Banyak orang beranggapan bahwa pendidikan dipercaya menjadi salah satu jalan untuk mengubah nasib manusia, memerangi kebodohan salah satunya adalah dengan mengenyam bangku pendidikan di sekolah. Anggapan ini tentu saja tidak keliru, sebagai makhluk hidup kita dituntut untuk terus belajar.

Sekolah yang selama ini kita kenal masih sebatas bagaimana anak menjadi pintar dan berprestasi, ketika sekolah tersebut menghasilkan lulusan yang berprestasi maka akan menjadi rebutan banyak orang tua untuk menyekolahkan anaknya.

Lalu bagaimana dengan sekolah yang biasa saja, apalagi tidak ada lulusan yang berprestasi, sudah bisa ditebak akhirnya, sekolah tersebut tidak dilirik sama orang tua yang akan menyekolahkan anaknya dan pasti sekolah tersebut akan memiliki siswa sedikit.

Ini menjadi persoalan serius, ada sekolah yang membludak jumlah muridnya, bahkan ada diantara sekolah yang memaksakan untuk menambah jumlah rombongan belajar (rombel) agar mampu menampung banyak siswa, misalkan jatah siswa baru harusnya 8 rombel, tetapi karena banyak peminat, sekolah tersebut memaksakan diri menambah menjadi 9 rombel.

Ini sungguh sangat memilukan, hanya kuantitas yang dikejar, bukan kualitas. Di satu sisi yang lain, ada sekolah yang kekurangan murid, jangan bayangkan siswa baru membeludak, untuk memenuhi standar pelayanan minimal (SPM) jumlah murid saja tidak tercukupi.

Pemerintah seharusnya sudah tidak ada lagi mengeluarkan kebijakan mengkotak-kotakkan sekolah favorit ataupun sekolah non favorit seperti sekolah ini berstandar nasional atau internasional dan yang lain bukan, pelabelan seperti itu akan membuat sekolah yang sudah terpuruk akan semakin terpuruk. Selain hilangnya kepercayaan dari masyarakat, juga akan membuat guru-guru di sekolah tersebut kehilangan ruh semangat mengajar.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, dalam satu kesempatan menyampaikan, "Kalau sekarang, banyak sekolah favorit yang jadi rebutan. Dengan ini, tidak ada lagi istilah sekolah favorit atau tidak favorit," yang dikutip dari laman sekolahdasar.net (06/12/2016).

Apa yang disampaikan pak Menteri di atas sejalan dengan keinginan kita semua bahwa seyogianya semua sekolah bisa menjadi favorit agar masyarakat tidak kebingungan ketika akan menyekolahkan anaknya memasuki tahun ajaran baru. Ini juga untuk menghindari suatu sekolah yang menerima murid baru sebanyak-banyaknya, padahal kuota rombel sudah penuh bagi siswa baru.

Kita sepakat bahwa salah satu keberhasilan sekolah ada di kepala sekolah. Kepala sekolah memiliki peranan penting untuk memajukan sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah sangat dinantikan oleh semua warga sekolah kemana sekolah akan berlabuh, ibarat seorang kapten kapal yang harus jeli dan lugas dalam memutuskan kemana kapal akan bersandar. Sebagai seorang pimpinan, tentu saja kepala sekolah harus memiliki jiwa seorang pemimpin.

Memimpin guru dan semua warga sekolah, serta mampu berkolaborasi dengan masyarakat dan orang tua dalam mewujudkan sekolah yang berkualitas, sehingga masyarakat tidak akan kesulitan ke mana menyekolahkan anaknya. Lalu apa yang harus dilakukan oleh pemerintah dan seluruh warga sekolah untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas?

Pengembangan Sekolah Secara Menyeluruh

Selain kepala sekolah, guru juga memiliki peranan yang sama pentingnya dengan kepala sekolah. Merekalah ujung tombak pendidikan yang berkualitas di Indonesia. Yang perlu digarisbawahi adalah adanya kesepahaman bahwa kewajiban mensukseskan pendidikan adalah bukan tugas guru semata, ada pemerintah dan masyarakat atau orang tua yang harus ikut serta memikirkan kemajuan sekolah. Semua harus bersinergi untuk mensukseskan program sekolah.

Salah satu hal yang perlu dilaksanakan adalah adanya perencanaan yang baik, kita semua tahu bahwa dengan melakukan perencanaan, separuh dari pekerjaan kita telah selesai. Dengan perencanaan pula kita akan menghasilkan output yang baik.

Pengembangan sekolah secara menyeluruh menitikberatkan dalam mengajak serta semua komponen warga sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, pengawas, orang tua, sampai siswa. Pengembangan tersebut dimulai dari menyusun perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi.

Semua terlibat secara aktif, dengan begitu sekolah akan menjadi tempat strategis untuk mengembangkan seluruh sumber daya manusia yang ada. Jangan sampai pengembangan sekolah hanya berpusat di kepala sekolah, sedangkan guru dan orang tua serta masyarakat tidak pernah diajak bicara untuk menyusun perencanaan.

Pemerintah juga harus mempunyai peranan dalam menciptakan sekolah yang baik dan berkualitas, salah satunya dengan memeratakan guru. Guru tidak boleh menumpuk dan terpusat hanya di kota, sedangkan di pelosok desa terjadi kekosongan guru, jangan sampai ada anggapan guru yang berkualitas hanya di kota saja, pemerintah wajib menggulirkan program pemerataan guru.

Program tersebut sejalan bahwa setiap anak didik berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas, salah satunya adalah meratanya guru yang berkualitas.

Hal penting lainnya adalah pemerintah hendaknya tidak membebani guru dengan setumpuk tugas administrasi dan sifat tekhnis lainnya, fokuskan saja dalam pengembangan kualitas mengajar guru, itu akan jauh lebih baik dalam mengembangkan kualitas sekolah secara menyeluruh.

Kita tentu berharap agar semua sekolah adalah baik dan berkualitas, agar masyarakat tidak lagi terjebak pada istilah sekolah favorit dan bukan favorit sesuai dengan anjuran pak Menteri, tentu kita ingin mewujudkan sekolah yang berkualitas bukan? Tentu semua harus berperan aktif mewujudkannya.