Selalu saja kita mendengar kalimat dari banyak orang terkait teori itu mudah, namun praktik itu yang sulit. Bisa benar atau malah sebaliknya. Semuanya mungkin tergantung pribadi atau masing-masing individu. 

Semakin percaya, maka akan berjalan seperti yang diyakini. Idealnya harus membawa dampak positif, yait teori atau praktik bisa jadi mudah jika diyakini atau dipercaya.

Kekuatan pikiran menjadi penting dalam mewujudkan apapun itu. Beberapa waktu lalu saya membaca buku “Terapi Berpikir Positif karya Dr. Ibrahim Elfiky yang disebut-sebut merupakan maestro motivator muslim dunia. Buku yang menjadi international best seller itu memberi banyak gambaran nyata namun sederhana yang sering dilalui setiap orang dalam kaitannya mencapai kesuksesan dengan kekuatan pikiran.

Kenyataannya berpikir itu adalah hal yang sederhana, dan tidak membutuhkan waktu yang lama namun hanya sekejap. Penelitian membuktikan berpikir memiliki proses yang kokoh dari tujuh sumber. Sumber-sumber itu adalah orang tua, keluarga, masyarakat, sekolah, teman, media massa, dan proses pembentukan diri sendiri.

Orang tua merupakan proses kuat yang mengakar di setiap orang, berlanjut menjadi sebuah referensi utama berkaitan dengan berbagai interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga sangat penting membentuk proses berpikir. 

Keluarga adalah hal kedua setelah orang tua yang sering berinteraksi dengan kita. Abang, kakak, adik, kakek, nenek, bibi, paman atau bahkan sepupu merupakan sumber informasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

Kemudian sumber lain adalah masyarakat. Makna msayarakat adalah siapa saja yang berinteraksi selain orang tua dan keluarga, seperti tetangga, tukang bubur, tukang ojek, dan semua yang berada dekat atau di lingkungan sekitar kita tinggal. 

Setelah masyarakat, sekolah. Sekolah adalah segala hal yang berkaitan dengan tingkah laku, dan ucapan guru dan pengelola sekolah. Proses pembelajaran di sekolah memiliki pengaruh kuat dan besar. Positif dan negatif menjadi yang mudah ditiru.

Teman juga memiliki pengaruh besar dalam proses berpikir. Kaitannya dengan berteman adalah sebuah proses aktualissi diri pertama dalam kehidupan karena kita yang memilih dan menentukan pilihan, tanpa dipengaruhi oleh orang tua. 

Teman juga bagian dari bukti kekebabasan dan penerimaan masyarakat. Dari teman kita berpotensi belajar perilaku menympang misalnya bolos sekolah, merokok, mengonsumsi narkoba ataupun alkohol.

Berlanjut dengan media massa yang mendominasi waktu kita terutama yang hobi menonton televisi berjam-jam setiap hari. Apapun yang ditonton, hal positif atau negatif akan mempengaruhi kekuatan berpikir. 

Zaman sekarang alias zaman now sudah berganti tidak hanya menonton televisi namun juga sibuk dengan berinternet ria sambil aktif media sosial, setiap hari, bahkan bangun tidur atau mau tidur selalu aktif berselancar di media sosial.

Sumber terakhir adalah proses pembentukan pikiran adalah diri sendiri. Berpikir menghasilkan pemahaman, nilai, keyakinan , prinsip bahkan pengetahuan. Pikiran seolah menjadi referensi rasional dalan perjalanan hidup, dan cara memaham segala hal yang berkaitan dengan kebahagiaan dan kesedihan. 

Pikiran mampu menjadi penyebab penyakit kejiwaan serta penyakit fisik.  Menurut plato "sumber setiap perilaku adalah pikiran" sehingga maju atau mundurnya kita bergantung pada pikiran.

Saya memiliki pengalaman berkaitan dengan kekuatan pemikiran. Sekitar 15 tahun yang lalu semasa masih duduk dibangku SMA. Tahun 2003 tepatnya, seleksi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka Tingkat Nasional Provinsi Aceh digelar. 

Sebagai perwakilan dari Kota Lhokseumawe diakhir seleksi hanya mendapat posisi cadangan. Ketika itu kesedihan, merasa gagal menghantui di dalam pikiran. Berbulan-bulan melewati hari-hari dengan pikiran negatif bahwa kegagalan akan terus berdatangan.

Efeknya sebegitu besar, belajar mulai malas sehingga memberi dampak yang buruk. Tidak mudah melewati hari-hari rasanya, namun perlahan saya mencoba menepis dan merubah pemikiran buruk atau negatif tersebut. Mulai menanam keyakinan bahwa semuanya adalah proses. 

Kegagalan berangkat untuk menjadi Pengibar Bendera di Istana Merdeka dan bertemu Presiden bukan akhir dari segalanya, namun awal dari hikmah sehingga di hari esok akan datang hal yang tidak terduga dan bisa jadi itu lebih baik.

Ternyata benar, 9 tahun setelah kegagalan tersebut, Alhamdulillah ternyata kesempatan datang. Terpilih sebagai duta Aceh untuk program Protokoler Perbantuan Istana Presiden menjadi kebahagiaan tersendiri ketika itu. Bertugas selama 20 hari bersama tim Protokoler Kepresidenan merupakan pengalaman yang berharga.

Tersadar kembali ternyata sebegitu besar pengaruh dan dampak dari kekuatan pikiran.  Jika kegalauan terus menyelimuti dan dipertahankan maka dipastikan perlahan tapi pasti menjadi mesin pembunuh semangat, kreativitas bahkan kesuksesan.  Semangat menjadi lebih baik merupakan perwujudan dari pemikiran positif secara terus menerus.

Pikiran diyakini mampu mempengaruhi perasaan. Perasaan juga menjadi bahan bakarnya setiap orang. Perasaan baik akan menghasilan hal yang luar biasa, sedangkan perassan buruk menjadi bahan bakar buruk yang merusak mesin kehidupan.

Kalimat bijaknya, mulailah dari saat ini untuk membuang sampah-sampang yang akan mempengaruhi pemikiran sehingga selalu saja berpikir yang buruk padahal kita telah dikaruniakan akal dan pemikiran yang sempurna, sehingga pikiran yang menguasai selalu berkaitan dengan hal-hal yang positif.

Ahli bedah kecantikan yang juga penulis terkenal dunia yaitu Dr. Maxwell Maltz menulis berdasarkan penelitian yang dilakukan ternyata setiap manusai membuat citra diri dalam dalam benaknya yang meliputi setiap aspek kehidupan. Citra diri sebagai salah satu penyebab terjadinya perubahan.

Sesungguhnya musuh terbesar kita saat ini bukan berasal dari orang lain saja namun dari diri sendiri menjadi penentu perubahan dan hal-hal baik akan terjadi. Tulisan ini bertujuan menjadi warna warni dalam memberi motivasi ringan kepada siapapun untuk berani berpikir besar dan positif. 

Apapun yang menjadi penghalang harus perlahan disingkirkan meski butuh proses. Nikmati prosesnya semua orang masih belajar, termasuk saya namun jangan berhenti dan berputus asa. Hari ini, esok dan seterusnya adalah hari terbaik untuk kita semua.