...ada proses dalam ruang batinnya, bahwa menjadi taat adalah pilihan yang lebih tepat.
Kisah perjalanan nabi Musa yang bertemu dan menimba pengetahuan dengan sosok pria bernama Khidr, memberi pembelajaran betapa pentingnya menilai suatu tindakan, dengan memahami terlebih dahulu niatan, serta akibat yang diharapkan dari niat tersebut.
Oleh Khidr, sebuah sampan dilubangi hingga tenggelam, agar si nelayan tak menemui penguasa lalim di seberang.
Oleh Khidr seorang anak muda dibunuhnya, agar kelak ketika dewasa si anak muda ini tak menjadi sosok kejam, yang bahkan mengajak kedua orang tuanya untuk tak beriman.
Oleh Khidr, rumah dua anak yatim dirobohkannya, agar anak ini mendapatkan kelak tetap mendapat harta yang terpendam dalam rumahnya, sebagai peninggalan ayahnya, seorang pria yang saleh.
Bahkan sekelas nabi Musa pun hampir tak tahan, tiada kuasa, menimba pengetahuan dari Khidr, hingga niat yang ternyata menumbuhkan harapan tersebut, jelas tersampaikan.
Nabi Musa pun mendapat pembelajaran bahwa berpikir berkebalikan, think the opposite dari apa yang dilihat, juga perlu dilakukan. Agar, sosok yang sabar dan adil, menjadi bagian karakter orang yang beriman.
Sekarang, kasus Holywings di Indonesia kiranya belum ada yang mencoba untuk berani mengambil sikap think the opposite, sebagai upaya mengejawantahkan keteladanan dalam kisah perjalanan nabi Musa tersebut.
Dalam kasus tersebut, mencoba think the opposite bahwa, kegiatan terobosan yang dibuat oleh pengelola Holywings, yang memberi miras gratis kepada pria, siapa saja yang bernama Muhammad dan wanita, siapa saja yang bernama Maria, itu adalah pesan tersirat bagi penganut Islam (yang diwakili dengan nama Muhammad), serta penganut Kristen (yang diwakili dengan nama Maria), mereka para penganut taat kedua agama tersebut, tak perlu bahkan tak usah berkunjung ke Holywings.
Masih ada kedai pun tempat bersantai lain yang menyediakan masakan, minuman pun suasana yang memenuhi ketaatan mereka, yang diwakili oleh kedua nama sosok suci tersebut.
Bagi mereka, calon pengunjung yang belum taat agama, silakan saja berkunjung. Sebuah pilihan, karena bisa jadi setelah kunjungannya itu lalu ada proses dalam ruang batinnya, bahwa menjadi taat adalah pilihan yang lebih tepat.
Ada Sang Maha Pembolak-balik hati manusia dalam proses menuju taat, juga beriman, lalu bertakwa.
"Wahai Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku atas AgamaMu dan diatas ketaatanku kepadaMu." Bahkan seorang Rasul pun bermunajat demikian, menyiratkan pesan bahwa betapa dalam setiap KehendakNya tiada seorang manusia pun mampu menolaknya.
Kail dan umpan telah diberikan kepada orang-orang yang putus kerja, agar mereka mampu memancing ikan...
Sekarang sudah terlanjur. Kabarnya ada 36 dari 38 kedai Holywings di Indonesia, ditutup dan tak beroperasi lagi. Ada mata rantai ekonomi yang terputus, sehingga putaran ekonomi menjadi mati. Artinya, ada banyak orang terpupus mata pencarian, bagian dari nafkah kesehariannya.
Apakah keputusan menutup kedai Holywings itu sebuah proses menuju taat? Bisa jadi iya.
Hanya saja, biar adil, seyogianya, malah seharusnya, ada mata pencarian pengganti bagi mereka yang terputus mata pencariannya. Tersedia suatu mata pencarian baru yang lebih mewakili proses menuju ketaatan, bagi mereka yang mendadak putus kerja.
"Gak papa, yang penting kalian nanti dapat pekerjaan yang gak haram..." Bilang si penutup usaha Holywings yang tengah tersengketa.
"Ya, mana kerjaannya." Begitu sambut antusias eks pekerja Holywings, berharap segera tersambung nafkahnya.
Kiranya, kisah perjalanan nabi Musa bersama Khidr yang merobohkan rumah anak yatim, yang kelak kemudian hari kedua anak yatim tersebut tetap mendapat harapan atas harta yang tersimpan sebagai warisan, bisa menjadi teladan bagaimana memberi harapan pada orang-orang eks Holywings yang sementara ini putus mata pencarian.
Melakukan pendataan ulang eks pekerja Holywings, yang tersebar di seluruh Indonesia, bisa menjadi langkah awal. Kemudian, sejalan dengan langkah itu, dibuat aplikasi sosialisasi dan pelatihan ringkas tentang kewirausahaan dalam format daring, yang bisa diakses oleh orang-orang yang terdata.
Berlanjut pemberian bantuan modal usaha, guna memberi kesempatan pada mereka untuk menyemarakkan kegiatan tulang punggung putaran ekonomi riil, yakni Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, UMKM.
Lalu, melalui aplikasi tersebut si orang-orang yang terdata dipantau perkembangan kewiraannya dalam menjalankan usaha, baik sebagai pemilik ataupun pendukung kinerja, yang berarti sesama eks pekerja Holywings juga tetap berinteraksi, menjalin tali silaturahmi.
Kail dan umpan telah diberikan kepada orang-orang yang putus kerja, agar mereka mampu memancing ikan, menjumput rejeki dan menumbuhkan harapan. Bagaimana selanjutnya? Tentu jerih upaya dikembalikan pada mereka. Karena, bersungguh-sungguh dalam menjalani upaya adalah ikhtiar menuju ketaatan.
Atas kejadian yang sempat menjadi isu nasional, maka kasus Holywings sejatinya memberi hikmah akan sosok pemimpin beserta jiwa kepemimpinannya.
Sebagaimana keteladanan Khidr, yang dari setiap perbuatan awalnya seolah menistakan, namun ternyata menumbuhkan harapan, maka bagaimana dengan pemimpin ataupun calon-calon pemimpin Indonesia bersikap atas kasus Holywings yang menghebohkan?
Setelah kedai-kedai Holywings ditutup, lalu apa yang akan mereka lakukan?
Keputusan populer yang hanya menyenangkan para pendukung dan kolega menjelang persaingan menjadi pemimpin negara pada dua tahun mendatang di Indonesia?
Oh tentang itu, maka kisah perjalanan nabi Musa dan Khidr sama sekali tak menyiratkannya.