Stunting merupakan kondisi yang terjadi pada anak, yaitu anak mengalami gangguan pertumbuhan. Dapat dilihat biasanya anak yang mengalami stunting memiliki bentuk tubuh atau ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan dengan anak lainnya yang seusia dengannya namun bukan berarti anak yang dengan ukuran tubuh kecil itu terkena stunting. Stunting biasanya terjadi karena kekurangan nutrisi atau kurang gizi.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan, angka stunting nasional mengalami penurunan dari 37,2 persen pada 2013 menjadi 30,8 persen pada 2018. Menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada 2019, angka ini menurun menjadi 27,7 persen. Penurunan angka stunting telah dinyatakan sebagai program prioritas nasional. 

Saat ini, Pemerintah terus bergerak menata perangkat pelaksanaan percepatan pencegahan stunting dan menyusun Strategi Nasional (Stranas) Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) 2018-2024. Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita. 

Prevalensi stunting ini telah mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, Presiden RI Joko Widodo menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan pengurangan kurang lebih 4 persen setiap tahunnya dan memerlukan sebuah inovasi yang dapat mencapai target tersebut.

Ketahuilah banyak faktor yang dapat menyebabkan anak Stunting. Berikut beberapa hal yang dapat menyebabkan anak terkena stunting yaitu :

1. Kurangnya asupan pada masa mengandung atau hamil

Disaat sedang mengandung atau hamil, ibu biasanya males makan dikarenakan kondisi tubuh yang tidak stabil. Seperti sering mual, muntah, pusing, dan masih banyak lagi. Padahal nutrisi bagi ibu hamil itu berperan penting untuk ibu dan janin. 

Jika nutrisi tidak terpenuhi maka akan menghambat pertumbuhan pada janin, menyebabkan melemahnya imun ibu, dan menyebabkan berbagai macam komplikasi pada masa kehamilan seperti anemia. Selain itu, rendahnya asupan vitamin dan mineral yang dikonsumsi ibu juga bisa ikut memengaruhi kondisi malnutrisi janin.

2. Kurangnya nutrisi pada bayi

Kurangnya nutrisi pada bayi juga merupakan salah satu terjadinya stunting. Pemberian ASI Ekslusif pada bayi tidak dilakukan sehingga bayi tidak mendapatkan cukup nutrisi untuk tumbuh dan perkembangan.

Ciri-ciri anak yang mengalami stunting diantaranya :

1. Pertumbuhan melambat

2. Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya

3. Pertumbuhan gigi terlambat

4. Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya

5. Usia 8 – 10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di sekitarnya

6. Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun.

7. Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan).

8. Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.

Dampak yang terjadi pada anak yang mengalami stunting yaitu menurunkan kemampuan perkembangan kognitif otak anak, kekebalan tubuh lemah sehingga mudah sakit, risiko tinggi munculnya penyakit metabolik seperti kegemukan, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah, dan mengalami kesulitan belajar.

Pemenuhan gizi atau nutrisi pada ibu hamil sangat penting dalam menjaga kesehatan ibu dan janin. 

Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting pada anak yaitu melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin, pemenuhan nutrisi pada 1000 hari pertama pada bayi, olahraga secara rutin, hindari paparan asap rokok, menerapkan pola hidup bersih dan sehat, memberikan ASI Eksklusif pada bayi selama 6 bulan, memakan makanan yang bernutrisi, dan memberikan makanan yang bernutrisi kepada bayi.

Dukungan dari orang sekitar juga diperlukan untuk menjaga kesehatan ibu selama masa kehamilan. Bidan juga dapat mengedukasi ibu hamil agar selama masa kehamilan tidak mengalami komplikasi masa hamil dan nifas, serta bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Kesimpulannya adalah stunting merupakan suatu kondisi yang terjadi pada anak dikarenakan kurangnya nutrisi dari masa dalam kandungan dan setelah dilahirkan. 

Setelah mengetahui apa itu stunting, kita perlu menerapkan pola hidup yang sehat agar kita terhindar dari bakteri dan virus yang dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh melemah sehingga tubuh kita rentan terkena penyakit. Dan tidak lupa untuk selalu memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dengan makanan yang bergizi agar anak kita tercegah dari stunting. 


Daftar Pustaka

Almatsier, S. (2013). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Garmedia Pustaka Utama

Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., & Ririanty, M. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan (The Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural and Urban Areas). e-Jurnal Pustaka Kesehatan., 3 (1).

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. (2017). Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting. Jakarta: Dirjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

 Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. (2018). Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting). Jakarta: TNP2K

Mitra. (2015). Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi untuk Mencegah Terjadinya Stunting (Suatu Kajian Kepustakaan). Jurnal Kesehatan Komunitas, 2 (6).