Dapat kita ketahui hubungan Rusia dengan NATO tidak pernah baik-baik saja. NATO North Atlantic Treaty Organization yang merupakan sebuah aliansi militer yang terdiri dari 30 negara Eropa dan Amerika Utara. 

Hubungan Rusia dengan NATO semakin memanas ketika Ukraina yang merupakan negara bekas bagian Uni Soviet pasca Perang Dingin hendak bergabung ke dalam aliansi militer tersebut. 

Vladimir Putin selaku presiden Rusia jelas menolak secara tegas keinginan Ukraina yang ingin bergabung ke dalam NATO. Yaa alasannya sudah cukup jelas karena jika Ukraina bergabung dengan NATO maka akan menjadi ancaman serius bagi Rusia.

Bagi Rusia, keinginan Ukraina bergabung dengan NATO ini akan menganggu kepentingan Rusia di Eropa. NATO dibentuk oleh Amerika Serikat pasca berakhirnya Perang Dunia II dan hubungan Amerika Serikat dengan Rusia tidak pernah baik-baik saja. Dua negara adidaya ini selalu bersaing untuk menjadi negara superpower di dunia.

Sebenarnya konflik Rusia dengan Ukraina sudah berlangsung sejak 2014. Bermula ketika Rusia melakukan aneksasi terhadap semenanjung Krimea. Kepentingan Rusia terhadap semenanjung Krimea sangat besar khususnya dalam hal militer.

Bagi Rusia fungsi laut hitam digunakan untuk mengontrol aktivitas NATO di Eropa Timur. Selain itu fungsi laut hitam juga untuk mengontrol jalur pipa gas menuju Uni Eropa. Hal inilah yang menyebabkan laut hitam menjadi sengketa wilayah yang diperebutkan dan dianggap sebagai wilayah yang mampu memberikan kekuatan terhadap Rusia. 

Diketahui bahwa Rusia telah melakukan invasi terhadap Ukraina sejak awal 2022 lalu. Dalam Invasi yang dilakukan oleh Rusia tersebut, NATO memberikan perannya dengan menyediakan 140.000 tentara di wilayah Ukraina serta melakukan mobilisasi peralatan militer yang canggih.

Aneksasi wilayah yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina memperkuat dukungan publik agar Ukraina bergabung dengan NATO. 

Setidaknya berdasarkan hasil survey 83 persen suara mendukung Ukraina bergabung dengan NATO. Rusia sangat menentang keras terhadap keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO.

Rusia merupakan negara yang memiliki kekuatan nuklir besar. Rusia mengancam akan melepaskan nuklir yang dimilikinya apabila Ukraina tetap bersikeras bergabung dengan NATO. 

Rusia bahkan tidak segan untuk melakukan perang dengan NATO. Hubungan Rusia dengan NATO tidak pernah baik, hal inilah yang membuat Rusia menolak keras apabila Ukraina bergabung dengan NATO.

Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa kali mengancam untuk meluncurkan senjata nuklir. Ancaman itu mendapat komentar dan respon dari barat. Sekretaris Jendral NATO Jens Stoltenberg memberikan peringatannya terhadap Rusia bahwa setiap penggunaan senjata nuklir sama sekali tidak dapat diterima. 

Putin dalam pidatonya menyampaikan bahwa Rusia bisa saja mengeluarkan senjata pemusnah massal nya yang kekuatannya tidak kalah canggih dengan apa yang dimiliki oleh NATO, jika NATO beserta sekutunya tersebut menyerang Rusia menggunakan nuklir. 

Presiden Putin mengatakan Rusia akan meluncurkan senjata nuklir pemusnah massal tersebut apabila Ukraina bersikeras bergabung dengan NATO dan membebaskan wilayahnya yang saat ini dipegang oleh pasukan Rusia. 

NATO dan negara Uni Eropa lain memberikan respon bahwa mereka tidak akan mengizinkan siapapun mengintimidasi mereka, dan telah memberikan peringatan terhadap Kremlin terkait pemerasan nuklir. Kremlin kembali menegaskan bahwa mereka memiliki hak menggunakan senjata nuklir jika ada yang mengancam wilayah mereka.

Amerika Serikat yang merupakan salah satu anggota NATO akan siap membantu Ukraina apabila Rusia terus melancarkan serangannya. Menurut laporan CBS News Wakil Komandan Brigadir Jendral John Lubas mengatakan “Kami siap mempertahankan setiap inci tanah NATO”.

NATO dan Rusia melakukan latihan nuklir secara terpisah ketika situasi perang dengan Ukraina semakin memanas. Pentagon dan Komunitas Amerika Serikat melakukan pengawasan setiap gerakan yang terjadi secara tidak terduga maupun tidak biasa dari senjata nuklir Moskow selama Rusia latihan nuklir.

Menurut Amerika Serikat latihan nuklir Rusia disebut dengan “Gorm” yang berarti Guntur dan akan dilaksanakan tiap tahun. Sedangkan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) melakukan latihan nuklir tahunannya yang dikenal dengan Steadfast Noon. Dalam latihan persenjataan nuklir yang dilakukan oleh NATO terdapat Amerika Serikat beserta 14 negara lainnya anggota NATO yang ikut berpartisipasi.

Latihan nuklir oleh Rusia sendiri dilakukan setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengeluarkan pernyataan keras pada awal Oktober 2022 lalu terkait ancaman bahaya nuklir Putin karena Moskow terus mengalami kemunduran militer di Ukraina. Latihan nuklir Rusia ini terus mendapat pantauan dari Amerika Serikat dan NATO.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden memperingatkan bahwa konflik NATO dengan Rusia akan menjadi Perang Dunia III. Presiden Joe Biden mengatakan bahwa Amerika Serikat beserta sekutunya dan NATO tidak akan melawan Rusia di Ukraina. Biden menegaskan bahwa konflik langsung antara NATO dengan Rusia adalah Perang Dunia III dan harus dicegah. 

Presiden Biden juga menegaskan akan konsisten untuk tidak mengirim pasukan Amerika Serikat ke wilayah Ukraina untuk melawan Rusia. Presiden Putin Rusia secara tegas memberikan peringatan terhadap Barat, terutama NATO apabila ikut campur tangan atas perang Rusia Ukraina secara terus menerus maka akan pecah Perang Dunia III.