Meski istilah anemia sudah tidak asing dalam dunia kesehatan, ternyata masih banyak orang yang menganggap remeh anemia sehingga anemia tidak dapat dihindarkan, terutama anemia dalam kehamilan.
Anemia atau sering disebut kurang darah merupakan suatu kondisi berkurangnya jumlah sel darah merah (eritrosit) sehingga kapasitas oksigen yang ada tidak mampu mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh.
Ibu hamil dapat dikatakan mengalami anemia bila kadar hemoglobin kurang dari 10 gr%. Diperkirakan 10-20% wanita hamil di dunia mengalami anemia. Dari pravelensi tersebut, dapat dikatakan bahwa anemia merupakan faktor yang menyebabkan timbulnya masalah kesehatan yaitu memberikan efek buruk bagi ibu, baik dalam kehamilan maupun nifas.
Bahaya yang timbul akibat anemia dalam kehamilan yaitu janin lambat atau tidak berkembang, abortus atau keguguran, kelahiran prematur, berat badan bayi saat lahir rendah, perdarahan pasca melahirkan, infeksi, risiko kerusakan organ vital seperti otak dan jantung pada kasus yang sangat parah, serta kematian selama kehamilan dan persalinan, sehingga anemia dalam kehamilan harus dihindari.
Untuk menghindari anemia saat hamil, ada baiknya ibu lebih mengenali jenis – jenis dan gejala anemia dalam kehamilan. Anemia dalam kehamilan terdiri dari anemia defisiensi zat besi, anemia megaloblastik, anemia hipoplastik, dan anemia hemolitik.
Anemia defisiensi zat besi, yaitu anemia yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Anemia ini disebabkan karena pengeluaran darah yang berlebih disertai hilangnya besi hemoglobin.
Penyebab lain dari anemia defisiensi zat besi adalah kekurangan asupan zat gizi dari makanan yang kita konsumsi sehari – hari, atau dapat disebabkan oleh trauma kecelakaan yang membuat adanya perdarahan dan menyebabkan persediaan zat besi dalam tubuh berkurang.
Anemia Megaloblastik, yaitu anemia yang disebabkan oleh kurangnya vitamin B12 selama kehamilan. Gejala umum dari anemia megaloblastik adalah mual, diare, kulit pucat, lidah bengkak, terjadi penurunan berat badan, detak jantung cepat, mati rasa pada area pergerakan, kelemahan otot, dan sesak napas.
Anemia Hipoplastik, yaitu anemia karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel – sel darah baru. Anemia Hemolitik, yaitu anemia karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembentukannya.
Penyebab dari anemia hemolitik adalah kurangnya enzim piruvat kinase, kurangnya enzim glukosa-6-fosfat dehydrogenase, ovalositosis, dan thalassemia. Lalu, kita harus mengetahui apa saja gejala dari anemia hemolitik. Gejala anemia hemolitik yaitu kulit pucat, demam, urin berwarna gelap, jantung berdebar kencang, tubuh cepat merasa lelah dan sering merasa pusing.
Nah, bagaimana gejala dan tanda – tanda anemia dalam kehamilan? Gejala yang dapat ibu rasakan jika mengalami anemia adalah pucat dengan rasa lemah, letih, lesu, cepat lelah, telinga mendenging, mata berkunang – kunang, nafsu makan turun, hilangnya konsentrasi, keluhan mual muntah lebih hebat, nyeri dada, dan kaki terasa dingin.
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan oleh ibu hamil agar terhindar dari anemia, yaitu ibu dapat meningkatkan asupan vitamin C, seperti mengonsumsi buah jeruk, tomat, kiwi, paprika, dan stroberi.
Selain itu, ibu disarankan untuk makan lebih banyak sayuran hijau yang mengandung zat besi seperti bayam, kangkung, lobak hijau, kubis hijau, brokoli, asparagus, dan sawi.
Mengonsumsi biji – bijian seperti biji wijen terutama wijen hitam dan biji fenugreek juga baik untuk menghindari anemia, tidak hanya sayuran dan biji – bijian makan makanan protein tinggi seperti ikan, daging merah, kuning telur, dan makanan laut dapat membantu ibu agar terhindar dari anemia.
Ibu juga dapat mengonsumsi makanan selingan yaitu mengonsumsi probiotik seperti yoghurt, kunyit, acar, tempe, dan makanan fermentasi lainnya. Tidak lupa untuk mengonsumsi suplemen zat besi secara rutin dan minum banyak cairan seperti jus buah bit, delima, atau menggabungkan apel dan wortel.
Alternatif makanan lain juga dapat dipilih ibu seperti makan buah kismis dan kurma, mengonsumsi gula tetes, mengonsumsi kacang – kacangan seperti kacang hijau dan kacang polong.
Mengonsumsi asupan makanan yang mengandung vitamin B12 seperti daging, hati ayam, ikan, tiram, kerang, susu, keju, dan telur serta menghindari konsumsi minuman berkafein agar tubuh dapat menyerap lebih banyak zat besi dari makanan dapat membantu ibu untuk terhindar dari anemia.
Setelah ibu membaca penjelasan di atas, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu mengenai anemia dalam kehamilan. Pengetahuan tersebut meliputi apa itu anemia, bahaya anemia, jenis – jenis anemia, tanda dan gejala anemia, serta cara untuk menghindari anemia.
Sehingga dapat menumbuhkan keinginan ibu untuk menghindari anemia dengan menerapkan berbagai tips yang telah dibagikan dan menurunkan tingkat pravelensi anemia dalam kehamilan di Indonesia.
Anemia dalam kehamilan merupakan sebab potensial morbiditas serta mortalitas ibu dan anak yang harus dihindari, dideteksi sejak dini, dan diatasi. Penanggulangan anemia dalam kehamilan diharapkan dapat dilakukan oleh ibu hamil secara efektif dan efisien selama kehamilan .
Yuk hindari anemia saat hamil dengan meningkatkan perhatian terhadap gejala – gejala anemia yang mungkin dirasakan, serta memperhatikan status gizi selama kehamilan. Selain ibu hamil, lingkungan sekitar dapat ikut berperan aktif dalam pencegahan anemia ini baik suami, keluarga, ataupun masyarakat pada umumnya.