Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita tentang maraknya bullying di kalangan anak-anak sampai remaja pada lingkungan sekolah. Hal tersebut merupakan berita yang sangat menyedihkan. Dari muda saja sudah melakukan kekerasan, bagaimana ketika sudah dewasa nanti?.

Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita tahu apa arti bullying itu. Caloroso (2007) sebagaimana dikutip (Aini, 2018) mengungkapkan bahwa, “bullying merupakan tindakan intimidasi yang dilakukan secara berulang-ulang oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak lebih lemah, dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai korbannya secara fisik maupun emosional. “

Bentuk bullying atau penindasan yang selama ini terjadi yaitu berupa ancaman, kekerasan, dan paksaan untuk mengitimidasi orang lain. Dalam hal ini, kasus bullying dapat mencakup: pertama, bullying secara lisan. 

Pembullyan yang dilakukan yaitu berupa makian, cacian, fitnah, atau ejekan. Kedua, kekerasan fisik. Pelaku akan melukai bagian tubuh korban dengan cara memukul, menendang, atau menampar. Ketiga, bullying relasional. Kekerasan ini terjadi ketika terdapat sekelompok orang yang berbeda dengan individu lain sampai individu tersebut merasa terasingkan. 

Korban bullying akan memiliki kondisi psikis yang buruk, seperti munculnya perasaan takut, stress, depresi, bahkan keinginan untuk mengakhiri hidupnya.

Bullying sudah semakin menyebar di kalangan pelajar, mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, bahkan sampai tingkat perguruan tinggi. Awalnya seseorang melakukan pembullyan hanya untuk candaan saja. Akan tetapi, lama-kelamaan candaan yang dilakukan semakin melampaui batas dan membuat korban merasa tidak nyaman. Banyak pelaku bullying yang tidak sadar bahwa mereka telah melakukan pembullyan.

Kasus bullying yang marak diperbincangkan saat ini adalah kekerasan fisik yang dilakukan oleh siswa SMP dan SD. Banyak beredar video kekerasan yang dialami oleh siswa SD dan SMP pada media sosial. Mirisnya pelaku tindak kekerasan tersebut adalah teman sebayanya sendiri. 

Banyak sekolah yang menindak tegas kasus ini dengan menyerahkan pelaku kepada pihak berwajib, bahkan sampai mengeluarkan pelaku dari sekolah. Akan tetapi tidak sedikit pula pihak sekolah yang menutup mata atas tindak kekerasan ini. Alasannya adalah pihak sekolah khawatir jika kasus bullying tersebut akan berpengaruh terhadap reputasi dan akreditasi sekolah tersebut.

Faktor-faktor yang menyebabkan tindakan bullying dikalangan pelajar antara lain adalah kurangnya perhatian dari keluarga, pola asuh yang salah dalam keluarga, adanya keinginan untuk berkuasa di lingkungannya, serta meniru perilaku bully baik dari media ataupun menyaksikannya secara langsung.

Pelaku bullying biasanya mementingkan popularitas. Menurut mereka, melakukan bullying akan meningkatkan tingkat popularitas diantara teman-temannya. Selain itu, pelaku bullying juga mudah emosi. 

Emosi tersebut sulit terkontrol sehingga menimbulkan kesan menakutkan bagi korban dan orang sekitarnya. Sering kali pelaku tidak sadar bahwa mereka telah melakukan bullying, dan ketika mereka menyadari perilaku tersebut, mereka tidak mau mengakuinya.

Bagi korban, bullying akan berdampak buruk pada kesehatan mental mereka. korban akan merasa terisolasi secara sosial, tidak memiliki teman dekat atau sahabat, dan tidak terbuka dengan orang tuanya. Hal tersebut akan berkembang menjadi trauma jangka panjang. 

Trauma ini akan berpengaruh terhadap kemampuan penyesuaian diri korban dengan lingkungan, terutama sekolah. Beberapa penelitian menunjukan, bullying menjadi faktor utama yang bisa mempengaruhi prestasi akademik anak hingga putus sekolah.

Kasus bullying juga menyebabkan anak tidak mendapatkan pendidikan yang baik, karena banyak sekolah yang mengeluarkan anak didiknya setelah melakukan bullying terhadap teman sebayanya. Hal tersebut dilakukan karena sulit bagi sekolah untuk memutus mata rantai bullying tersebut.

Dilansir dari Detik Edu, berikut adalah usaha yang dapat mencegah bullying dalam lingkungan sekolah:

Pertama, sosialisasi pemahaman perundungan di lingkungan sekolah. Satuan pendidikan harus bisa memberikan pemahaman mengenai perundungan kepada seluruh warga sekolah, baik guru, tenaga kependidikan, hingga peserta didik.

Pemahaman terkait perundungan dapat dimulai dari hal-hal kecil seperti amanat pembina saat upacara, edukasi perundungan oleh guru di dalam kelas, ataupun membuat poster-poster terkait perundungan yang dipajang di lingkungan sekolah.

Kedua, sensitif terhadap situasi dan kebutuhan korban. Seluruh komponen warga sekolah juga harus dilatih untuk memiliki rasa simpati dan juga empati kepada warga sekolah lainnya. Salah satunya adalah dengan memperhatikan ciri-ciri seseorang yang mengalami perundungan dan menawarkan bantuan yang sesuai. 

Ciri-ciri korban perundungan seperti sering cemas, sering menyendiri, tidak percaya diri, ataupun memiliki luka fisik/memar di tubuhnya. Jika melihat tanda-tanda seperti itu, lakukan pendekatan dengan korban untuk mengetahui detail perundungan lebih lanjut. Setelah itu, beri ia dukungan agar bisa bangkit melawan perundungan yang dialami.

Ketiga, membuat kebijakan terkait aksi perundungan. Karena maraknya perundungan yang berakhir damai dan kurangnya mempertimbangkan efek psikologis korban, maka satuan pendidikan harus bisa membuat kebijakan, aturan, dan juga sanksi yang tegas terkait aksi perundungan yang ada di lingkungan sekolah.

Pencegahan tindakan bullying ini akan berhasil jika seluruh warga sekolah ikut mendukung semua kegiatan yang dapat menghentikan tindakan bullying tersebut. Tidak hanya warga sekolah, lingkungan di luar sekolah pun juga turut andil dalam melakukan upaya pencegahan ini, yaitu dengan membentuk nilai-nilai positif dalam bermasyarakat.

Ketika ada seseorang yang membully kita, kita harus berani dan tetap percaya diri dalam menghadapi tindakan tersebut. Usahakan menyimpan bukti bullying seperti rekaman suara atau video, maupun bukti visum anggota tubuh yang terluka agar dapat dilaporkan kepada pihak yang berwenang. 

Jangan pernah takut dalam berbicara ataupun melaporkan kepada orang tua dan guru walaupun diancam oleh pelaku bullying. Tetap bergaul dengan teman-teman dan sahabat yang selalu mendukung kita, serta mengarahkan kita agar selalu berpikir positif dan percaya diri.