi
Di sela rintik hujan malam ini, rindu menjelma secangkir kopi
Pahit, memang sudah semestinya
Tapi aroma cinta lenyapkan segenap rasa
Dua tiga batang kuhabiskan
Menyelam ke kedalaman cinta yang mungkin tak terandaikan
Rindu tak pernah selesai meski cangkir telah sepi
Cinta tetap saja menawan walau lama tak berada diperaduan
Nyanyian Asing
Ia bernyanyi dengan bahasa ibunya yang tak kumengerti
Lentik jarinya cekatan memetik senar gitar
Aku hanya terdiam, memandang dan mendengarkan
Tanpa tahu apa maksud lagu yang ia dendangkan
Sering kali ia mengajakku berbicara dengan bahasa ibunya
Aku yang tak mengerti walau sepatah kata hanya membisu memandangnya penuh tanya
Ia pun tertawa lepas, mendekap erat mencium lembut pipiku
Mengakihrinya dengan senyuman manja, untuk kemudian pergi meninggalkan tanya
Cinta A I U E O
Aku mencintaimu dalam A
Pada batas senja di akhir kata cinta
Aku mencintaimu dalam U
Pada sela rintik rindu di tengah kubangan temu
Aku mencintaimu dalam I
Pada otot seorang kuli diantara piston mitsubishi
Aku mencintaimu dalam E
Pada tusuk sate dibakar rame-rame
Aku mencintaimu dalam O
Pada bunyi AIUEO di setiap huruf A,I,U,E dan O
Milad dan Perpisahan
Buku ini baru, untukmu, tapi maaf belum sempat kau sentuh, aku buka terlebih dulu dan aku nodai dengan coretan tak berartiku
Sengaja memang, dengan coretanku lembaran ini kuawali
Aku harap tulisanmulah yang akan mengisi dan mengakhiri dengan sepenuh hati
Di tanggal baik bulan baik,aku ucapkan selamat milad
Semoga senantiasa mendapat limpahan rahmat
Selamat ulang tahun semoga berkah senantiasa turun
Oleh karena akulah yang meninggalkanmu lebih dulu
Mungkin tak menyaksikan momen ketika engkau pergi meninggalkan jawa untuk kali pertama
Aku ucapkan selamat kembali ke pelukan perempuan, yang melahirkan dan mempertemukanmu denganku
Terima kasih atas segala apa yang telah kau perbuat terhadapku
Maaf jika balasan yang kau terima tak seberapa.
Jangan berhenti berusaha dan berdoa, teruslah berjuang
Jangan pernah lupakan tuhan
Ia tuan rumahmu, ia ada di dalam dirimu
Aku akan terus mengingatmu, selalu terbesit namamu dalam setiap munajatku.
Aku mencintaimu? Tentu, lebih dari yang lain? Mungkin, sepenuhnya? semoga saja
Harap
Ia tak pernah tahu
Sampai kapan tangannya akan ia genggam
Ketika pada suatu hari lembut jemarinya tak lagi ia rasa
Meski telapak tangannya erat ia genggam
Pada saat yang tak pernah diharapkan tapi pasti datang
Waktu dengan elegan memisahkan
Dua telapak tangan yang sepanjang siang dan malam tak terpisahkan
Sang waktu berjanji
Ia akan menyatukan telapak tangan itu kembali
Di sebuah tempat dimana tak ada lagi yang mampu memisahkan
121
Pukul dua belas
Sudah, tak ada yang membekas
Pukul dua belas lebih seperempat
Surat tak berbalas benih rindu semakin mencuat
Pukul dua belas lebih setengah
Apalah dayaku hanya mampu mengadah
Pukul dua belas leih empat lima
Menjumpaimu pada setiap rapal doa
Tepat pukul satu
Aku tertidur didekap rindu
Rasa
Rasa itu benar adanya
Rwalnya hanya terniang dalam angan
Tapi, waktu menjawabnya sebagai kebenaran
Rasa bukanlah mainan, rasa ada di dalam jiwa
Rasa itu benar adanya
Sempat aku abaikannya
Ia selalu membawa kepada kebenaran
Tuhan itu dirasakan bukan dipikirkan
Rasa itu benar adanya
Banyak hal yang tak dijangkau pikiran
Rasa dengan mudah menyentuhnya
Pikiran hanya menjebak ke dalam sebuah pemahaman
Rasalah yang memfitrahkan semuanya
Rasa itu selalu benar adanya