“Digitalisasi, computing power, dan data analytic telah melahirkan terobosan-terobosan yang mengejutkan di berbagai bidang, yang men-disrupsi (mengubah secara fundamental) kehidupan kita. Bahkan men-disrupsi peradaban kita, yang mengubah lanskap ekonomi global, nasional, dan daerah serta laskap politik global, nasional dan daerah. Lanskap interaksi global, nasional, dan daerah. Semuanya akan berubah.” ~ Presiden RI Joko Widodo, 16 Februari 2018
Revolusi Industri Keempat adalah sebuah kondisi pada abad ke-21 ketika terjadi perubahan besar-besaran di berbagai bidang lewat perpaduan teknologi yang mengurangi sekat-sekat antara dunia fisik, digital, dan biologi. Revolusi ini ditandai dengan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang, khususnya kecerdasan buatan, robot, blockchain, teknologi nano, komputer kuantum, bioteknologi, Internet of Things, percetakan 3D, dan kendaraan tanpa awak.
Revolusi industri keempat berpotensi meningkatkan kualitas hidup masyarakat di seluruh dunia. Namun, kemajuan di bidang otomatisasi dan kecerdasan buatan telah menimbulkan kekhawatiran bahwa mesin-mesin suatu hari akan mengambil alih pekerjaan manusia.
Selain itu, revolusi-revolusi sebelumnya masih dapat menghasilkan lapangan kerja baru untuk menggantikan pekerjaan yang diambilalih oleh mesin, sementara kali ini kemajuan kecerdasan buatan dan otomatisasi dapat menggantikan tenaga kerja manusia secara keseluruhan. Ini menjadi tantangan yang serius yang harus kita hadapi ke depannya, di mana kita berkompetisi dengan mesin/robot.
Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri menjelaskan Revolusi Industri 4.0 sederhananya adalah proses produksi di seluruh dunia yang mengkombinasikan tiga unsur penting, yakni manusia, mesin/robot dan big data. Kombinasi tiga unsur itu akan menggerakkan seluruh produksi menjadi lebih efisien dan lebih cepat dan lebih masif.
Tak semua orang menyadari ada pekerjaan-pekerjaan akan hilang, terbukti di lapangan sudah banyak menemukan pekerjaan yang dulu ada, sekarang tiba-tiba menjadi tidak ada. Lalu akan muncul pekerjaan-pekerjaan baru.
Namun, tidak perlu khawatir, karena dengan adanya inovasi teknologi serta didukung oleh SDM yang berkompeten akan menjadi kunci dalam menentukan kesuksesan Indonesia di era Industri 4.0. Terlebih untuk menjadi salah satu negara 10 besar ekonomi global di 2030 mendatang bukan hal yang tidak mungkin bagi Indonesia.
Mengutip data Ponemon Institute dalam studinya pada 2018, rata-rata kerugian akibat pelanggaran data secara global pada tahun ini mencapai 3,86 juta dolar atau meningkat 6,4 persen dari 2017. Berdasarkan Breach Level Index, 945 pelanggaran data publik menyebabkan 4,5 miliar catatan data dikompromikan di seluruh dunia pada semester pertama 2018. Dibandingkan periode sama pada 2017, jumlah data yang hilang, dicuri atau dikompromikan meningkat sebesar 133 persen.
Berdasarkan data-data di atas, Eset menilai ada tiga tantangan yang akan di hadapi perusahaan di Industri 4.0: pertama, target serangan.
Bukan rahasia lagi, manufaktur adalah industri yang menjadi tujuan targeted attack dalam serangan siber. Menurut studi Enterprise Enviromental Factor (EEF), 48 persen produsen di beberapa titik telah mengalami insiden keamanan, dan setengah dari organisasi tersebut menderita kerugian finansial atau gangguan terhadap bisnis mereka.
Menurut survei, industri manufaktur adalah yang paling ditargetkan untuk serangan siber, tepat berada di belakang sektor publik dan bisnis keuangan. Industrial Control System (ICS) atau Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA) adalah perangkat lunak yang paling sering digunakan dalam industri manufaktur, infrastruktur dan berbagai bidang lain, merupakan titik terlemah dalam sistem keamanan perusahaan.
Contoh kasusnya adalah serangan malware BlackEnergy (2015) dan Industroyer (2016) yang memadamkan listrik di Ukraina atau serangan Stuxnet di Iran. Kasus terbaru adalah GreyEnergy (2018), yang dirancang untuk sasaran lebih luas. Perlu dicatat bahwa ICS/SCADA digunakan bukan hanya di manufaktur, tetapi juga pada pembangkit listrik, perusahaan transmisi, pengolahan minyak dan gas, pabrik-pabrik, bandara sampai layanan pengiriman.
Kedua, ransomware. Jangan pernah meremehkan ransomware, karena ancamannya masih paling menakutkan di dunia siber. Menurut laporan Verizon 2018, 56 persen insiden malware melibatkan ransomware sehingga menjadikannya sebagai bentuk malware yang paling umum. Hal paling memprihatinkan adalah peretas mengalihkan perhatian mereka ke sistem penting seperti server daripada perangkat karyawan.
Dalam praktiknya, ransomware oleh pengembangnya dikolaborasikan dengan botnet, bahkan CryptoJacking untuk mendapatkan keuntungan ganda. Menghadapi ransomware memang bukan perkara mudah, sehingga bagi sebuah perusahaan memiliki alat proteksi dari ransomware bukan suatu hal yang bisa ditawar karena ransowmare tidak pernah pilih-pilih ketika menyerang korbannya.
Ketiga, orang dalam. Menurut Eset, ada kesenjangan antara pengetahuan karyawan dan perkembangan keamanan siber. Akar masalah dari kerentanan, 52 persen di antaranya dinilai berasal dari kesalahan karyawan yang dilakukan secara tidak sengaja, seperti salah copy file, salah kirim file, meninggalkan komputer dalam keadaan terbuka saat tidak dipakai, dan lain-lain.
Ponemon Institute dalam studinya mengatakan, satu dari empat kebocoran data disebabkan oleh orang dalam yang dilakukan sengaja dengan motivasi finansial, spionase dan persaingan bisnis. Untuk menghadapi tantangan keamanan di Industri 4.0, pelaku bisnis diimbau untuk menggunakan solusi keamanan.
Di era revolusi industri 4.0, mahasiswa diharuskan mempersiapkan diri dengan maksimal serta menonjolkan keunikan dan nilai tambah (added value). Hal ini disebabkan pada era revolusi industri 4.0 terjadi pengintegrasian antara sistem otomasi dan internet dengan sistem produksi industri. Tandanya persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketat.
Maka mahasiswa harus memiliki added value untuk bekal agar bisa bersaing dengan lulusan asing di era revolusi industri 4.0. Tidak perlu susah memikirkan bagaimana caranya. Sebab, hal tersebut bisa kalian asah dengan program yang disediakan oleh kampus. Berikut program yang bisa diikuti oleh mahasiswa.
1. Program Magang
Dengan mengikuti program magang, mahasiswa bisa beradaptasi dengan cepat di lingkungan kerja setelah lulus. Bahkan mahasiswa bisa mendapatkan gambaran nyata bagaimana ilmu yang didapatkan di kelas langsung diaplikasikan di dunia kerja. Maka kualitas program magang dari sebuah kampus sangatlah penting. Pastikan kampus kalian memiliki program magang di perusahaan bertaraf internasional.
2. Penerapan Bahasa Asing
Di masa depan, persaingan mendapatkan pekerjaan juga semakin ketat. Pasalnya, kita tidak hanya bekerja dengan orang berkewarganegaraan yang sama dan berlokasi di negara sendiri. Melainkan juga bekerja sama dengan negara asing. Untuk itu, mahasiswa harus bisa mengasah kemampuan berbahasa asing. Apalagi kini para generasi muda akan menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN.
3. Kurikulum yang Selaras dengan Industri
Kurikulum punya peran penting dalam pelaksanaan perkuliahan. Ini dikarenakan kurikulum menjadi rujukan apa yang diajarkan kepada mahasiswa dan apa yang akan dimiliki mahasiswa setelah lulus. Maka sebuah kampus harus punya kurikulum yang selaras dengan industri saat ini agar bisa mencetak lulusan yang berkualitas.
4. Program Dual Degree Internasional
Program yang masih jarang ditemui di Indonesia ini sebenarnya sangat dibutuhkan mahasiswa zaman now. Melalui program gelar ganda, mahasiswa akan punya kompetensi yang lebih komprehensif terkait keilmuan yang dipelajarinya karena program ini menerapkan kurikulum berstandar perguruan tinggi Indonesia dan rekanan di negara lain. Selain itu, mahasiswa akan mendapatkan dua gelar berlaku setara melalui program ini.
5. Kerja Sama Erat dengan Dunia Industri
Kampus yang mengadakan kerja sama dengan dunia industri makin memantapkan kompetensi lulusannya. Dengan melakukan kerja sama dengan dunia industri, mahasiswa memiliki added value yang dibutuhkan oleh industri setelah lulus. Sebab, apa yang diajarkan oleh kampus pada mahasiswa memiliki kesinambungan dengan dunia industri.
Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Intan Ahmad menyampaikan bahwa Proses Pembelajaran Digital dalam Era Revolusi Industri 4.0, dimana perguruan tinggi perlu melakukan reorientasi kurikulum, hybrid/blended learning, dan life-long learning. Di Era Revolusi Industri 4.0 kita perlu mengembangkan literasi baru yaitu data, teknologi dan sumber daya manusia, kita harus bisa memanfaatkan dan mengolah data, menerapkannya ke dalam teknologi dan tentunya kita harus memahami cara penggunaan teknologi tersebut .
Literasi manusia menjadi penting untuk bertahan di era ini, tujuannya adalah agar manusia bisa berfungsi dengan baik dilingkungan manusia dan dapat memahami interaksi dengan sesama manusia. Oleh karena itu universitas perlu mencari metoda untuk mengembangkan kapasitas kognitif mahasiswa: higher order mental skills, berpikir kritis & sistemik, amat penting untuk bertahan di era revolusi industri 4.0.
Arahan Kemenristekdikti terkait dampak adanya revolusi industri 4.0 ini dengan adanya digitalisasi sistem, mahasiswa harus pintar dalam mengolah segala informasi baik itu dengan melakukan pembelajaran tatap muka dengan dosen ataupun sistem teknologi yang menggunakan jaringan sebagai prioritasnya, yaitu online learning.
Keuntungan dari adanya online learning sendiri yaitu mahasiswa bisa tetap belajar dengan mengakses informasi ataupun materi pembelajaran yang telah ditentukan dosen agar tidak menyimpang dengan kompetensi yang ingin dicapai meski tidak diadakan pembelajaran dengan tatap muka antara mahasiswa dengan dosen di kelas.
Lulusan-lulusan dari PTN maupun PTS diharapkan mampu menjawab tantangan-tantangan besar dari revolusi industri 4.0 saat ini dan juga diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkompeten, berkarakter dan inovatif demi kemajuan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam negeri.
Oleh karena itu, persaingan di dunia kerja setelah mahasiswa lulus dari universitas akan semakin berat karena pada era industri 4.0 ini juga terdapat kecerdasan buatan seperti robot yang saat ini sudah sangat banyak dimanfaatkan oleh industri demi mencapai tujuan produksi dengan mengurangi biaya tenaga kerja dengan bukti nyata pada kasus PHK pada tahun 2017 yang mencapai 9.822 orang di Indonesia.
Akibat lain dari adanya kecerdasan buatan yaitu menipisnya kesempatan kerja bagi lulusan-lulusan baru jika lulusan-lulusan ini tidak dapat memanfaatkan teknologi yang berkembang pada era saat ini. Maka dari itu, segala hal yang berkaitan dengan perkembangan teknologi pada era industri 4.0 ini harus bisa diikuti ataupun dimanfaatkan oleh mahasiswa yang masih menempuh perkuliahan.
Mahasiswa 4.0, Dosen 4.0 dan Perguruan Tinggi 4.0 adalah tiga kunci utama dalam mengadapi era revolusi industri 4.0. Mahasiswa 4.0 merupakan mahasiswa yang kritis, kreatif, komunikatif, bisa berkolaborasi. Perlu di pertegas lagi mahasiswa adalah pemeran utama bangsa ini dalam menghadapi industry 4.0 ini, dengan bimbingan dari para dosen pembimbing, dukungan dari pemerintah dan masyarakat sekitar serta dengan fasilitas yang memadai mahasiswa akan mampu menghadapi industri 4.0 serta mengharumkan bangsa di mata internasional.
Mahasiswa yang tengah menuntut ilmu harus bersiap menghadapi tantangan besar yang terjadi era Revolusi Industri 4.0 yang terjadi saat ini. Perubahan pola baru ini membawa dampak terciptanya jabatan dan keterampilan kerja baru dan hilangnya beberapa jabatan lama. Lembaga pendidikan dan pelatihan Indonesia harus mampu menghasilkan lulusan yang memiliki nilai tambah sesuai kebutuhan pasar kerja.
"Lembaga pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang berkarakter, kompeten, dan inovatif," kata Dirjen Binapenta & PKK) Maruli Hasoloan.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri meminta masyarakat tidak perlu takut dengan kehadiran revolusi industri 4.0.Alasannya, mulai revolusi industri pertama hingga ketiga, manusia tetap bisa bertahan."Kita tidak perlu takut dengan revolusi industri generasi keempat. Yang penting, kita semua bisa menyesuaikan diri, termasuk juga dunia industri.
Saat ini pemerintah juga telah menyiapkan program untuk meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) guna menghadapi revolusi industri keempat. Untuk menjawab revolusi industri keempat pemerintah memiliki tiga langkah strategis terkait pengembanganan SDM. Pertama, meningkatkan link and match antara supply and demand SDM. Kedua, masifikasi pelatihan kerja dan sertifikasi profesi. Ketiga, pemagangan berbasis jabatan.
Dengan adaanya revolusi industri, kita tidak perlu khawatir nantinya para pekerja banyak yang di PHK, banyak profesi yang hilang dan lain sebagainya. Justru dengan revolusi industri 4.0 ke depannya indonesia akan lebih maju, dan mampu bersaing dengan negara-negara yang sudah maju sebelumnya. Dan hari ini tugas kita sebagai penyambung lidah rakyat, mahasiswa harus bisa mensosialisasikan hal ini kepada masyarakat yang belum memahami akan industri 4.0. Yakin dan percaya masyarakat indonesia mampu menghadapi revolusi industri 4.0.
Referensi
- Pemerintah siapkan tiga strategi hadapi revolusi industri 4.0 di ambil 15 November 2018 dari http://www.tribunnews.com/nasional/2018/11/15/pemerintah-siapkan-tiga-strategi-hadapi-revolusi-industri-40
- Mahasiswa menyongsong era industri 4.0 diambil 15 November 2018 dari https://mahasiswa4nol.wordpress.com/2018/05/25/mahasiswa-menyongsong-era-industri-4-0-2/
Mahasiswa sebagai pemeran utama dalam menghadapi industri 4.0 diambil 15 November 2018 dari https://mahasiswa4nol.wordpress.com/2018/05/25/mahasiswa-sebagai-pemeran-utama-dalam-menghadapi-industri-4-0/
Tantangan keamanan siber di industri 4.0 diambil 15 November November 2018 dari https://www.liputan6.com/tekno/read/3689405/ini-3-tantangan-k4.0 diambil eamanan-siber-di-industri-40