Deadliner merupakan istilah untuk orang yang suka mengerjakan tugas mepet dengan tenggat waktunya. Tidak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa identik dengan tugas. Setiap tugas pasti mempunyai deadline yang terkadang mempunyai jarak pengumpulan yang berdekatan. Sebagai mahasiswa, kalian tim nyicil tugas dari jauh - jauh hari sebelum deadline atau tim deadliner nih ?


Kalau saya pribadi, saya tim nyicil tugas dari jauh – jauh hari. Alasan saya mengerjakan tugas dari jauh – jauh hari antara lain, tidak terlalu terburu - buru sehingga dalam mengerjakan bisa tenang tanpa rasa takut dan cemas seperti dikejar – kejar, memiliki banyak waktu untuk memperdalam materi, analisis, dan dapat memeriksa kembali hasil tugas yang dikerjakan.


Selain itu, ketika menemukan suatu permasalahan dalam mengerjakan tugas, bisa bertanya dan berdiskusi terlebih dahulu kepada teman, kakak tingkat, atau bahkan dosen. Dengan begitu, tugas bisa terselesaikan dengan hasil yang maksimal.


Menurut saya, menjadi deadliner itu memaksakan diri untuk bekerja dan berpikir berada di bawah tekanan. Pastinya hal itu sangat tidak nyaman jika dilakukan. Namun, tidak sedikit dari mahasiswa yang malah memilih menjadi deadliner.


Jika diperhatikan, deadline yang ada sebenarnya cukup untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Misalnya, kita diberikan tugas dengan deadline 3 hari, maka tugas tersebut seharusnya bisa selesai dalam waktu 3 hari. Namun, kita sering merasa malas kemudian menunda - nunda mengerjakan tugas dan berpikir jika waktunya masih lama sehingga kita santai sampai lalai akan tugas tersebut.


Mahasiswa deadliner sering terjebak dalam zona nyaman. Mereka lebih memilih kegiatan yang kurang bermanfaat dan membuang waktu seperti rebahan, scroll media sosial, bermain game, begadang tanpa alasan, dan berbagai aktivitas lainnya yang membuat terjebak di zona nyaman. Aktivitas tersebut dapat dilakukan selama berjam – jam bahkan tanpa mengenal waktu. Tanpa disadari hal itu membuat kita menjadi tidak produktif.


Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Harvard Bussiness School membuktikan bahwa beberapa orang akan menunjukkan best performance di bawah tekanan. Selain itu, seorang deadliner akan memasang strategi bagaimana menyelesaikan pekerjaan secara cepat sehingga merasa dirinya lebih kreatif. Prioritas utama bagi seorang deadliner adalah yang terpenting tugas selesai.


Menurut Richard Boyatzis dari Harvard Bussiness School, seorang deadliner akan lebih fokus menghadapi satu masalah dan tidak mempedulikan masalah lain seperti makan, minum, dan lain-lain. Alasan - alasan di atas ternyata cukup untuk memotivasi seseorang untuk menjadi deadliner.


Kebiasaan menjadi deadliner sepertinya sulit dihilangkan dikalangan mahasiswa. Namun, jika hal itu terus menjadi kebiasaan akan berdampak buruk. Apa dampak buruk menjadi seorang deadliner ? Yuk, simak uraian berikut ini.


1. Tergesa – gesa dalam mengerjakan

Ketika tenggat waktu pengumpulan tugas sudah di depan mata, tidak dapat dipungkiri dalam mengerjakan tugas kita terburu – buru sehingga kita seperti dikejar – kejar dalam mengerjakannya. 


2. Berdampak pada kesehatan

Penurunan kekebalan tubuh dan ganggunan tidur merupakan dampak dari sisi kesehatan menjadi mahasiswa deadliner. Karena saat dikejar deadline kita sering mengurangi waktu tidur atau tidak tidur sama sekali.


3. Kesehatan mental terganggu

Banyaknya tugas dengan deadline yang sebentar membuat kita menjadi panik dan stres. Hal itulah yang membuat kesehatan mental kita dapat terganggu.


Menjadi mahasiswa deadliner atau tidak merupakan sebuah pilihan.  Selalu ada jalan untuk kita jika ingin menghilangkan kebiasaan buruk sebagai deadliner tersebut. Berikut adalah tips yang dapat dilakukan untuk menghindari menyelesaikan tugas mepet deadline.


1. Menetapkan deadline palsu

Dengan kita membuat deadline palsu yang berjarak beberapa waktu sebelum batas yang sebenarnya akan mendorong kita untuk segera menyelesaikan tugas lebih cepat.


2. Menyusun skala prioritas tugas

Pada hal ini kita bisa menyusun dan mengerjakan tugas mulai dari tugas yang penting dan mendesak sampai tugas tidak begitu penting serta tidak mendesak.


3. Memakai sistem (10+2)x5

Maksudnya adalah dalam satu hari kita sisihkan waktu untuk bekerja 10 menit, lalu istirahat 2 menit, kemudian kalikan 5. Totalnya adalah 60 menit, alias satu jam. Sistem tersebut merupakan buatan Merlin Mann yang cocok digunakan untuk orang yang sulit berkonsentrasi dalam waktu lama.


Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita mengerjakan tugas jauh - jauh hari sebelum deadline. Hal itu akan lebih mempermudah kita dalam menyelesaikan tugas. Kita juga bisa mengajak teman untuk mengerjakan tugas secara bersama – sama. Selain itu, kita akan lebih tenang dan lega karena bisa mengerjakan tugas semaksimal mungkin tanpa dikejar – kejar dan tidak terlambat dalam mengumpulkan tugas.


Sebagai mahasiswa, sebaiknya kita bisa mengatur dan memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Dahulukan mana yang menjadi kewajiban kita sebagai mahasiswa daripada memenuhi hak kita. Kerjakan sesuatu dengan ikhlas tanpa terpaksa. Buatlah hari – hari kita menjadi hari – hari yang produktif.