Simpang Heran. Desa kecil yang kemarin (28/1) saya kunjungi di Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan. Desa berjuta harapan, adiwarna lelaku masyarakatnya. Heran?

Saya pun berpikir begitu, awalnya. Mengapa nama desa ini begitu unik? Lebih herannya lagi, masyarakat setempat juga tidak begitu paham sejarah di balik perubahan nama desa. Menurut warga, pergantian birokrasilah pemicunya. Heran?

Begitulah sekelumit nama desa yang awalnya Sido Makmur ini. Saya akan ulik sisi lain sang desa. Untuk pergi ke sana. Jika titik start-nya adalah Palembang. Dua jam waktu yang ditempuh via sungai. 

Menggunakan speedboat dan kawan-kawannya. Rasanya seperti senam. Seluruh tubuh kita bergoyang. Apalagi perut yang kelebihan beban. Pasti bergoyang. Sebab perjalanan via sungai juga tak semulus air yang tenang.

Setelah mendarat di dermaga, Tim OKI Pulp & Paper Mills menjemput kami. Field trip pertama yang saya lakukan bersama peserta Qureta lainnya. Belum sampai. Perjalanan ke Desa Simpang Heran masih butuh waktu satu jam via darat. Itupun jika jalanan kering. 

Bila hujan, jarak tempuh menjadi lebih berat. Lebih lama tentunya. Bayangkan, jalan menuju desa ini masih bertanah liat merah. Kadang ban mobil yang melintas terbenam ke dalam lumpurnya. 

Beruntung saat musim hujan seperti ini. Jalanan kering. Tapi tidak datar. Persis seperti naik speedboat tadi. Mobil tergoncang karena melaju mengejar waktu. Sementara jalan berliuk berliku. Sering terdengar kerikil-kerikil kecil terjepit di antara sela-sela ban. Lalu terlempar kuat. Menghempas badan mobil. 

Sesampainya di sana, saya dan kelompok disambut hangat oleh warga dan perangkat desa setempat. Mereka begitu ramah menyapa kami. Rasanya, seperti pulang ke kampung sendiri. 

PAUD Tunas Bangsa adalah tempat pertama kali yang kami kunjungi. Didirikan swadaya oleh masyarakat desa pada 2004. Awalnya, Sekretariat Desa basecamp PAUD ini beroperasi. 

Akhirnya, masyarakat bahu membahu, membangun sendiri ruang kelas sekaligus kantor PAUD. Hanya satu ruang yang mampu mereka bangun. Tapi itu bukti. Betapa masyarakat di desa ini, melek arti pentingnya pendidikan.

Di garis mulanya, PAUD ini menampung 48 orang murid. Sementara guru yang mengajar hanya empat orang. Sekarang, murid berjumlah 59 orang. Tenaga pengajarnya lima orang. Tentu jatuh bangun juga finansial PAUD ini. 

Nyaris collaps kalau tidak dibantu oleh dana desa sejak 2016. Alumninya pun sudah ada yang duduk di kelas IX SMP. Artinya, 15 tahun sudah kalaeidoskop PAUD ini ikut mewarnai desa.

PAUD yang dibangun di atas tanah 500 m2 ini tergolong murah. Tiga ratus ribu itu sudah termasuk kaos, seragam, dan uang registrasi. SPP-nya cuma empat puluh ribu rupiah perbulan. Insentif pokok para guru nominalnya tiga ratus ribu rupiah saja per bulan. Ditambah infrastruktur yang belum memadai. Sarana belajar yang kurang. Tidak lantas membuat PAUD berhenti.

Ruang kelas yang lebarnya 4,5 x 4,5 m2 itu, secara bergantian digunakan oleh 59 murid. Juga papan tulis usang penuh sisa hapusan kapur putih. Meja kecil untuk belajar yang tersusun rapi tanpa kursi. 

Di pojok belakang kelas, ada lemari tua yang berdiri gagah. Di dalamnya ada buku-buku. Beberapa alat peraga seadanya. Satu kipas angin bertengger di salah satu sudut ruangan. Ya, display kelas di PAUD ini biasa-biasa saja.

Jika hujan datang, aktivitas PAUD terganggu. Banyak murid yang tidak dapat datang. Bukan karena malas. Apalagi hujan hanya air. Kendalanya adalah medan tempuh para murid berkali lipat. Jarak rumah mereka ke PAUD jauh. Tanah liat merah itu sulit diajak kompromi. Begitu jika musim hujan datang.

Tapi hidup bukan hanya tentang duka. 2018 bantuan datang. PAUD Tunas Bangsa ikut berbenah. Berdandan. Dibangun lagi ruang kelasnya. Wahana bermain di luar ditambah. Alat peraga anak juga ada. PAUD makin jelita. Meski ala kadarnya.

Desa simpang Heran adalah satu dari tiga belas desa binaan perusahaan ini. Berkenalan dengan OKI Pulp & Paper Mills adalah pabrik kertas terbesar di Sumatra Selatan. Anak perusahaan APP Sinar Mas. 

Masyarakat umumnya menganggap kehadiran perusahaan adalah predator. Perusak lingkungan. Penghasil limbah raksasa. Pengeruk kekayaan alam setempat. Tapi selamanya tidak begitu. OKI Pulp & Paper Mills hadir sebagai mitra masyarakat.

Mendirikan PAUD. Penyulingan Air Bersih. Rumah Pintar. Beasiswa. Penyerapan tenaga kerja asli putra daerah OKI. Membangun dua puluh desa binaan. Membangun Jembatan. Memberikan Bantuan Langsung Tunai. Transfer knowledge pengelolaan lahan. Penyuluhan. Banyak bila harus dijabarkan. Keajaiban kertas di Simpang Heran, begitu saya menyebutnya.

Bumi OKI adalah milik bersama. OKI Pulp bersinergi dengan masyarakat. Tidak mengabaikan hak-hak hidup masyarakat setempat. Corporate Social Responsbility OKI Pulp & Paper Mills berfokus pada empat aspek. Membangun infrastruktur. Peningkatan kapasitas. Human empowerment. Charity program.

Core value dari CSR OKI Pulp & Paper Mills dirasakan utuh oleh warga. "Kami sebagai warga tentu sangat berterima kasih dan terbantu dengan program CSR OKI Pulp, mbak. Sangat positif masyarakat menyambut berbagai program OKI Pulps," ujar Eni Kusrini, Kepala Desa Simpang Heran.

Kunjungan yang sangat menyenangkan ini bukan hanya sebatas refreshing. Pengusir penat. Pelarian diri dari carut marut ibu kota. Bagi saya, ini sebuah perjalanan yang mengantarkan saya pada nilai hidup baru. Betapa gigihnya warga desa dalam bekerja. Totalitas menjalankan profesi juga bagian yang kerap kali terabaikan untuk kita syukuri. 

"Bahagianya kami selaku guru dan pengurus PAUD ini adalah melihat anak-anak berprestasi di berbagai perlombaan meski di tengah keterbatasan. Apalagi bantuan dari OKI Pulp sangat mendukung aktivitas pembelajarn PAUD Kami," jawab Sunarsih, Kepala PAUD Tunas Bangsa.