Apa kabarmu hari ini! Kuharap baik-baik saja. Meskipun keadaan sekarang tidak terlalu membuat gembira, kuharap kita tetap mampu melewatinya dengan penuh suka dan cinta.
Oh iya, di tahun 2020 ini kita memang banyak sekali dikejutkan dengan kejadian-kejadian yang diluar akal.
Lewat realita yang kita jumpai, kita semakin yakin bahwa dalam melewati situasi-situasi tertentu. Sangat diperlukan antipati yang lebih kompeten dalam membangun kebiasaan-kebiasaan yang harus terlihat biasa dan akan menjadi habit keseharian.
Di tahun 2020 ini, kita di start dengan kehadiran virus korona, kehadirannya itu pula tentu merubah segala keadaan begitu juga dengan mentalitas kita.
Kita yang dulunya bebas berkeliaran di alam luas lalu seketika terkurung dengan aneka pembatas. Bahkan hampir 90% seluruh kegiatan hanya bisa dikerjakan #dirumahaja.
Banyaknya korban PHK secara massal berdampak pada ekonomi masyarakat secara luas. Pedagang kaki lima yang punya pelanggan sejumlah karyawan kini pendapatannya menurun drastis karena pelanggannya tidak lagi menjadi bagian dari perusahaan.
Begitupun pedagang-pedagang lain dan pelaku-pelaku usaha lain yang sebelumnya mengandalkan orang-orang banyak untuk target sebagai sasaran konsumennya.
Setelah tertampung beberapa kekhawatiran maka pemerintah mengambil beberapa macam kebijakan untuk pengendalian dalam meraih kestabilan di masa pandemi ini.
Melapangkan kuota prakerja mungkin juga bagian dari pilihannya, dan tak lupa pula pemberian dana dengan beraneka macam sebutan, ada yang khusus untuk korban PHK, adapula yang khusus bagi rakyat biasa.
Dan mungkin dengan sebutan bantuan dana sosial (Bansos) dengan segala jenis-jenisnya itu pula sebagai pengantar penerima dapat tertawa dan yang keliru nama berkeluh dengan tujuan protes yang tak tahu kepada siapa.
Pada penghujung akhir tahun kita berharap segala kejadian segera berlalu. Tetapi, tampaknya ditengah pandemi ini banyak pula aksi yang diam-diam dibuat dengan sesuka hati. Pada titik kesengsaraan rakyat justru pejabat membuat hal-hal yang nilainya semakin menghimpit ruang pernapasan.
Agenda Cipta lapangan kerja (Cilaka) dituangkan ditengah kegetiran semua lapisan (kecuali pemilik kepentingan). Meskipun segala bentuk protes kita serukan dari banyak kalangan dan tetaplah apa yang kita suarakan akan parau dan hilang lalu ketuk palulah yang akhirnya menjadi panutan. Hmm menjengkelkan...
***
Terlepas dari menyoal kebijakan. Kita beralih pada keadaan alam. Agaknya hujan dibulan Desember ini juga memberikan kita sebuah arti bahwa alam turut sedih melihat kita yang lagi-lagi pada era yang tak biasa-biasa. Hujan ibarat sebuah cara dari Tuhan untuk menghapus segala dosa yang tercecer dimana-mana.
Namun, meski demikian. Perihal hujan, adapula perbedaan mentalitas dalam menyikapinya.
Bagi sebagian kita yang tinggal di daerah perkampungan mungkin kehadirannya sangat dirapal dengan rasa syukur, sebab tanaman di lahan menjadi lebih subur dan makmur setelah melewati masa kelamnya di periode kemarau.
Tetapi tidak untuk beberapa kita yang hidup berdesakan di tengah kota. Hujan menjadi sumber kekhawatiran bagi sekian banyak orang karena resiko berefek banjir.
Alhasil hujan seakan menjadi bumerang dan sangat tidak diingini yang berujung membuat kecut semangatnya sepanjang hari.
Memang di hujan kali ini banyak sekali memberi tragedi, akibat dari curahnya yang berkepanjangan itu tentu menambah volume air yang kian tak terbendung. Akhirnya air meluap kemana-mana lantas selokan telah menolak kebanyakannya.
Olehnya, Maka cerita di 2020 menjadi kian super lengkap, sebab bencana alam dan non-alam (covid-19) pun berjalan seiringan yang akhirnya mengisi ruang suka dukanya kita sepanjang perjalanannya.
Oya, menjelang akhir tahun, seolah bulan Desember menjadi puncak klimaks cerita kita di tahun 2020.
Di tengah pudarnya isu korona, banjir dan macam-macam lainya. Kini media-media seruntun mengalihkan topik aktual dengan membahas kepulangan Imam besar FPI (Habib Rizieq Shihab). Dengan segala kesemrawutan hingga terjadi penghakiman diantara pembela-pembelanya oleh pihak kepolisian yang sudah kebal akan hukum.
Dengan kemerosotan kepercayaan kita terhadap negara, otoritas, kepala-kepala, pejabat-pejabat tinggi sampai aparat penegak hukum yang sudah kehilangan citra memang sangat patut dijadikan sebagai pojok kecurigaan dari kecurangan.
Apa yang disuarakan, apa yang dipidatokan, apa yang dinyatakan lewat tindakan yang dipublikasikan, apa yang ditegaskan tetapi tidak ditegakkan saat berhadapan dengan sejumlah kepentingan maupun kekuasaan.
Dan kita sadar, bahwa mata hukum adalah penentunya, meskipun kita tahu betul kebenarannya dan tahu persis seperti apa pergerakan suatu kejadian namun tetap saja kita tak bisa apa-apa.
Nyawa yang melayang dengan 19 luka tembak pada tubuh enam orang dari laskar pembela habib Rizieq. Luka lebam-lebam dan segala ciri penganiayaan hanya dituduhkan pada isu radikal yang dianggap dalih teroris yang membahayakan kedaulatan negara.
Keadaan seperti sekarang ini seolah baku timbal balik yang tak sejalan. Apa yang diresahkan negara bukankah seharusnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Justru kekhawatiran masyarakatlah yang perlu diberi tanggapan senada mungkin tentang tindakan koruptor.
Dibalik isu yang mencuat tentang HRS sepertinya memang dalih dalam menggiring publik untuk kehilangan bara api dengan kabinet Presiden Jokowi yang telah berhasil mengeruk dana berpuluh-puluh milyar melaui pangkat korupsinya.
Menteri KKP-Edy Prabowo yang telah tersandung dana suap benih lobster dan menteri sosial Juliari Batubara juga terseret kasus dana suap Bansos penanganan Covid-19 inilah yang sepantasnya di tangani lebih tanggap daripada meresahkan kepulangan sosok HRS yang cuma tentang eksistensi agama dan sekelompok pengikut yang mencintainya.
Tetapi, ya mau bagaimana, kita rakyat kecil tetap tak bisa apa-apa...
***
Sejatinya. Disisa-sisa Desember ini memang paling banyak kejutannya, tinggal menghitung mundur dan sudah tertatap kemunculan tahun 2021 ini lagi-lagi kita dikejutkan pula perihal Presiden Jokowi yang mengumumkan hasil reshuffle kabinet-kabinet Indonesia Maju kesayangannya.
Senyum sumringah datang dari Bu Risma yang telah memegang mandeknya sebagai Menteri Sosial baru (pengganti Juliari Batubara), disisi lain, senyum yang tak kalah dari bahagianya Sakti Wahyu Tranggono selaku Menteri KP (pengganti Edy Prabowo) yang melanjutkan perjalanan karir kru-nya dari golongan Gerindra.
Diantaranya, Mentri pariwisata dan ekonomi kreatif diisi oleh Sandiaga Uno, Mentri perdagangan M. Lutfi, Mentri Agama oleh Yaqut Qolil Qoumas dan Budi gusnadi Sadikin sebagai Menteri kesehatan.
***
Banyaknya kejutan-kejutan yang terjadi di tahun ini memang sepantasnya tak perlu diresahkan.
Kita harus tetap bisa menjalaninya dengan ceria, tegar dan tetap dengan pikiran terbuka. Harapan kita, apapun yang sedang berlangsung saat ini semoga menjadi bibit kebaikan untuk periode mendatang.
Pahit getirnya 2020 ini semoga memberi kesan yang dapat kita jadikan sebagai penghargaan atas semua yang telah tertuntaskan.
Doa kita, semoga 2021 nanti dapat menjadi pengobat segala perih dari tahun ini. Suka duka 2020 adalah cerita yang begitu berkesan dalam memoar yang terpendam.
Aku, kamu dan kita semua semoga siap untuk menghadapi kejutan-kejutan selanjutnya.
Salam Satu Indonesia Raya...