Seperti rumah
Harapan dibangun
Bahannya sangat tergantung
Apalagi modalnya, jangan dihitung
Begitulah aku berceramah padamu sepanjang jalan
Kita tidak pulang
Berkililing kota membawa sejuk hutan
Suatu siang, yang memanggang, yang membakar sabar
Sementara
Di sebuah beranda tempat kita melepas lelah
Layar mengembang
Kesaksian tentang lahan kosong
Di mana rumahmu dapat kau bangun
Ini kabar gembira
Demikian tunduk merah wajahmu menjelaskannya
Tetapi ibarat pilihan
Pengakuan kadang sulit diungkapkan
Aku menafsir, kau boleh menolak, lupa, atau pura-pura
Semenjak itu
Kabarmu hanya kudengar ke dengar
Satu ke dua, tiga ke empat, kemarin kau berkirim denah
Lahannya menjanjikan, katamu tiba-tiba
Aku pun mafhum dan tersenyum
Teringat sudah lama kau di lampu merah
Nyalang warna yang semestinya kau tinggalkan sejak lama
Bersabarlah, ujarku hampir berceramah
Hanya saja, kau memang tak perlu berlari
Pelajaran tentang kejar mengejar itu harus dikaji lagi
Berburu bukanlah selalu tentang keburu
Baca waktu, di mana punya lagu
Dan sebagaimana malam yang terus beranjak
Berita dan cerita selanjutnya jangan lagi seputar penegasan
Bebaskan, bebaskan
Agar dapat kau bangun atau menanam
Mata Madura, 15 September 2017